webnovel

Dimana semua korban?

Aaaaaaa!!

Teriakan Nauctha segera dibekap oleh Lucas. dia memberikan isyarat agar Nauctha diam.

"Keluar dari mobil cepat!!" perintah Lucas, yang bergegas membuka pintu mobil dan keluar paling awal.

Semua orang ikut keluar sesuai perintah Lucas berhubung peringatan pertama Lucas menjadi nyata. Lucas berlari ke mobil belakang dan memerintahkan teman yang lainnya untuk keluar juga. Mereka menjauh dari mobil secepat mungkin.

Pandangan Theodor dan teman-temannya mendadak terhalangi oleh kabut asap, yang semakin lama semakin pekat. Teriakan permintaan tolong, rintihan keputus asaan, suara pecahan kaca, bau bensin bocor, sekaligus bau daging terbakar terdengar sangat jelas.

"Bergandengan tangan. Jangan ada yang tertinggal" Lucas merasakan ancaman mulai mendekat.

Mereka saling menyebutkan nama untuk memberi tahukan identitas masing-masing setelah menggandeng tangan satu sama lain. Mereka menghela napas lega mengetahui jumlah anggota sudah sesuai.

Bugh!!

genggaman tangan Casandra hampir terlepas dari tangan Zack dan Berta saat seseorang menubruk tubuhnya dari belakang. Untung saja Zack dan Bertha menguatkan genggaman tangan mereka pada Casandra. Tangisan minta tolong dekat sekali di telinga Casandra. Itu karena orang yang menubruknya tadi kini memeluknya dari belakang.

"Siapa pun jangan merespon apa pun selain merespon suara teman kalian" tegas Lucas menyadari sesuatu yang tidak beres sedang terjadi pada salah satu anggota kelompoknya.

Casandra menangis setelah mendengar penderitaan orang dibelakangnya. dia tidak dapat berbuat apa pun karena perintah Lucas.

Tangan Nauctha langsung gemetaran hebat merasakan cairan kental yang terasa hangat membasahi pergelangan tangannya. Karena sekarang seseorang sedang memegang pergelangan tangannya. Jelas itu bukan salah satu dari kelompoknya. Karena Eve dan Adel sedang menggenggam erat telapak tangannya.

"Bibi, bantu aku bertemu Mom, ayo..." rengek seorang anak kecil. Ya, suara itu terdengar seperti suara anak-anak.

semakin tangan mungil itu mencoba melepaskan tangan Nauctha, maka Adel semakin kuat mengeratkan genggamannya pada Nauctha. Lama kelamaan tangan anak itu semakin kuat mencoba memisahkan antara Nauctha dan Adel.

Lima menit kemudian kabut asap mulai berkurang. Di menit ketujuh akhirnya sepenuhnya menghilang.

Theo dan kawan-kawan terbengong-bengong melihat sekitar mereka. Jalanan besar terlihat sangat lengang. Tidak ada tanda-tanda adanya kecelakaan beruntun terjadi di lokasi tempat mereka berpijak. Bahkan... tidak terlihat adanya tanda-tanda kehidupan di sana.

"di mana semua korban tabrakan beruntun?" otak Kabil berusaha memproses semua yang terjadi dengan apa yang dia lihat sekarang. Kedua informasi berlawanan tersebut membuat Kabil berpikir jangan-jangan otaknya mulai berhenti berfungsi.

"Lalu apa yang kita lihat baru saja?" kata Casandra menjatuhkan diri ke atas jalanan beraspal. Kakinya lemas seketika.

"Syukurlah Kabil mendengarkan peringatanku" desis Lucas sangat lega.

"Apa kita bisa kembali ke mobil sekarang?" Zack menatap Lucas meminta pertimbangan.

"Kau tidak ingin tahu apa yang ingin disampaikan para korban kecelakaan kepada kita?" Lucas malah bertanya pada Theodor yang sedang mencoba menetralkan ritme detak jantungnya.

"Bukankah ini ilusi?" Theo menatap Lucas tanpa ekspresi.

"Kau pikir ilusi bisa dirasakan 14 orang sekaligus?" Lucas terkejut.

"Jadi maksudmu baru saja adalah fenomena supranatural?" Arletha tercekat setelah sekian lama baru bisa mengeluarkan kata-kata.

"Kau bisa menangkap pesan mereka? padahal aku hanya menangkap permintaan tolong di telingaku" gumam Arletha bergidik ngeri.

"Mereka semua hanyalah korban kecelakaan yang tidak terduga, dari kecelakaan yang sengaja dibuat sebelumnya. Mereka berlomba-lomba menyampaikan pesan ini padaku"

"Lalu kita bisa apa? semua sudah terjadi dan pasti kasus ini juga sudah ditutup" Zack mulai bereaksi.

"Kau terlihat tidak berperasaan. Hey, aku sedang meminta respons dari anak salah satu korban. Jangan memotong pembicaraanku" Lucas menunjuk Zack dengan ujung telunjuknya. Lalu menatap lurus ke arah Theo.

"Maksudmu aku?!" Theodor sangat terkejut kecelakaan beruntun yang pernah terjadi dijalanan ini berkaitan dengan kasus pembunuhan kedua orang tuanya.

"Kau melihat kejadian yang sesungguhnya? katakan"

"Aku malas mengatakannya. Nanti kamu pikir aku sedang membual. mengapa tidak kau cari tau sendiri?" sahut Lucas sambil mengulurkan telapak tangannya.

"Aku tidak dapat melihat apa pun dari manusia yang masih hidup. Atau kau mau aku mengakhiri hidupmu terlebih dahulu?" Theo tersenyum hambar sambil menatap tajam Lucas.

"tetapi kau bisa melihat masa lalu Diandra dengan tepat"

"Karena dia di antara hidup dan mati kawan, mengapa kau berbelit-belit? katakan saja" geram Theo kehilangan kesabaran.

"Mereka berpikir setelah dapat meledakkan keluargamu ke dalam dasar jurang, tidak akan ada hambatan lain. Karena tidak ada saksi mata. Saat itu jalanan sepi. tetapi mereka keliru"

"Ada salah satu kendaraan yang berhenti untuk beristirahat sejenak tak jauh dari mobil mereka berhenti. Begitu orang itu tancap gas untuk melarikan diri, mereka memutuskan untuk melenyapkan orang itu juga. Karena aksi pengejaran tersebut lah, kecelakaan beruntun ini terjadi" Lucas menjelaskan secara garis besar.

"Mencelakai orang untuk membunuh orang lain. Bukan kah termasuk ide yang cukup kejam? Hanya orang tidak waras yang sanggup memikirkan terobosan semacam itu"

"Bagaimana dengan pelakunya? apa sudah diadili?" Arletha ikut geram.

"Mereka tidak dihukum sesuai dengan yang seharusnya. Mereka berhasil meyakinkan orang bahwa itu kecelakaan tidak disengaja. Bahkan mobil mereka dinyatakan mengalami rem blong"

"Ini kesaksian dari arwah korban yang sesungguhnya, atau hasli karya Sergei untuk membingungkan kita semua? coba pikirkan baik-baik" tandas Theo mengamati perubahan wajah Hisashi.

"Mereka benar-banar ada, dan sedang berusaha berkomunikasi dengan kita semua melalui Lucas" sahut Hisashi tegas tanpa ragu.

"Jadi ini penyebab jazad Dad dan Momku terlambat ditemukan. Karena ada dua kejadian nahas di hari yang sama," Theodor mengepal kuat.

"Kau tau identitas orang itu?"

"Mereka tidak tahu. tetapi mereka memiliki saputangan yang bertuliskan nama Otra. Dan di atas tulisan kecil tersebut ada gambar semacam arah mata angin. Namun tiap bagiannya ada beberapa simbol yang tidak aku pahami"

"Ada kertas dan pena di dalam mobil. Apa aman kalau aku masuk ke dalam?" rasa ingin tahu Theo semakin bertambah. dia langsung berjalan menuju mobil untuk mengambil buku tulis dan pena di dalamnya.

Semua orang mengikuti ke mana Theo pergi. Pria muda ini menyobek satu lembar kertas, dan menyerahkan pena sekaligus kertas ke tangan Lucas.

Dengan lincah tangan Lucas menggambar sebuah lingkaran. Lalu berpikir keras untuk mengingat apa saja lambang yang ada di tiap sisi yang berbeda di dalam lingkaran tersebut.

"Bukan kah ini lambang organisasi Hampho? yang sudah kita lenyapkan sebelumnya?" Adel menunjuk lambang dalam gambaran Lucas. Lalu menepuk bahu Kenatt dan Ferghus.

"Hisashi menurutmu bagaimana?" Kenatt melirik pada Hisashi yang lebih paham soal organisasi Hampho karena bagaimana pun juga, Putra kandungnya pernah menjadi korban kekejaman dari organisasi Hampho.

"Bagian sudut atas lambang keabadian. Bagian sudut paling bawah lambang dunia yang abadi, disudut lain aku tidak terlalu paham tetapi bagian arah jam delapan jelas itu lambang kekayaan" Hisashi merasa sangat mengenal tiap coretan lambang di kertas itu.

"Jadi Organisasi Hampho tak sepenuhnya kita musnahkan. Karena bagian pecahan kecil dari organisasi ini mulai membentuk organisasi baru yang Diandra dan Marcus sebut sebagai Organisasi Otra..." Kenatt mencoba mengaitkan antara kasus pertama dan kasus hari ini.

"Tetapi apa peranan Sergei dalam kelompok kecil ini? mengapa dia tidak menyatukan kekuatan dengan Marthen Mathias saat itu?" Ferghus mencari benang merah antara Marthen Mathias dengan Sergei tetapi otaknya mulai buntu.

"Bersyukurlah mereka tidak pernah bersatu melawan Ferghus dan Kenatt. Sebab kalau itu terjadi, kita sudah dikalahkan sejak dahulu" potong Adel cepat.

Nächstes Kapitel