webnovel

Anya dan Carlo

"Pangeran, apa ada hal yang membuat anda terdesak saat ini?"

***

malas untuk memberi jawaban, Carlo justru teralih pada sosok lain yang berada di dalam gendongan orang yang baru saja bertanya padanya.

"kau.. mengambilnya dari mana?" tanya Carlo dengan nada cukup terkejut.

wanita yang memang sedang menggendong seorang anak laki-laki itu tersenyum sebentar, "bukankah ini seperti sebuah kehormatan untukku Pangeran, karena aku dapat menggendong anak dari calon kakak ipar ku."

"kau mengambilnya dari Violet?" tanya Carlo was-was.

"tidak, aku mengambil alih Pangeran kecil ini dari pelayan istana, aku pikir sebaiknya aku mengembalikan anak ini pada ibunya."

kedua tangan Carlo mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih dan kepalannya bergetar saking kuatnya, ia menatap wajah damai bayi yang ia lebih tau asal usulnya, dan seketika perasaan itu lagi-lagi datang. perasaan yang ingin ia lupakan hingga akhir hidupnya, karena jika ia terus beriringan dengan perasaan itu, tidak akan ada akhir memuaskan yang selama ini ayahnya inginkan untuk masa depan Ettheria. sebagai satu-satunya harapan, bukankah ia harus mengesampingkan ego dan menjalankan tugas.

"Pangeran, jika boleh tau, anda akan kemana sekarang?"

"ada apa?" tanya balik Carlo, ia tampak acuh, padahal lawan bicaranya bukanlah wanita bangsawan sembarangan, wanita itu adalah Putri dari Duke dan Ducchess yang terkenal akan peradaban keluarga mereka yang berpengaruh, bukan hanya itu, Carlo seharusnya sedikit menjaga bahasa di antara mereka, karena bagaimanapun, wanita itu adalah wanita yang dipilih Carlo sendiri sebagai tunangannya di hari pernikahan Violet.

Anya De'Limour, wanita yang terkenal berbudi luhur serta paras terbilang cantik, tentu menjadi kandidat yang pantas sebagai calon Ratu kerajaan Ettheria, Anya sendiri sedang berusaha semaksimal mungkin untuk memantaskan diri sebagai calon Ratu negeri yang akan calon suaminya pimpin, perempuan itu juga memaklumi sikap Carlo yang membatasi interaksi di antara mereka dengan secercah harapan disaat mereka bersatu nanti, sifat keras dan dingin itu perlahan melunak, tak ada impian yang lebih membahagiakan dari hal itu menurut Anya.

"jika kita memiliki tujuan yang sama, aku pikir kita bisa berjalan berdampingan dan berbincang sejenak," tutur Anya menjawab pertanyaan Carlo.

***

Nächstes Kapitel