webnovel

Rekreasi Religi

"Aku ingin suasana baru. Besok hari di mana kau dan Hisashi akan bekerja sama sebagai tim untuk mengobatiku. Kau tahu betul aku tidak boleh stres sampai saat itu tiba. Apa kau akan melarangku rekreasi? hmm?"

"Rekreasi bersama dua orang biksu dan seorang gadis asing?" Oliver menggambarkan sesuatu yang dia lihat, merupakan sebuah kombinasi aneh menurutnya.

"Apa biksu tidak boleh rekreasi? aturan dari mana itu?" kekeh Amarru sambil mengusap kepalanya yang botak.

"Bukan begitu. Maksudku, kau selama ini selalu bersenang-senang dengan teman sekampusmu. ke mana mereka? kau tidak mengajak mereka semua?"

"Mereka punya urusan pribadi masing-masing. Aku tidak enak hati terus mengganggu mereka. Keluarga mereka bisa marah kalau aku terus menahan mereka diluar rumah. Ada lagi yang ingin kau tanyakan?"

"Sebenarnya..., aku juga butuh udara segar. Apa boleh aku ikut? kalau kalian tidak keberatan" Oliver memelas saat mengutarakan keinginannya untuk bergabung bersama Theodor.

Sial!! Oliver, apa kau punya semacam satelit yang bisa mendeteksi bahaya bagimu?! batin Theodor mengumpat.

"Kami tidak masalah. tetapi aku khawatir kalau kau akan bosan berada di suatu tempat yang sama sampai malam tiba. Dan hanya melakukan satu hal saja, selama berjam-jam lamanya" sahut Hisashi dengan wajah setenang air. Sorot matanya mengucapkan kau yakin mau ikut?

"Sebenarnya di mana tempat rekreasi kalian?" Oliver tersenyum kaku mendengar penjelasan Hisashi yang panjang lebar.

"Theodor membutuhkan tempat yang hening, tetapi juga harus berada di tempat yang suci. Agar pengaruh buruk dapat dinetralisir sebelum kita berdua obati" Hisashi mulai bertele-tele.

"Aku ingin membawanya ke kuil. Sampai... malam tiba" tandas Hisashi tersenyum cerah.

"tetapi baru saja Theodor bilang rekreasi" Oliver merasa telinganya bermasalah kali ini.

"Ya, rekreasi religi tepatnya. Ayo, tunggu apa lagi" kekeh Hisashi mengibaskan tangan memanggil Oliver untuk ikut bersama mereka.

"Ah, ha ha ha begini. Paman menyuruhku untuk mendiskusikan rekam medis Theodor. Sebenarnya aku ingin sedikit menghindarinya karena terlalu lelah"

"Itu mudah. Kami akan mencarikan alasan untukmu saat kembali" tawar Amarru sepenuh hati.

"tetapi kalian baru pulang nanti malam. Dan rekam medis Theodor harus segera di bicarakan pada keluarga Pasien sebelum penanganan medisnya dimulai" kali ini Oliver yang bertele-tele.

"Kau bilang ingin ikut, tetapi kau juga yang membatalkannya" keluhan palsu Theo, tampak alami dimata semua orang. Diam-diam dia bersorak dalam hati mengetahui Oliver tidak jadi membuntutinya.

"maaf. Mungkin lain waktu" Oliver juga diam-diam bersyukur tidak jadi masuk ke dalam perangkap malaikat.

"Ayo kita sucikan diri kita" Theodor mengucapkan hal itu dengan suara lesu. dia memimpin di depan segera meninggalkan ruang tamu menuju mobilnya berada.

Perjalanan menuju Markas Ferghus.

Theodor mengamati jalan didepannya sambil mengemudi. dia mencuri pandang lewat kaca ke arah Hisashi.

"Kalau kau tidak mengucapkan soal wisata Religi mungkin dia akan mengacaukan rencana kita" kekeh Theodor gembira.

"Tiba-tiba muncul ide begitu saja" kekeh Hisashi sambil menatap Pemuda yang sibuk mengemudi itu.

"Bagaimana bisa kau tahu dia akan menyerah begitu cepat saat mendengar kata rekreasi religi?" muncul rasa ingin tahu dalam benak Theodor. Dan tanpa berpikir dia langsung bertanya.

"Kau pikir Iblis akan senang berlama-lama di dalam kuil? Yang penuh sesak dengan orang-orang yang sibuk berdoa?"

"Kurasa ini aneh"

"Maksudmu?"

"Ya, pada masa kami kanak-kanak Oliver tidak pernah alergi masuk ke rumah ibadah. tetapi setelah dia mendapatkan gelar Dokter, segalanya mulai berubah" jawab Theo sambil mengingat kembali masa lalunya bersama Oliver yang bahagia.

"Dia berubah... setelah jadi Dokter? kau ingat perubahannya seperti apa?" Hisashi jadi penasaran.

"Oliver yang ku kenal bisa berteman dengan siapa saja. tetapi dia berubah. Dia memusuhi anak-anak. Bahkan sejak itu tidak ada anak kecil yang berani mendekatinya. Karena sebelum itu terjadi, mereka akan bereaksi ketakutan begitu melihat sosok Oliver" Theo bercerita soal detik-detik perubahan Oliver saat lampu merah menyala.

"Tidak heran," Hisashi menghela napas dalam ketika dia mengucapkan kalimat ini.

"Anak-anak adalah perwujudan dari manusia yang suci. Mereka belum memiliki dosa. Iblis mana yang suka berdekatan dengan makhluk suci?" tandas Hisashi sambil memerhatikan keadaan diluar yang ramai.

"Justru karena itu. Pertama kali ada seseorang yang bilang Oliver mirip dengan wujud Sergei yang merupakan Iblis, aku masih sedikit... ragu"

"Lalu ucapanmu yang mengatakan Oliver bukan Putra Sergei, itu membuatku resah. Karena aku jadi berpikir bahwa Oliver kerasukan Sergei sejak menjadi Dokter" Theodor mengatakan kegundahannya terhadap Oliver saudaranya.

"Oliver kerasukan? hahahaha dia tidak terlihat seperti itu. Kau terlalu berharap dia masih saudaramu yang baik?" kekeh Eve sambil menepuk-nepuk bahu Theodor.

"Eve, jaga tanganmu. Kau bisa membuat seluruh orang dalam mobil ini mengalami kecelakaan" tegur Hisashi begitu merasakan mobil mulai tidak stabil bergerak akibat tepukan tangan Eve di bahu Theo yang sedang mengemudi.

"Sorry..." jawab Eve mengerutkan kening sambil memperlihatkan deretan gigi, merasa bersalah.

"Kata-kata Eve ada benarnya Theo" Hisashi mengangguk setuju.

"Oliver memiliki kesadaran penuh. Tidak terlihat seperti sedang dikendalikan" tambah Hisashi.

Mobil berhenti disebuah pekarangan dipenuhi dedaunan yang berserakan. Mereka merasa aneh mengapa Ferghus dan Adel memilih tempat ini sebagai markas?

Theodor mengirim pesan kepada Kenatt mengabarkan bahwa dia sudah tiba di lokasi. Kenatt mengarahkan mereka berjalan ke timur. Keempat orang ini berjalan, mengarah ke sebuah danau. Dan, di sepanjang danau tersebut, terdapat jembatan kayu.

Mereka menyebrangi danau menggunakan jembatan tersebut. Mereka berjalan terombang-ambing karena setiap gerakan akan menggoyangkan jembatan. Kini mereka tiba dihalaman yang sangat terawat. Tak jauh dari halaman rindang ini, ada rumah kayu yang cukup besar.

"Pilihan mereka cukup unik" Eve berdecak kesal. Tiga Pria yang mendampinginya memilih diam dan bergegas menuju rumah kayu.

"Boss! Hisashi sudah sampai!" teriak Anastasya setelah berpapasan di pintu masuk rumah kayu dengan Hisashi.

"Masuklah, anggap rumah sendiri" sambut Anastasya kepada Theodor.

"Apa dia rekan Ferghus dan Adel?" bisik Theodor sebagai orang yang baru pertama kali bertemu Antasya kepada Hisashi.

"Bukan. Dia mata-mata khusus yang dipimpin Kenatt. Apa ingatanmu buruk? kalian pernah bertemu di Red Water Park " jawab Hisashi singkat. Kelima orang ini berjalan menyusuri ruang tengah. lalu berdiri di depan pintu berwarna biru muda.

"masuklah" Anastasya membukakan pintu dan mempersilahkan ke empat tamu memasuki ruang yang di desain khusus menjadi mini teather.

"Anak buahku menemukan barang bukti surat perjanjian antara Sergei dan Jason Neal, dia adalah Jenderal Besar Angkatan Darat Negara Guandra. Mereka bekerja sama mengembangkan virus untuk menguasai dunia" Kenatt memperlihatkan surat perjanjian, sekaligus profil dari Jason Neal.

"sekadar informasi untuk kalian, Sergei terlibat dalam kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Organisasi Otra. Organisasi ini didanai langsung oleh Jason Neal. Dan 10 anggota Organisasi Otra, adalah mantan anggota Organisasi Hampho yang berhasil melarikan diri" tegas Kenatt penuh penekanan.

Wajah Hisashi dan Amarru mulai memucat. Dari semua orang yang pernah bersinggungan dengan Organisasi Hampho, hanya mereka berdua yang baru tahu kebenarannya.

"Maksudmu Hampho dan Otra saling terhubung?" Hisashi mencoba mencerna.

"Misi Organisasi Hampho pernah digagalkan. Tentu saja mereka tidak ingin dua kali gagal bukan? Organisasi Otra adalah mesin penghancur yang sudah dikembangkan. Lebih licik, sekaligus lebih mematikan" desis Kenatt sambil meremas pensil di tangannya hingga patah menjadi dua.

"Kita hampir mati saat bertempur dengan pemimpin Hampho dan sindikat Rathampholian. Seberapa menakutkannya Iblis bernama Sergei ini?" Ferghus mengutarakan kekhawatirannya.

Nächstes Kapitel