Ketika lampu padam, Theo dan Eve merasa tersedot dan jatuh ke dimensi yang lain.
"Kau bisa membuat pendaratan kita muluskan," protes Theo kesal.
"Aku memang berencana untuk membuka dua dimensi. Namun kali ini bukan aku yang membawa kita ketempat ini. Jadi bukan aku yang mengontrol segala hal di sini" jawab Eve sambil menoleh kesana kemari tanpa melonggarkan kewaspadaan penuh.
"Jadi apa rencanamu sekarang?" Theo merasakan orang yang ada di sampingnya dalam mode siaga.
"Rencanaku berbeda dari mu bung, kurasa kau belum tentu menyetujui isi kepalaku ini" balas Eve, berdiri dan menepuk-nepuk kakinya yang penuh debu.
"Sudah ku duga sebelumnya. Jadi apa itu?"
"Musnahkan Sergei dan cepat pulang"
"Tetapi teka-teki di mana barang bukti kejahatan Sergei dan organisasi Otra belum ditemukan. Bagaimana kita bisa mendapatkan keadilan untuk para korban mereka?!"
"Sssst...pelankan suaramu. Apa kau mau memberi tahu keberadaan kita pada Sergei secepatnya?" Eve memperingatkan.
"Barang bukti jelas sudah dilenyapkan mereka Theo. Sergei membawa kita hanya demi mendapatkan tujuannya. Ya itu menguasai dirimu dan sekarang karena kemampuanku jauh melampaui dirimu, dia juga menargetkan aku" desis Eve sambil berjalan ke sembarang arah bersama Theo.
Theo mendapati ruangan di ujung selatan jauh lebih terang dari ruangan lainnya. Dia memberi kode pada Eve agar mereka mendekati tempat itu. Masalahnya Eve tidak setuju karena bisa jadi jika mereka pergi ke sana, keberadaan mereka lebih mudah terdeteksi Sergei.
"Pintu keluarnya di sebelah sana" Theo menunjuk ke arah barat.
"Kau ingin keluar? tetapi mengapa kau yakin sekali ada pintu keluar di sana? apa ruangan ini menyerupai sebuah bangunan di dunia nyata?" tanya Eve penasaran.
"Ini gedung di mana Diandra dan Marcus memata-matai Sergei. Aku bisa mengingat dengan jelas"
"Bagaimana caramu mengetahui tempat ini?" Eve mengerutkan kening.
"Aku bisa melihat kenangan terakhir seseorang yang sudah mati. Lalu sebenarnya apa kemampuanmu Eve?"
"Tak perlu terburu-buru untuk tahu. Kalau kau yakin jalan keluarnya di sana mari kita langkahkan kaki ke tempat itu" jawab Eve masih belum ingin mengungkapkan kemampuannya.
Tadi dia bersi keras ingin menyelesaikan masalahnya dengan Sergei. Tetapi begitu sudah masuk dalam jebakan Sergei dia ingin segera keluar?
Sayangnya, makhluk itu jelas tidak akan dengan mudah melepaskan kita. Dia sudah merencanakan sesuatu terhadap kita. Jadi, daripada aku memaksamu untuk tetap mengulur waktu dan mencari petunjuk, lebih baik kau mengetahui kenyataannya sendiri. Batin Eve mengikuti langkah demi langkah Theo.
Sebelum sempat berjalan ke arah pintu keluar, mata Theo dan Eve menangkap cahaya menyilaukan dari arah luar gedung. Cahaya dari lampu mobil yang baru saja terparkir di depan gedung.
"Ada kehidupan di dimensi ini?" gumam Eve tak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Selama ini aku dan teman-teman selalu terdampar di tempat semacam ini. Kami selalu dipaksa melihat masa lalu kehidupan seseorang. Dia akan masuk. Cepat sembunyi" bisik Theo menyeret lengan Eve bersembunyi di balik tirai.
Ternyata ada dua orang yang memasuki ruangan. Mata Theo terbelalak melihat Sergei sedang berjalan masuk bersama seseorang.
"Kau mengenal mereka?"
"Yang menggunakan jas biru tua namanya Sergei. Si jahat yang mengurung kita di dalam sini" bisik Theo masih mengawasi dua orang yang sudah melangkah menjauh dari pintu.
"Untuk apa kita sembunyi? kalau ini hanya masa lalu?" bisik Eve lagi.
"Aku hanya tidak ingin mereka bisa berinteraksi dengan kita"
"Hah? bagaimana bisa? katamu ini masa lalu"
"Bahkan mereka bisa menyentuhmu tanpa rintangan. Karena itulah kita harus bersembunyi. Ini kandang musuh"
"Kau tidak penasaran apa yang akan mereka lakukan?"
"Lagi pula aku sudah pernah melihat. Di sana ada Marcus dan Diandra sedang memata-matai Sergei. Lebih baik kita keluar sekarang. Aku ingin tahu mereka tertangkap atau tidak" jawab Theo mendekati pintu.
"Tidak bisa dibuka" Theo panik menyadari pintunya sulit dibuka. Padahal jelas-jelas Sergei dengan mudah membuka pintu bahkan kuncinya tergantung di pintu!
"Jangan buang-buang waktu. Ikuti saja dua orang tadi"
"Bagaimana kalau mereka menyadari keberadaan kita?"
"Apa kau bodoh? Sergei sendiri yang membawa kita kemari. Dengan kata lain, dia sedang menyiapkan banyak jebakan di sekitar kita. Untuk apa bersembunyi jika dia kali ini berniat menangkap kita, pasti sudah dilakukannya semenjak kita terperangkap di tempat ini"
"Lalu kita hanya diam saja dipermainkan begini?" geram Theo. Kali ini dia menggunakan seluruh tenaga untuk membuka pintu.
"Ayolah..., simpan tenagamu untuk melepaskan diri dari Sergei"
"Bantu aku membukanya! aku sedang berusaha kabur darinya!" marah Theo ketika melihat Eve tak melakukan usaha apa pun.
"Berhenti melakukan hal yang sia-sia bodoh, ikuti saja mereka diam-diam" jawab Eve berbalik, melangkah mengikuti jejak sepatu yang ditinggalkan Sergei dan rekannya. Terpaksa Theo mengekor di belakang Eve.
"Mereka pasti di dalam sana" kata Theo setelah melewati banyak lorong gelap yang berkelak-kelok. Jika bukan karena ingatan masa lalu Diandra, Theo dan Eve pasti sudah tersesat.
"Ruangan apa di dalam sana?"
"Laboratorium besar. Tempat dia menjadikan manusia sebagai bahan percobaannya" bisik Theo.
"Marcus dan Diandra mengawasi mereka dari mana? Apa mereka tahu password Sergei?" bisik Eve memerhatikan pintu canggih milik Sergei.
"Jelas bukan di tempat ini"
"Apa maksudmu? jadi kau tidak yakin?" keluh Eve mulai kesal.
"Kejadian di mana Marcus dan Diandra ketahuan memata-matai Sergei bukan ditempat itu" Theo berusaha menjelaskan.
"Lalu mengapa kau malah kemari?"
"Kakiku membawa kita kemari. Soal...tempat mereka ketahuan aku belum bisa memastikan" kekeh Theo berusaha mencairkan suasana.
"Jauhkan ekspresi bodohmu dari mataku" Eve mulai emosi. Dia berencana untuk pergi ke sisi lain tetapi ada hal aneh terjadi pada kedua kakinya.
"Theo...ka-ki-ku..." Eve berbisik lirih pada Theodor yang masih memandangi pintu.
Theo menoleh memerhatikan kaki Eve yang terlihat biasa saja. Merasa tidak ada yang aneh, dia berencana menyamakan posisi dengan Eve tetapi dia tercekat kaget merasakan kakinya tak mampu untuk melangkah.
"Kakiku juga tak bisa digerakkan. Kau punya rencana?!" kali ini Theo jauh lebih panik dari Eve.
Tap
Tap
Tap
suara dua langkah kaki dari sisi lain semakin terasa menegangkan. Suasan temaram berubah menjadi terang seolah gedung tempat mereka tersesat ini kembali menjadi hidup.
Percuma berusaha sembunyi bagaimana bisa? sekarang mereka lebih mirip seperti hewan buruan yang telah masuk jebakan. Theo menatap asal suara dengan tatapan pasrah. Siapa yang mengira? dengan cepat mereka tertangkap.
"Berusaha kabur?"
Deg!!
Ding!! Ding!! Ding!!
Rekan Sergei menekan alarm di balik jas hitamnya sambil memerhatikan Theo dan Eve. Sial!! apa mereka bisa berinteraksi dengan Sergei, di dalam dimensi lain ini?!