webnovel

Chapter 30: Welcome To El Dorado (Part 3)

Limario langsung mengeluarkan katananya, "LO DAN SAUDARA LO UDAH MENJARAIN NENEK GUE! LO UDAH NGEHANCURIN RENCANA GUE!" Author langsung menangkis serangan Limario dan Author langsung menatapnya tajam. "SINB, ROBERT LARI!" Author langsung menendang Limario dan memberikan belati dan darah miliknya. "Denger, gue minta maaf..." Robert menggeplak Author lalu Robert melemparkan smoke grenade. Robert langsung menarik Author pergi dan mereka langsung bersembunyi di balik pilar yang masih berdiri kokoh.

SinB hanya memejamkan matanya lalu ia melihat sebuah pintu besar dan Limario melemparkan bola api, "lo kira gue gak tau hm? Gue udah di rasukin Sam! Gue sekarang tak terkalahkan" SinB menatap Robert dan Author yang emosi.

"SAM!" Limario langsung berubah menjadi manusia api dan ia berjalan menuju reruntuhan dan mengobrak-abriknya. "Aku mengampuni kalian" Limario tersenyum lalu ia merobohkan pilarnya dan SinB langsung berjongkok, Author langsung menepuk bahu Limario dan ia tersenyum, "lo liat ke bawah" Liamario langsung menatap kakinya lalu Author menyiramkan air panas tepat di kedua mata Limario dan mereka bertiga langsung berlari menuju pintu besar tersebut lalu menguncinya.

"Anjir, apaan tadi" Author memegang jantungnya dan ia merasakan sakit yang amat sangat "hey, apa kau tidak apa-apa?" Author menggeleng, "kita..." Author, SinB dan Robert mendengar suara desisan ular dan mereka langsung mengambil obornya. "Shit" Author, SinB dan Rober langsung menaiki tangga dengan berlari cepat lalu mereka naik ke atas pilar tinggi. Author tidak sengaja menjatuhkan obor miliknya lalu Robert mendengkus kesal. Karena jika mereka terjatuh, mereka akan menjadi santapan ular-ular yang sedang kelaparan.

"MENGAPA KAU MENJATUHKANNYA!? KAU KIRA AKAU KUCING YANG BISA MELIHAT JELAS SAAT GELAP!?" Author menghembuskan napasnya, mereka berada di ujung-ujung pilar lalu Author menghembuskan napasnya, "Mbih, lo bisa liat bawah kan?" SinB mengangguk, "t-tolong ada ular apa aja?" SinB melihat ke bawah.

"G-gue... gak tau ada apa aja di situ" Author menyeka keringatnya lalu ia merasakan detak jantungnya derdetak sangat kencang, Author melihat ke atas langit-langit terdapat pintu namun ia melihat Liamario berhasil medobrak pintunya. Limario lalu membakar seluruh ular dan SinB bergerak menyamping dengan sangat cepat.

"DIMANA KAU! ANDERSON!" Author melihat adanya tali lalu ia menarik tali tersebut, namun ia malah menarik buntut ular Black Mamba, Author langsung menggoyang-goyangkan tangannya dan ular tersebut jatuh tepat di leher Limario. Author memejamkan matanya dan ia menghembuskan napasnya kasar.

Robert langsung menarik dan menyangkutkan Author di ujung tempat dimana SinB berdiri, "kau sama saja, apa kau tidak bisa mengatasi ketakutanmu!?" Author langsung naik dan menyeka keringatnya. Author mendengar Limario berteriak lalu mereka bertiga masuk kedalam ruangan tersebut, Author langsung mengambil obor lalu ia menyangkutkan tulang yang ia temuka di gua tersebut.

"Denger, Robert... gue takut ketinggian itu karena phobia, lo gak pernah ngerasain jatoh di dalam lubang sumur, selama 3 hari, dan gue hampir bunuh diri karena gue takut" Robert diam, "gue udah coba, buat ngatasin itu semua, gue udah..." Author menggeleng. "Kalo lo emang benci sama gue, lebih baik bilang" Robert diam dan membisu. SinB langsung memisahkan jarak Author dan Robert lalu ia menghembuskan napasnya "kalian bisa bahas nanti lagi, sekarang ada monster di bawah yang siap bunuh kalian berdua, dan ngubur kalian di sini" Author mendengkus kesal.

"Ada apa dengan mu sebenarnya, aku merasakan jika kau sedang merasa depresi" Author menghembuskan napasnya kasar lalu mereka berjalan, SinB mengikuti Robert dan Author yang berjalan beriringan namun, Author langsung berhenti dan mendengar suara Limario berteriak.

"Kita harus keluar cepat, aku tahu kekuatanmu belum saatnya pulih" Author mengangguk, "gue juga gak akan pernah mau ngegunain pas waktu gue depresi kaya gini" SinB menghembuskan napasnya. "Tunggu apa lagi?" Mereka bertiga berjalan cepat dan mereka berusaha tidak menimbulkan suara.

SinB menyuruh Author berhenti karena mereka melihat bayangan di depannya dan mereka bersembunyi di tempat yang berbeda. Author langsung memasang silencernya dan ia memberi isyarat kepada Robert untuk melakukan hal yang sama.

Limario kini menutupi matanya menggunakan kain karena ia buta, "KELUARLAH KALIAN PARA TIKUS SELOKAN!" Author memejamkan matanya, Robert melihat Author memejamkan matanya dan ia menahan napasnya. "KELUAR KALIAN!" Author menggeleng lalu menghembuskan napasnya kasar. Author melihat sebuah tameng emas, lalu ia mengambilnya.

"Ayolah, Author... apa lo gak sayang sama dia?" Author yang mengetahui ini adalah jebakan, ia langsung melemparkan batu ke sembarang arah. SinB dan Robert berhasil keluar, namun Author menutup tubuhnya menggunakan perisai tersebut karena Limario menghampiri posisinya. Limario langsung melemparkan bola api dan Author berusaha menahan panas yang di timbulkan, ia juga berusaha untuk menahan napasnya.

Robert dan SinB lansgung melemparkan batu ke tengkorak yang berpose sedang memeluk tengkorak lainnya dan Limario langsung menghampiri tengokorak tersebut. Author berusaha tidak menimbulkan suara dan ia langsung menutup pintunya dengan perlahan dan menguncinya dari luar. Kini mereka sudah kembali ke tempat di mana mereka bertemu dengan Limario.

"Kau harus tenang" Author mengangguk lalu mengambil napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Apa yang harus kita lakukan?" Author menyeka keringatnya, "kita harus cari safe zone. Gue mulai kehabisan tenaga" SinB mengangguk, "ayok ikut gue" SinB kini berjalan di depan karena ia yang memegang petanya. "Lo pernah bilang, kan? Kalo misalnya gue harus nebus kesalahan gue?" Author ngangguk. "Semoga aja, si Jennie, Ryujin, dan Yeji gak tau lo itu siapa" SinB mengangguk. Robert langsung melihat sebuah celah dan Robert menepuk bahu SinB dan Author, "kita akan beristirahat di sana" Author mengangguk.

Mereka bertiga mendengar teriakan Limario dan Author masih memegang perisainya, "ayok cepet" Author, Robert dan SinB langsung memanjat menuju celah tersebut.

.

.

.

.

.

.

Author merebahkan tubuhnya dan menatap langit batu, mereka menemukan sebuah ruangan di balik tembok yang mereka panjat, SinB memakan energy barnya lalu ia menatap Robert yang sedang memejamkan matanya.

"Lo depresi?" Author mengangguk, "gue sejak perjalan ke sini depresi. Makanya gue sensi maaf" SinB dan Robert mengangguk. Mereka masih bisa mendengar suara teriakan Limario dan SinB langsung mengaktifkan thermal cameranya. "Dia.... pendengarannya tajam?" Author mengangguk. "Ketika indera lo satu gak fungsi, maka indera lain bakalan peka" SinB hanya mengangguk.

Author memejamkan matanya karena ia meresa sangat mengantuk, "kita harus..." Author menggeleng, "selama kita gak menimbulkan suara, kita aman" SinB menatap Robert. "Author benar" SinB mengangguk. Author mendengar suara perisai yang ia taruh di depan pintu terjatuh dan menimbulkan suara yang menggema di seluruh ruangan.

Author langsung menyuruh Robert dan SinB untuk diam dan tidak bersuara, Author langsung mengeluarkan scope snipaenya lalu ia meletakkannya di lubang yang ia buat, SinB melihat panas tubuh Limario dan mengikutinya kemana ia pergi.

"Kita harus bergerak" Author pelan-pelan mengeluarkan scopenya dan Robert menggeleng, "aku punya ide" Robert lansgung mengeluarkan sebuah hape dari tas Author dan ia lansgung menghembuskan napasnya kasar, "kau punya nomor ponsel milik Limario, bukan?" Author mengangguk. "Aku dan SinB mencuri ponselnya saat ekspedesi di camp" Author mendengkus kesal "KELUAR KALIAN!" Limario langusng melempar batu. "Gue aja yang masukin ke kantongnya" Author menggeleng, "gue gak akan ijinin lo" SinB langsung mengambil hapenya dan lalu ia keluar dari ruangan tersebut dan ia menutupnya dengan sangat pelan.

"Kita awasi SinB" Author langsung memsang scope di pistolnya lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "gue akan ngawasin dari luar, tolong bantuannya" Author membuka penutupnya pelan. SinB melihat Limario yang sedang mengobrak-abrik reruntuhan di depannya dan ia memejamkan matanya.

"Gue harus tenang" SinB melempar batu ke sebuah patung yang dekat dengan reruntuhan lalu ia menghembuskan napasnya Limario SinB langsung menaruh hapenya di kantong belakang celana Limario lalu ia berusaha menahan bersinnya dengan menutup mulut dengan kedua tangannya.

"Aku mencium bau seorang pangeran keturunan asli di sini, keluar lah... Author. Aku berjanji, tidak akan menyakitt kekasihmu" SinB berjalan mundur dan ia masih membekap mulutnya dan menahannya. "Atau kakak ku, Robert. Aku mohon keluarlah..." Author langsung melempar batu ke arah pintu masuknya dan SinB langsung merangkak ke arahnya.

"Lo gila anjir" SinB menghembuskan napasnya lega lalu ia bersin. Limario yang mendengar suara SinB bersin, langsung menghampiri asal suaranya, "aku mendengar suara bersin, apakah itu kau, Robert?" Limario mengeluarkan cakarnya. Author dan SinB langsung memejamkan matanya erat sambil merangkak menjauh dan berusaha kabur dari incaran Limario.

"Ayolah... Robert, hentikan permainanmu" Author mengangkat SinB lalu Author memberikan pistolnya, "lo awasin, itu gak ada peluru" SinB langsung menyeka keringatnya menggunakan dengkulnya.

"Baiklah..." Limario melempar batu ke pintu masuk dan mereka bertiga terperangkap di dalam ruangan tersebut bersama Limario. "Grrrr..." Limario merasakan matanya sakit lalu Author mengambil hape yang berada di kantong belakang celana Limario. Author langsung merangkak berjalan menuju bebatuan yang memblokir akses pintu masuk.

Author langsung meletakkan hapenya lalu ia mengerutkan keningnya. Limario beralan menujuh arah bebetuan lalu Author mengambil gambar tersebut. Limario langsung tersenyum, Author lansgung mengambil perisai emas yang ia gunakan sebagai alarm dan ia langsung beresembunyi di baliknya. SinB langsung melemparkan batu ke arah yang berlawanan dan Limario langsung menghampirinya.

SinB langsung menghampiri Author dan membantu Author naik dan ia langsung memberi tas miliknya. Mereka bertiga langsung pergi ke sebuah pintu besar dan Author langsung menghentikan mereka dan mengaktifkan mode getar di hapenya.

"Denger, gue bakal bilang ini sekali dan yang paling parah di sini adalah Limario, kita bener-bener harus istirahat" Author merasakan kepalanya sangat sakit lalu Robert dan SinB menahannya, "kau benar, kita tidak bisa beristirahat seruangan dengan monster itu" SinB langsung menunjuk sebuah pintu lalu ia Author mengangguk dan menyuruh mereka untuk mengikutinya.

"Baiklah kalau begitu" Author membuka pelan pintu tersebut lalu ia memasuki ruangan dan ia mengerutkan keningnya, "ini... seperti kamar perempuan" SinB menutup pintunya dengan sangat pelan. "Author, apa kau..." Author langsung mengambil sebuah boneka lalu ia mengingat apa yang di katakan oleh Krystal lalu memeluknya dengan erat.

"Author..." SinB menahan Robert untuk menghampirinya, "dia..." Author menghapus air matanya lalu membuka laci night stand yang terletak di samping tempat tidur, lalu ia melihat adanya sebuah buku coklat yang tertutup dengan kain. "Kita istirahat di sini, di sini aman, SinB tolong pasang kamera thermalnya. Gue bisa hack hapenya dia dari sini" Author melihat sebuah lampu yang mirip dengan milik lampu rumahnya.

"Gue tau siapa yang ada di kamar ini" Robert menatap Author bingung. "Dia yang udah ngedesain ruangan gue, dan Ryujin adalah adek tiri gue" SinB menatap Author, "jangan-jangan..." Author tersenyum lalu mengangguk, "iya, dia adalah Sandara Park. Keturunan Anderson juga, tapi... dia...." Author menghembuskan napasnya.

"Keluarganya di asingkan karena orang tua dari Sandara menikah dengan keluarga Park yang notabene adalah keluarga yang miskin" Author langsung manghembuskan napasnya lalu tersenyum.

"Di sini juga tertulis kalo misalnya..." Author melihat coretan bulpen di baris ke tiga, "gue gak ngerti apa yang di tulis sama pendahulunya" Author menghembuskan napasnya lalu ia menaruh tasnya dan ia duduk menyandar night standnya. "Kita istirahat di sini" Author langsung merebahkan tubuhnya dan ia melihat jam tangan yang ada di tangannya.

"Jam 4 sore" Author memejamkan matanya SinB langsung duduk di lantai lalu Robert menggeleng, "kau belum terbiasa dengan semuanya, tidurlah di kasur" SinB menatap Robert, "usahamu untuk menyelamatkan Author aku hargai, kau pantas mendapatkannya" SinB hanya mengangguk dan menurut ucapan Robert.

SinB langsung merebahkan tubuhnya karena ia merasakan tubuhnya sangat lelah dan pegal lalu ia memejamkan matanya.

.

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.

Nächstes Kapitel