"Salah satu ayah sahabat Asyila menghilang tanpa kabar, saya curiga kalau dalangnya adalah kedua orang 'itu'. Lakukan sesuatu sebelum Asyila-ku menjadi sasaran makanan mereka, saya tidak ingin Asyila-ku menjadi korban kegilaan mereka."
"Kamu yakin?"
"Feelingku tidak pernah salah, suruh timmu untuk mencari keberadaannya sebelum mereka menjadikannya temeng untuk memancing Asyila-ku kesana. Tidak akan saya biarkan Asyila menginjakkan kakinya kesana, tidak akan."
"Dan satu lagi, ponselku disadap seseorang dan saya yakin itu adalah Xinkie. Segera kirim alamat rumah ini pada Ashley melalui sistem rahasiamu, pelayanku harus kemari dalam beberapa waktu kedepan. Bertindak cepat Fransisco, Xinkie sialan itu pasti sedang merencanakan hal besar."
Tangannya masih menggenggam erat gelas kosong itu, ingin mengucapkan sesuatu tetapi bingung apa yang harus ia suarakan. Siapa sebenarnya orang-orang ini? Kenapa setiap pembicaraannya selalu dalam kata 'bahaya', apakah serumit itu?
Harusnya langkahnya sudah berada di dapur tetapi ia malah berdiri mematung dengan pikiran dipenuhi akan perkataan dua orang tadi. Keduanya bahkan sudah pergi tetapi kenapa pembicaraan mereka masih tergiang dalam pikirannya.
Orang 'itu'?
Siapa mereka? Kenapa kedua orang tadi mencurigai orang itulah dalang dari ayahnya Alena. Jadi keselamatan Asyila sedang terancam saat ini? Jadi sebenarnya Asyila itu sedang menjadi incaran seseorang, seperti itu?
Siapa sebenarnya dokter itu dan mama dari sahabatnya, apakah keadaan sekarang memang darurat?
***
"Blokir hacker yang menyadap ponsel Valaxie,dan kirimkan alamat lengkap kita pada Ashley yang saat ini berada dirumah mertuanya Valaxie, Cari tau posisi Xinkie saat ini dan aku ingin semuanya selesai dalam waktu 10 menit." tepat setelah Fransisco bersuara, gemaan keyboard yang diketik saling bersahutan berusaha semaksimal mungkin melaksanakan perintah sang atasan.
Melihat para bawahannya yang kini bekerja ekstra tidak membuat Fransisco tenang, kemarahan masih menguasainya saat ini,
"Cari tau siapa dalang dibalik penculikan ayah dari sahabat Asyila, nama anaknya Alena. Petunjuknya orang itu sering mengunjungi rumah kosong yang ada di dekat rumahnya dan kabarnya banyak preman sering kesana, telusuri! Karena kurasa ada markas tersembunyi di bawah bangunan tak terurus itu..."
"... Kirimkan denah bangunan itu padaku tetap waspada karena kurasa pihak Franch dan Xinkie sedang mengarahkan banyak Hacker untuk membobol sistem pertahanan kita. Tetap suruh mereka mengawasi Franch kalau perlu kawal dia dengan helikopter sampai benar-benar sampai ke asalnya."
"Da-"
"Maaf Tuan, boleh saya menyela?" Fransisco mematikan sambungan telepon secara sepihak, mendekati salah satu bawahannya.
"Orang yang menyadap ponsel nyonya Valaxie berada di Indonesia Tuan, malahan jaraknya dari sini hanya berjarak 10km saja. Saya rasa mereka mengintai Nyonya Valaxie sejak turun dari bandara hingga kemarin atau bisa dikatakan..."
"Bisa dikatakan?" tanyanya tak sabaran
"Dia mengikuti Nyonya Valaxie dari rumahnya kemari."
BRAKK.
"XINKIE SIALAN!" suara Keyboard yang tadinya saling bersahutan terhenti, mereka semua menunduk takut akan kemarahan Fransisco yang sangat mengerikan.
"Lakukan semua yang kuperintahkan. Permainkan Hacker itu, tuntun Ashley kemari tanpa ketahuan." setelah mengatakan itu Fransisco berjalan keluar, dan mereka semua yang ada diruangan itu sangat yakin akan bekerja lembur untuk bebedapa saat kedepan.
Fransisco mengedarkan pandangannya merasa rumahnya sedikit aneh, terdapat beberapa suara yang saling bersahutan dan cukup berisik. Siapa yang datang? Setahunya Ashley tidaklah seberisik ini.
"Jadi kamu engga punya perasaan apa-apa sama kating itu?"
"Ya enggalah, lagian memangnya pernah gitu aku nanggepin ucapannya atau sekedar ngajak dia ngomong?"
"Masalahnya dia itu kentara banget kalau ngejar kamu."
"Udahlah Ab, mending lo diam aja daripada bahas gituan. Ehh betewe gue mau cerita keanehan yang gue alami beberapa hari ini,"
"Masalah apa Alena?"
Langkah Fransisco terhenti, ternyata yang datang adalah teman-teman Asyila.
"Tau engga, 2 hari lalu gue baru pulang dari kampus terus dari kejauhan di rumah kosong itu gue liat sekumpulan orang pake baju hitam sedang membukakan pintu untuk seseorang yang baru datang, orang itu pakaiannya Bagus banget,"
"Emang kamu engga ketahuan?"
"Engga Ab, gue sembunyi di dekat halte. Ngeri tau engga, semuanya berpakaian intel kayak orang terpandang banget."
Diluar kamar tangan Fransisco mengepal,
"Maaf, anda siapa?" Fransisco membalikkan badannya menemukan anak muda dengan jus jeruk ditangannya.
"Saya dokter Fransisco sekaligus pemilik rumah ini. Temani Asyila dan jaga dia baik-baik," setelah mengatakan itu Ia berlalu meninggalkan orang tadi dengan pertanyaan yang semakin membuatnya pusing.
Fransisco memilih mendudukan dirinya disofa, Asyila tidak boleh sampai terluka atau kalau sampai itu terjadi maka semua orang akan melihat bagaimana seorang Fransisco lepas kendali.
"Maaf Tuan, ada telepon untuk anda." tanpa mengatakan apapun Fransisco menerima telepon itu, mengibaskan tangannya menyuruh pelayan itu pergi.
"Hmm."
"Franch menunda kepulangannya dan saat ini tangan kananku masih mencoba mencari alasannya tapi menurut dugaanku dia menunggu kedatangan Xinkie. Apa yang harus aku lakukan?"
"Tetap siaga disana, jangan biarkan dia turun. Kerahkan semua pasukan terbaik kalian untuk mengawal didekat tangga pesawat, kaki pria tua itu tidak boleh menginjak tanah Indonesia."
"Baik."
Sambungan telepon terputus, Fransisco memejamkan matanya merasa sangat muak dengan semua kelakuan pria tua itu, sudah tua bukannya menikmati masa tuanya malah melakukan hal gila seperti itu.
Jika dalam waktu 24 jam dia belum kembali maka jangan salahkan Fransisco kalau saja terjadi penyerangan besar-besaran. Sangat menyusahkan dan sungguh menganggu ketenangannya harusnya saat ini Fransisco melakukan rutinitasnya bukan malah menjadi siaga dirumah seperti sekarang ini.
"Jaga kesehatan ya Syil, ingat besok kuliah jadi bersiaplah bertemu dengan tumpukan tugas yang cukup banyak." Fransisco membuka pejaman matanya, menatap kearah pintu. Ada Asyila dan teman-temannya disana.
"Iya Visam sayang, bye semuanya tunggu aku besok."
Semua teman Asyila berlalu, Fransisco mengerutkan keningnya melihat Asyila malah sibuk termenung di dekat pintu.
"Sayang, kamu kenapa? Malamun didepan pintu." baru saja Fransisco berniat menghampiri Asyila tetapi sudah ada Valaxie disana.
"Tidak papa Ma, Asyila pamit ke kamar dulu mau istirahat."
Valaxie menatap kepergian Asyila dengan pandangan nanar, tidak mudah bagi Asyila menerima semua ini apalagi posisinya yang cukup menyulitkan keadaannya. Andaikan Valaxie ingin memilih mana mungkin ia membiarkan Asyila merasakan semua ini.
"Mas Aditia..." gumam Valaxie lirih, merasa sangat merindukan suaminya. Andaikan Aditia ada disini mungkin dia akan menghibur Asyila agar tidak merasakan kekhawatiran yang begitu besar.
Valaxie memilih masuk kembali kedalam kamar melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
"Ayahmu membatalkan kepulangannya dan Xinkie sedang menuju kemari. Kurasa ada markas tersembunyi mereka di sekitar sini."
Valaxie tertawa kecil, mana mungkin ayahnya menyerah secepat itu?
"Berikan saya ponselmu." ujarnya dengan wajah datar, Valaxie memberikannya setelahnya berjalan menyusul Asyila masuk ke dalam kamar, mungkin untuk menghibur putrinya itu.
"Selalu disisinya, keadaan semakin tidak terkendali." hanya beberapa saat langkah Valaxie terhenti kemudian kembali melanjutkan langkahnya.
Fransisco kembali menyandarkan punggungnya disofa menunggu para pekerjanya bekerja dengan cepat, sepertinya Fransisco tidak akan tinggal diam seperti biasanya, ia tidak bisa lagi bersembunyi seperti sebelum-sebelumnya. Harus ada darah yang terlihat dan pelakunya haruslah Fransisco.