Hanya karena Bara memberikan lab jasnya pada Pradita, cowok itu lantas jadi lebih baik dari Danu, begitu?
"Muka lu kenapa?" tanya Pradita.
"Gak apa-apa." Danu membuang wajahnya. "Gua cuman kurang tidur aja semalem. Lu mau ngeledek gua pas pelajaran Farmakognosi tadi kan?"
Pradita tertawa lagi. Sejak tadi anak itu ketawa-ketawa terus. Harusnya Danu senang mendengar tawanya, tapi lama-lama ia jadi kesal. "Bukan, Cuk. Itu pipi lu kenapa?"
"Oh?" Danu memegang pipinya dan baru sadar kalau di sana ada bentol gede. "Ini mah bentol. Semalem ada nyamuk. Pipi gua digigit ampe kayak gini."
Pradita cekikikan. "Enak banget ya jadi nyamuk itu bisa cium pipi lu seenaknya."
Seketika Danu merasakan debaran aneh di jantungnya. Ia terkekeh pelan. "Iya, ya. Mending juga dicium sama lu daripada dicium sama nyamuk."
Sialan! Danu malah berkata seperti itu. Otaknya pasti lagi error.
"Amit-amit, Cuk! Bibir gua bisa bruntusan cium pipi lu mah."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com