webnovel

Raga Yang Kosong

"Kau yakin tempatnya di sini?" Kenatt keheranan mengapa Diandra bisa mengubur sesuatu yang penting, di tempat hiburan seperti ini? Tidakkah dia berpikir akan mudah bagi orang asing untuk menemukan benda itu?

Suasananya sangat mencekam karena pencahayaan di sana sangatlah kurang. Bagaimana lagi? Ini bukan jam Winter Water Park dibuka.

"Sebelum tempat ini menjadi Winter Water Park, sebenarnya tempat inilah, markas besar dari Sergei" kata Theodor menjelaskan mengapa Diandra menguburkan barang bukti itu di sini.

"Apa otaknya sedang tidak beres? mengapa dia menyembunyikan barang bukti di kandang musuh?" keluh Casandra Huibert karena dirinya harus turut kembali berada di tempat paling tak diinginkan pada jam-jam tertentu.

"Dia tidak sadar berada di kandang musuh pada awalnya. Dia hanya berpikir untuk menyelamatkan barang bukti, kabur, dan mengambilnya lagi setelah suasana kondusif" jawab Theodor menoleh ke sembarang arah mencari titik di mana barang bukti terkubur.

"Apa Diandra juga menunjukkan posisinya sekarang berada di mana?" Adeline memicingkan mata ke suatu arah, sambil menanyakan hal ini dengan serius pada Theodor.

"Masalahnya posisi pada masa lalu jelas akan berbeda dengan pada masa kini. Kita harus mencarinya segera. Ngomong-ngomong kau sedang menatap apa dari tadi?" Theodor balik bertanya sambil mencari arah objek yang menarik perhatian Adel sedari tadi.

"Ada benda bercahaya di arah sana" Adel menunjuk ke arah wahana yang pernah hampir menewaskan Theodor dan kawan-kawan.

"Mungkin berasal dari air di tempat itu. Kita lanjutkan pencarian?" potong Ferghus ikut memandang ke arah wahana yang ditunjuk Adeline.

"Jangan menyepelekan apa yang sekilas kita lihat Ferghus. Kita harus memeriksanya sekarang juga" cegah Lucas Kelf agar kawanannya tidak melanjutkan langkah mereka ke tempat lain. indra keenamnya seolah sedang mencium jejak Diandra.

"Cukup Theo yang bersikap aneh oke, kau tidak perlu ikut tertular kebiasaan anehnya" protes Arletha memukul lengan Pria bernama Lucas.

"Mata batinku sulit terbuka lebar di tempat ini. Satu hal yang aku sangat yakin, yang dilihat Adeline bukanlah pemandangan biasa" kata Lucas Kelf sambil mengusap usap lengan kirinya yang sakit, akibat pukulan keras kekasihnya.

"Biar kubantu" kata Hisashi meminta izin pada Lucas. Pria Biksu tersebut berdiri tepat di depan Lucas, memerintahkan Pria muda itu menghela napas panjang, sebelum memejamkan mata.

"Theodor kemarilah," panggil Hisashi. Theo memenuhi panggilan, dan mendengarkan dengan saksama perintah Hisashi.

"Kau melihat ciri-ciri benda yang telah dikubur Diandra bukan?"

"Ya"

"Tolong bisikkan di telinga Lucas, ciri-ciri benda itu baik bentuk, warna, jika perlu tekstur dari kantung plastik itu sendiri" perintah Hisashi.

Theodor mengangguk lalu membisikkan sesuai perintah dari Hisashi sementara Lucas tetap memejamkan mata. Saat Hisashi meletakkan jemarinya di kedua kelopak mata Lucas, Pria itu sedang merasakan dirinya tersedot sebuah pusaran angin berwarna hitam kelam.

"Lucas...jangan melawan. Ikuti saja arusnya atau aku akan terluka" suara Hisashi menggema di dalam pusaran hitam kelam. Lucas terpaksa mengikuti aturan yang diberikan Hisashi.

Brugggh!!

Lucas terjatuh ke sebuah tempat yang sangat asing. Ya, Hisashi melemparkan Lucas ke masa lalu di mana kenangan Diandra berada. Di padukan dengan Theodor yang menggambarkan seperti apa kenangan Diandra itu, lebih tepatnya. Maka jatuhlah Lucas, pada tempat yang tepat. Sebuah tanah lapang penuh dengan ilalang, mendominasi. Dua menit kemudian, terjadilah komunikasi antar dua dimensi.

"Katakan Lucas. Di mana sekarang kau berada?" tanya Hisashi sambil memberi kode pada semua orang agar tidak membuat suara.

"Aku tidak tahu. Hanya...lahan tanah kosong yang luas,"

"Berjalanlah ke Utara Lucas. Di sana, ada markas besar Sergei" Hisashi memberi petunjuk.

"Utara? Di mana itu? Aku buta arah"

"Lucas, jika kau melihat ada tiga pohon eak berdiri dua, di depan dan satu lagi, di belakang, jaraknya sekitar lima jengkal kaki, maka kau berada di tempat yang tepat" Theodor menggunakan ingatan terakhir Diandra sebagai petunjuk arah.

Lucas memutar tubuhnya perlahan tak ada satu pun pohon di sana yang ada hanya ilalang.

"Sepertinya aku berada di titik lain. Di sini hanya terlihat ilalang kering" jawab Lucas sambil mempercepat langkah kakinya.

"Oh ya ampun..." suara Lucas tercekat seolah dia melihat sesuatu.

"Kau...menemukan sesuatu?" kini Hisashi mulai mencari tahu apa yang dilihat Lucas.

"Seperti apa tepatnya pohon eak, dalam ingatan Diandra? Theo katakan" tiba-tiba Lucas ingin mengetahui detailnya.

"Itu...hanya deretan pohon yang setengahnya terbakar"

"Aku menemukannya. Sekarang aku tinggal berjalan lurus bukan?"

"Ya," jawab Theodor bersemangat.

"Mulai dari sana berhati-hatilah. Kalian sudah pernah terlempar ke dimensi di mana para penghuninya dapat berkomunikasi sekaligus menyentuh. Jangan sampai kau terbunuh di tempat itu" Hisashi memperingatkan.

"Tunggu. Dimensi itu buatan Diandra kalau dia lenyap, bukankah masalah itu sudah dianggap berakhir?!" pekik Lucas menghentikan hentakan kakinya.

"Terus melangkah Lucas jangan buang-buang waktu" Hisashi memperingatkan.

"Jawab dahulu pertanyaanku Pak Tua," geram Lucas merasa terjebak.

"Bukan. Dimensi itu tidak dibuat atas keinginan Diandra. Ada alasan lain mengapa dimensi itu tiba-tiba muncul. Meski kali ini aku yang membuat, jangan lupa pintu antar dimensi itu tidak hanya satu. Jika sesuatu yang gelap membuka pintu dimensi yang lain, maka makhluk hidup sekali pun yang ada di dalamnya, dapat terjebak selamanya di sana" desis Hisashi panjang lebar.

"Dia tidak mungkin bisa bergerak sendirian. Bawa aku bersamanya sekarang" Zack Amstrong menekankan kalimat sekarang, sambil menatap tajam Hisashi.

"Dua terlalu berisiko. maafkan aku"

"Hisashi!! Aku bilang, kirim aku pada Lucas SEKARANG!!" bentak Zack meradang.

"Zack, larangan Guru tentu ada alasannya. Jangan memaksakan kehendakmu" potong Amarru gelisah merasakan sesuatu sedang terjadi.

"Guys...berhenti berteriak oke, sesuatu dalam dimensi ini mengetahui keberadaanku. Dia, bereaksi dengan suara keras" kata Lucas memotong pertengkaran demi pertengkaran antara Zack dan Hisashi.

Aaaargh!!

Pekik Lucas merasakan gempa bumi besar mengguncang dimensi tempatnya berpijak.

"Lucas kau baik-baik saja? Lucas" panggil Theodor mendengar sesuatu bergemuruh di dalam dinding telinganya.

"Theo kendalikan dirimu. Kau kunci Lucas untuk masuk sekaligus keluar. Kendalikan diri apa pun, yang kau rasakan sekarang oke," Amarru memperingatkan Theodor yang menutup kedua telinganya sambil meringis kesakitan. Tak jauh dari Theodor, Hisashi malah terlihat mimisan.

"Jangan lanjutkan. Kita sudah gagal karena Zack. Ku mohon jangan memaksakan diri Guru" kata Amarru, sambil menyalurkan tenaga dalamnya pada sang Guru.

Hisashi merasa peringatan Amarru harus didengarnya. Beliau bersiap menghimpun tenaga, dibantu Amarru untuk menarik kembali, roh Lucas ke raganya.tetapi....

Klap

Klap

"Oy, siapa itu?! Tunggu!! Jangan lari!!" tiba-tiba petugas keamanan muncul, menyorot gerombolan penyusup.

Priiiiiiiit

Priiiiiiiiit

Salah satu dari tiga penjaga keamanan meniup peluit mencari tenaga bantuan, untuk meringkus para penyusup!! Theodor dan kawan-kawan terkejut bukan main sementara Hisashi memberi isyarat agar mereka lari membawa raga Lucas.

Sementara itu, di alam dimensi di mana Lucas terjebak, Pria muda ini terguling masuk ke dalam ilalang yang rimbun. Lucas terantuk sebuah batu kepalanya terasa pusing berkunang-kunang.

Drap drap drap

Drap drap drap

Lucas mampu mendengar suara derapan langkah kaki berlarian. Orang atau entah apa pun itu berhenti tepat di titik di mana Lucas tersembunyi. Ada bunyi kendaraan melaju dari kejauhan, sepertinya akan menuju ke tempat mereka berada. Masalahnya sesuatu yang berada tak jauh dari Lucas itu, kini melangkah tertatih-tatih seolah takut akan ketahuan oleh seseorang.

Diandra!!

Mata Lucas membulat melihat ada Diandra sedang bersembunyi di semak belukar tepat di samping Lucas. Pria itu tak mampu bersuara karena kepalanya semakin terasa berat...pandangannya mulai memburam bahkan kini tak sadarkan diri. Sementara Diandra yang tak menyadari keberadaan Lucas di sebelahnya, berpikir untuk menyembunyikan wasiat terakhir Trevor.

Tangannya meraba-raba mencari alat untuk menggali, sampai menemukan batu tak jauh dari kepala Lucas berada.

Diwaktu roh Lucas pingsan, terjadi sesuatu pada tubuh Lucas. Semua orang diam membisu sambil memandang raga kosong Lucas, yang terbaring di atas tempat tidur. Ada raut wajah penuh penyesalan di diri Zack. Jika dia tidak membuat keributan, mungkin para penjaga keamanan yang tengah berpatroli keliling wahana Winter Water Park, tidak memergoki keberadaan mereka semua.

"Mengapa Lucas tidak kembali juga? Ini sudah tiga jam Hisashi" Arletha Beam mulai menunjukkan kecemasan luar biasa.

"Kalau kita ingin dia kembali, maka kita harus membawa raganya kembali ke Winter Water Park. Tepat di titik mana, ruhnya dilepaskan" jawab Hisashi sambil menyeka darah yang mengalir dari dalam lubang hidungnya.

"Hey, Lucas!! Dia kejang!!" pekik Nauctha melihat raga tanpa roh itu, bergerak tak beraturan. Hisashi dan Amarru bangkit dari duduknya seketika. Mereka saling berpandangan sambil mengangguk bersamaan.

Mereka berlari ke arah Lucas yang mengalami kejang. Amarru menyalurkan energi hangat ke tubuh Lucas dari pinggang ke bawah, sementara Hisashi dari ujung rambut sampai ke arah perut. Seluruh orang, kecuali mereka berdua terlonjak lalu berlari menjauh.

Begitu Theodor dan kawan-kawan melihat mata Lucas terbuka tetapi yang terlihat hanya warna putih di kedua matanya. Saat Hisashi dan Amarru sibuk menghangatkan tubuh Lucas, Pria bernama Lucas tubuhnya tiba-tiba melayang sampai telapak tangan Hisashi dan Amarru yang berada dalam jarak agak jauh dari anggota tubuh Lucas, kini tak berjarak lagi.

Kedua orang ini terkejut menyadari ada tamu tak diundang masuk dalam raga kosong.

"Tekan dan Kunci!!" teriak Hisashi memberi aba-aba pada Amarru. Dengan kompak mereka mengunci, sekaligus menekan Lucas hingga Pria yang kini tengah dihinggapi makhluk lain itu tak mampu berkutik lagi. Dengan tangan yang lain, dia mengambil botol kecil terbuat dari tembikar, membuka penutupnya, lalu menyiramkan air suci ke wajah Lucas.

Khaaaaaaaaaah

Khrrrrrrrr

Khrrrrrrrrr

Hisashi dan Amarru melepaskan ikatan tangan mereka pada tubuh Lucas setelah Lucas tak bergeming lagi. Terdengar pula suara helaan napas keduanya sebagai pertanda kelelahan luar biasa.

"Lucas....kerasukan?" Nauctha ingin memperjelas apa yang tengah dia saksikan tadi.

"Seperti yang kau lihat tadi" jawab Hisashi, meraih sebotol air mineral dan meneguknya sampai habis.

"Kita tak boleh membiarkan raganya kosong lebih dari 5 jam. Karena raganya akan mengundang makhluk-makhluk gelap untuk mengambil alih kendali raga Lucas" tandas Hisashi setelah minumannya tandas.

"Kita kembali lagi. Kali ini, hanya Hisashi, Amarru, aku dan Zack yang pergi ke sana. Tidak ada yang boleh keluar dari sini selain kami. Mengerti?!" kata Theodor menatap satu persatu para Gadis di sana.

"Kabil, awasi mereka" tambah Theodor sambil melirik ke arah Nauctha.

"Terutama si keras kepala ini" tambah Theodor menyentil kening Nauctha gemas.

"Jangan buang-buang waktu. Bawa Lucas segera" Hisashi memperingatkan sekali lagi.

Zack dan Theo memasukkan Lucas ke dalam karung goni. Keduanya saling membantu menggotong karung beras berisi Lucas. Sementara Amarru sibuk mengawasi sekitar, agar tak ketahuan seperti tadi.

"Sial!! Penjagaan diperketat bagaimana ini?" kesal Zack merutuki nasip.

"Butuh bantuan?" tiba-tiba suara seorang Wanita membuyarkan kewaspadaan mereka.

"Siapa kau?" tanya Zack tak bersahabat.

"Santai dahulu broo, aku yang mengundangnya kemari. Atas permintaan Hisashi langsung" suara Kenatt terdengar mendekat ke arah mereka.

"Kenalkan aku Evelina. Salah satu klien dari tim Ferghus" sahut Eve menawarkan diri berjabat tangan dengan Zack.

Nächstes Kapitel