webnovel

True Identity (Asyila)

Autor: Mentari_NA
sci-fi
Laufend · 35.2K Ansichten
  • 14 Kaps
    Inhalt
  • Bewertungen
  • NO.200+
    UNTERSTÜTZEN
Zusammenfassung

Yang aku tau namaku adalah Asyila Permata, seorang mahasiswa yang sedang berjuang sendiri untuk sebuah masa depan. Awalnya semuanya selalu berjalan seperti yang aku tau itu tetapi nyatanya tidak, setelah malam mendebarkan itu semuanya tak lagi sama. Ada yang berbeda dalam setiap detik yang sedang melaju dalam takdirku. Sebuah kebenaran yang seperti ilusi? Irama ketakutan dalam melangkah? Serta merta takdir yang sedang menyapa? Dan menjadi inti dari semua ini adalah sebenarnya siapa aku? ~Asyila Permata

Tags
4 tags
Chapter 11 - Misterius

Mata itu mengamati lorong yang sepi, ini salahnya harus pulang jam 8 malam. Tugas kuliah yang membuatnya lupa akan waktu yang masih berjalan.

Ini sungguh kesialan tiada tara untuknya, dunia kampus benar-benar menyita waktu paling terindahnya, apakah semua anak kampus mengalami hal sama sepertinya?

"Bagaimana tidak lupa jika aku harus buat 3 makalah dalam sehari," Gerutunya dan terus berjalan, memang jam baru menunjukkan pukul 8 malam tapi ini adalah lorong tersepi menuju kost-an nya. Ingat kembali, lorong ini sepi menambahkan kesan horor dalam setiap gemaan langkahnya.

Kakinya berhenti melangkah, sekilas ia mendengar suara berisik seakan ada sepasang manusia yang sedang berkelahi, bulu kuduknya merinding

"Astaga, cobaan apa lagi ini." Bisiknya. Tetapi ada yang salah disini, lorong ini sepi lalu dimana suara berisik itu? Bukankah sadartadi yang terdengar adalah gemaan langkahnya sendiri?

"Rasanya kakiku tdk ingin berjalan lagi." Kakinya bergetar, suara itu semakin mendekat tetapi tdk ada sosok bayangan apapun di sepanjang jalan ini.

Langkahnya semakin berjalan kelorong tengah, hatinya selalu mengucap zikir agar selamat. Sebelumya ia selalu naik taksi saat pulang kampus tetapi hari ini benar-benar hari sialnya.

Matanya melebar, sekitar dua meter darinya ada sekelebat bayangan gelap disana. Berdiri seakan menunggunya, perempuan itu membalikkan badannya, berjalan cepat tetapi ia mendengar langkah itu semakin mendekatinya

"Astafirullah... "Gumamnya sambil terus berjalan cepat, merasa derap langkah itu semakin mendekat, ia berlari cukup cepat

Matanya melotot dan tersentak kaget ketika bayangan itu telah berada tepat didepannya ,dan tiba-tiba semuanya gelap.

----

Perlahan, mata yang sebelumya terpejam kini menyesuaikan dengan cahaya yang ada mengingat kejadian semalam ia langsung bangun ,tetapi ia bukan berada di lorong itu lagi tetapi di ruangan putih

"Rumah sakit...? "Tanyanya pada diri sendiri

"Ya kamu di rumah sakit, ada pejalan kaki yang menemukanmu di pinggir jalan raya." Jawab seseorang yang duduk di sofa dengan ruangan yang sama dengannya

Perempuan itu menatap orang yang menjawab pertanyaannya, "mana mungkin di pinggir jalan Raya dok, jelas-jelas saya ingat terakhir saya berada di lorong dekat kampus." Tanyanya kembali, ini jelas aneh fikirannya sangat jelas. Ia berada di lorong itu

Pria berjas putih itu berdiri dan mendekati perempuan yang sangat aneh ini. Pejalan kaki itu mengatakan perempuan ini pingsan di pinggir jalan.

"Saya tau kamu mengalami sesuatu yang aneh disana, tetapi jangan menjelaskan kepada siapapun karena mereka hanya akan mengatai mu gila." Setelah mengucapkan itu, dokter itu keluar tanpa mendengar jawaban dari pasiennya

"Bagaimana bisa dokter tadi tau bahwa dirinya mengalami hal aneh di lorong itu.?"Dan hal ini hanya menjadi pertanyaaan dalam benaknya saja..

Matanya menatap sekeliling kamar tempatnya berbaring saat ini, rasanya sangat tidak mengasyikkan berada diruangan berbau obat-obatan ini apalagi tempatnya masih berada di UGD dan berbaur dengan orang lain.

Aahh, apa ia bertanya saja pada suster disini karena jujur ia sudah tidak betah berada disini, suasananya kepalanya semakin pening bahkan sedikit buram jika melihat keadaan sekitar.

Tanpa sengaja matanya melirik jam disudut ruangan karena kebetulan gorden yang tadinya menutupi keberadaannya kini tersingkap,

"Jam 9 lewat, berarti aku pingsan dari sejam lalu." kejadiannya terjadi sejam yang lalu dan dokter itu mengatakan ada warga yang membawanya kemari.

"Suster!" panggilnya saat melihat salah satu penjaga ruangan ini, ehh salah. Salah satu suster disini lewat mungkin habis memeriksa pasien yang ada didekatnya.

"Ya, ada yang sakit?" tepat setelah berada didekat perempuan itu ia bertanya yang langsung dijawab gelengan oleh orangnya.

"Aku sudah boleh pulang?" suster itu mengerutkan keningnya sejenak kemudian tersenyum manis.

"Sudah merasa mendingan? Tidak ada yang sakit?" tanyanya mencoba memastikan.

"Aku sudah merasa mendingan kok Sus, jadi aku boleh pulang?" ruangan ini benar-benar membuat kepalanya pening dan semoga suster ini mengijinkannya pulang.

"Yaudah, boleh. Silahkan ke bagian administrasi ya! Karena sepertinya anda tidak punya keluarga. Saya permisi." senyum cantiknya tercipta, untung saja tidak ada infus yang terpasang pada punggung tangannya jadi ia bisa langsung pulang walaupun harus mengurus segala administrasinya.

Dengan pelan, ia menurunkan kakinya kepalanya terasa pening, astaga. Harusnya sekarang ia menghubungi anak-anak untuk meminta tolong tetapi mengingat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam jadi ia mengurungkan niatnya itu.

"Perlu bantuan?" ia mendongak mendapati senyum lembut suster tadi,

"Tidak perlu suster, terimakasih."

Setelah mengucapkan itu ia berjalan pelan menuju tempat administrasi mencoba menyelesaikannya dengan cepat agar segera pulang kerumah kecilnya.

----

tangannya memutar knop pintu kost-an nya, setelah mendapatkan kejadian aneh dan berakhir di rumah sakit akhirnya kakinya dapat berpijak di tempat ternyamannya.

Meskipun harus menunggu selama beberapa menit menyelesaikan urusan dirumah sakit dan juga menunggu dipinggir jalan mencari tumpangan. Dan akhirnya berakhir menaiki taksi dengan perasaan was-was dan rasa takut yang sangat luar biasa.

Bahkan ia dapat menangkap supir taksi itu sesekali melihatnya dengan pandangan heran, supir taksi yang ia tebak berumur 39 tahun itu pasti merasa heran kenapa penumpangnya begitu terlihat ketakutan.

Ia menggelengkan kepalanya pelan, mungkin karena kepalanya pening maka dari itu ia menjadi orang gila seperti ini, ia membawa langkahnya kekamarnya.

Sambil membaringkan badan lelahnya di ranjang otaknya kembali berputar pada kejadian beberapa waktu lalu. Yang matanya tangkap hanya sekelebat bayangan hitam tetapi menatapnya begitu tajam.

"Astaga, perutku belum terisi apapun sejak beberapa waktu lalu, bisa-bisa asam lambungku naik. " perempuan itu beranjak dari tempatnya menuju dapur

"Ini semua gara-gara bayangan misterius itu, mengisi bahan makanan saja didalam kulkas aku lupa. ". Ia menepuk jidatnya pelan kenapa bisa dirinya bisa menjadi pelupa seperti ini

Perempuan itu berjalan kekamarnya mengambil tas kecilnya lalu melangkah keluar, malam belum terlalu larut karena perutnya sudah mendesak meminta makanan ia memutuskan membeli nasi goreng di warung yang terletak beberapa meter dari kost-an nya.

Bibirnya bersenandung pelan ,moodnya sangat bagus sangat ini langit malam sangat Indah ditaburi oleh Bintang-bintang cantik.

"Kau dalam bahaya Asyila." Bisik seseorang tepat didekat telinganya.

Perempuan itu berbalik, tdk ada siapapun disini bahkan pos tempat para penjaga malam masih jauh dari tempatnya berpijak, bulu kuduknya merinding. Itu tadi benar-benar nyata seakan ada seseorang yang sengaja membisikkan sesuatu padanya

Bahaya?

Apa maksudnya, jelas-jelas bisikan itu menyebutkan namanya. Asyila Permata. Itulah namanya tetapi kemana org itu kenapa bisa menghilang dalam hitungan detik saja

Asyila menggelengkan kepalanya berusaha menepis rasa takut yang kini menggerogoti hatinya. Mungkin tadi itu hanya ilusiku saja. Batinnya dalam hati

Ia melanjutkan perjalanannya menuju warung yang tinggal beberapa langkah lagi, Asyila menyebutkan pesanannya dengan nada ketakutan dan memberikan uang dengan secepat mungkin. Berusaha mempercepat langkahnya sembari matanya mengawasi sekitarnya

Badannya tiba-tiba gemetar saat matanya menemukan sosok bayangan berada di bawah lampu jalanan yang minim cahaya ia seakan di tatap begitu tajam, sangat tajam hingga lututnya tdk ingin melangkah kemanapun biarpun selangkah. Tatapan itu seakan ingin membunuhnya saat itu juga.

Selang beberapa detik ia berbalik dan berlari sebisanya memasuki lorong yang membuatnya menjauh dari rumahnya, Asyila dapat merasakannya. Merasakan bayangan itu semakin ada sisinya

Asyila melototkan matanya saat tiba-tiba ada tangan yang membekap mulutnya ,membawanya ke tempat gelap dan tersembunyi

"Hmmmmm."Asyila memberontak berusaha melepaskan dekapan seseorang pada mulutnya

"Diam atau kita tak akan selamat." Bisik seseorang tersebut dengan nada tajam. Ia terdiam dan tepat setelah itu orang itu melepaskan dekapan pada mulutnya

Saat Asyila ingin bertanya matanya melihat bayangan seseorang yang seakan berusaha mencari keberadaannya

Saat bayangan itu mulai pergi, Asyila bernafas lega jika saja org itu tdk menyelamatkannya maka ia tdk bisa membayangkan apa yang terjadi nantinya .

"Terimakasih."Ucapnya lalu berbalik, mencari seseorang yang tadi bersamanya , dahinya mengernyit bingung. Orang itu menghilang?

"Jelas-jelas tadi ada seseorang bersamaku lalu kemana dia."Gumamnya, Asyila hanya mengedikkan bahunya acuh lalu melangkah keluar menuju kost-an nya dengan mata tetap waspada

Tetapi langkahnya memelan saat melihat beberapa bayangan di belakangnya bahkan semakin mendekat padanya, kakinya bergetar.

"Aaahhhhhhhh" refleks ia berteriak, saat bayangan itu memegang pundaknya secara tiba-tiba.

"Ehh mba Syila! Kenapa teriak?"

Mendengar suara yang terasa familiar itu, Asyila membuka pejaman matanya dan berbalik menemukan satpam kompleks yang sedang berkeliling.

"Pak Satriyo!" napasnya berhembus lega,Asyila akui saat ini jantungnya masih berdegub kencang karena ketakutan.

"Mba Asyila, kenapa malam-malam disini. Engga baik! Habis darimana emangnya?" tadinya mereka berdua sedang berkeliling tetapi menatap bayangan seseorang persimpangan, awalnya mereka takut tetapi takutnya maling akhirnya menekatkan diri untuk menyapa.

"Tadinya habis ke warung beli makanan tapi-"

Asyila menghentikan ucapannya, jika ia menjelaskan mengenai kejadian tadi pasti kedua satpam kompleks ini takkan mempercayainya atau bisa saja keduanya akan mengatainya gila atau sedang tidur berjalan.

Mencoba memutar otak untuk mendapatkan jawaban tetapi pikirannya malah buntu, bingung ingin menjawab atau memberikan alasan apa.

"Yaudah kalau bingung mau jawab apa! Katanya tadi habis ke warung mana makanannya?"

Mendengar hal itu Asyila menatap kedua tangannya yang kosong, sedikit linglung karena makanannya menghilang dari kedua jemarinya.

"Ayo kami antar ke warung dulu, terus lanjut ke kost-annya." ajak Pak Satriyo yang diikuti oleh temannya yang sadari tadi hanya mengamati keduanya.

Asyila hanya berjalan tanpa suara, yang diikuti oleh kedua satpam kompleks dibelakangnya, fikirannya benar-benar kosong saat ini.

"Bapak udah kenal dia lama?" sayup-sayup Asyila mendengar pertanyaan teman Pak Satriyo itu, tetapi lagi dan lagi ia hanya terdiam

"Udah lama, udah engga usah bahas dia. Kita temenin sambil natap daerah sekitar." Itu suara terakhir Pak Satriyo sebelum keadaan benar-benar hening diantara mereka.

Saat sampai diwarung pun Asyila kembali memesan makanan sempat ditanya oleh pemilik warung kenapa beli lagi padahal baru beberapa saat lalu datang tetapi Asyila hanya bungkam, masih bingung dan linglung.

Keadaan tetap hening, hingga sampai didepan kost-an ia tetap Bungkam kecuali saat mengatakan kata terimakasih pada satpam kompleks yang sudah menemaninya kembali.

asyila membawa langkahnya masuk kedalam rumah, mendudukan dirinya di kursi kayu yang ada ruangan depan, memikirkan kembali apa yang terjadi padanya hari ini.

"Dimana makananku?"

---

Sedangkan ditempat lain seseorang masuk kedalam gedung yang serba putih dengan langkah tegap, wajah datarnya tanpa memberikan ekspresi apapun

"Dokter Fransisco anda kemana saja, sebagian pasien anda sudah menunggu "tanya seorang perempuan padanya

"Saya dari luar sebentar suster , mana map nama pasien" Suster yang tadi menanyainya hanya mengangguk pelan lalu memberikan map coklat ke dokter di hadapannya dan membiarkan dokter itu berlalu dari hadapannya

.

Das könnte Ihnen auch gefallen