webnovel

Bantuan Datang!!

Malam akhirnya tiba dan tim Wonders Of The World pun telah tiba. Seluruh permasalahan yang mereka alami telah diutarakan sedetail mungkin.

"Kami tidak bergerak sendiri teman-teman, jadi biarkan aku memperkenalkan semua tim kami." Kata Ferghus memperkenalkan satu persatu. Nauctha dan kawan-kawan hanya mampu menatap takjub dengan semua anggota tim Wonders Of The World yang tak biasa.

"Jadi mulai dari mana kita akan bergerak?" tanya Theo kepalanya sudah tumpul memastikan mana dahulu yang harus diprioritaskan.

"Ini akan membuat kalian merasa tidak nyaman, tetapi yah, memang harus kita lakukan. Pancing pelaku dengan calon mangsanya" jawab Kenatt tersenyum tanpa ada gurat keraguan di wajah tampannya.

"Memancing pelaku di rumah ini?! Kalian membahayakan Nauctha" tegas Theo tak setuju.

"Bisa dilakukan dilain tempat. Kita masukkan Diandra ke rumah sakit yang jauh dari rumah kalian semua. Lalu kita sebarkan berita, bahwa kita sedang mencari anggota keluarga Diandra. Pancingan ini akan sangat efektif jika diimplementasikan melalui berita televisi sekaligus surat kabar" Kenatt memberi opsi tempat lainnya.

"Baiklah. Kapan kita bisa memulai rencana ini?" Theo menatap tajam pada Kenatt, Adel dan Ferghus secara bergantian.

"Aku harap kalian tak terlalu terburu-buru. Bagaimana jika besok?" jawab Adel meminta persetujuan.

"Oke, dan...satu hal lagi Tuan Kenatt. Saya ingin meminta tolong kepada Anda bisakah membantu kami melacak orang yang kami curigai secara diam-diam?" Lucas memutuskan sekaligus mencoba meminta bantuan.

"Hmm, itu mudah bagiku. Jadi siapa orang yang kalian curigai?" jawab Kenatt menganggukkan kepala setuju.

"Sergei. Dia Dokter di rumah sakit Louis Castelo. Rumah sakit yang sama dengan suster Diandra. Orang yang sedang kami lindungi itu"

"Yah, meskipun Sergei sudah di depak dari rumah sakit itu dan tidak akan mungkin mendapatkan kesempatan bekerja lagi di rumah sakit mana pun, kami curiga beliau menggunakan anak buahnya yang bisa jadi saat ini, bekerja di rumah sakit Louis Castelo. Cari tahu identitas anak buahnya itu" jawab Lucas.

"Tunggu. Mengapa kalian sibuk mencari keberadaan orang itu? Langsung saja mencari orang yang kalian curigai siapa namanya? Sergei?" potong Kenatt merasa heran.

"Karena bisa jadi si eksekutor adalah anak buahnya. Jika dia tertangkap basah, akan sangat mudah menangkap tangan Sergei"

"Kalian mengapa bisa sampai seyakin itu? Katakan alasannya. Kalau kalian benar-benar membutuhkan bantuan kami, tidak boleh ada rahasia di antara kita"

"Masalahnya apa kalian akan mempercayai hal itu atau justru menganggap kami hanya sebagai sekumpulan orang gila?" Jawab Kabil mencoba memberi tahu Kenatt secara bertahap.

"Well, kami sering menghadapi banyak hal tak masuk akal. Mari kami dengar apa yang belum kalian ceritakan pada kami," tandas Adel, sambil bersedekap, menatap penuh perhatian pada pengguna jasanya.

"Dia Theo, dan yang di sana Lucas. Baru kami ketahui bahwa Theo dapat melihat masa lalu seseorang, lewat sebuah sentuhan. Masalahnya....," Nauctha menahan kalimat terakhir, membuat tim Adel mengerutkan kening.

"Theo hanya bisa mengetahui masa lalu orang yang sudah mati" tambah Nauctha sambil menghela napas.

"Dan Lucas..., dia bisa melihat sekaligus berkomunikasi dengan orang mati" cerocos Nauctha entah kapan dirinya akan berhenti.

"Jadi, apa yang diketahui Theodor, tentang insiden komanya Diandra?" deheman Hisashi membuat krunya langsung menatap antusias. Sebab Hisashi, tak akan berbicara panjang jika tidak ada hal mendesak ataupun sangat penting.

Bekerja sama dengan Hisashi dalam banyak kasus tak biasa, membuat rekan satu timnya, sensitif pada tiap kata-kata dari bibirnya.

Maka Theo mulai menceritakan masalah ini bermula dari mimpi buruk yang senantiasa selalu menghampirinya. Awalnya, mimpi itu terus berulang hingga Theodor hafal diluar kepala. Namun dua minggu kemudian, mimpi tersebut muncul layaknya tayangan Opera sabun berseri di TV.

Karena itu, Psikiater menyarankan dirinya pergi berlibur untuk merelaksasikan baik tubuh dan pikirannya.

Akhirnya Theo dan kawan-kawannya malah terdampar di Red Water Park. Ini kesepakatan antara, Theodor dan tim Wonders Of The World bahwa mereka hanya akan menyebutkan Red Water Park, untuk menyamarkan nama sebenarnya. Dari sinilah, gangguan dan teror semakin banyak bermunculan.

Bahkan kali ini, bukan hanya mimpi lagi tetapi penampakan hantu, berpindah antar dimensi, dapat berkomunikasi bahkan bersentuhan dengan penduduk dimensi lain, bermunculan nama orang-orang yang ternyata, sudah meninggal dunia dengan kematian tak diketahui penyebabnya, bermunculan informasi tentang kasus pembunuhan berencana dari para jenazah yang ditemukan Theo, sampai tiba-tiba ada percobaan pembunuhan kembali yang menimpa Diandra.

"Dari mimpi, penglihatanmu, sampai percobaan pembunuhan Diandra semua itu...apakah hanya mengarah pada Sergei?"

"Tidak semua. Sebenarnya aku tidak yakin ada atau tidaknya sangkut paut Sergei, dalam hal ini. Maksudku dalam hal mimpiku sebelum pergi berlibur. Tetapi kalau mengenai penampakan, penglihatan tentang masa lalu, hubungan antara satu jenazah dengan jenazah lainnya, jelas ada hubungannya" keterangan Theodor tegas.

"Jadi kita memulai kasus ini berdasarkan laporan adanya mayat-mayat korban pembunuhan yang tidak diketahui identitasnya. Dan penemuan korban percobaan pembunuhan, yang kini masih belum dapat dimintai keterangan karena koma" kata Kenatt mulai mendapatkan gambaran kasar utuh kasus apa, yang harus dia selidiki terlebih dahulu.

"Hello Armian. Aku membutuhkan bantuanmu. Kau coba selidiki seseorang bernama Sergei. Dia sempat terkena kasus penelitian ilegal di rumah sakit bernama....." Kenatt melirik pada Theodor.

"Louis Castelo"

"Rumah sakit Louis Castelo. Beritanya sangat viral di tahun itu lantaran, banyak orang yang tewas, karena menjadi objek penelitian" perintah Kenatt pada anak buahnya melalui telepon.

"Apa ada hal lain yang ingin kau katakan lagi? Seperti apa mimpimu akhir-akhir ini?" Hisashi mencoba mencairkan suasana tegang.

"Semenjak aku terlalu sering menggunakan kemampuanku melihat masa lalu, aku jadi jarang bermimpi" jawab Theodor menyadari hal ini telah terjadi padanya, tetapi dia tak menyadari soal sepenting ini. Padahal dia sampai harus terus kontrol dengan saudaranya yang Psikiater, bahkan minum puluhan pil jika di kumpulkan selama satu bulan.

"Apa kau sudah sembuh atau karena hanya kelelahan saja jadi alam bawah sadarmu pun akhirnya menolak untuk bermimpi?" tanya Nauctha antara senang sekaligus waspada.

"Kurasa itu tidak berpengaruh besar. Maksudku kelelahan yang dialaminya bukanlah faktor penyebab dia tak bermimpi. Karena aku melihat sejak dia mengenyam pendidikan di universitasnya, Theodor jarang bermimpi" tegas Hisashi setelah lama membuka kedua mata batinnya.

"Omong kosong apa ini? Jelas-jelas aku bermimpi buruk tiap hari sampai aku harus berobat ke Psikiater. Kalau bukan mimpi jadi menurutmu apa?" kini Theodor berdiri sambil menatap marah pada Hisashi.

"Hey, tolong jernihkan pikiran Theo. Beliau orang yang jauh lebih tua dari kita maka tolong hormatilah pendapatnya" mendengar sekaligus melihat Theodor dirundung amarah pada Ayah tirinya, Ferghus ikut berdiri ingin menengahi.

"Hey broo, tujuan kami kemari untuk apa? Untuk menolong kalian bukan? . Memberi jalan keluar, bagi masalah yang sedang kalian hadapi bersama" kata Ferghus, sambil menepuk punggung Theodor pelan.

"Segala pencapaian Wonders Of The World, semuanya berkat bantuan Hisashi. Dia selalu bisa memberi kami petunjuk, jalan keluar, penyelesaian yang tidak biasa. Bahkan meski petunjuk, jalan keluar, dan penyelesaian yang dia tunjukkan kepada kami selalu diluar logika. Tetapi itulah cara dia bekerja"

"Ku harap kalian semua, tidak menganggap ucapan Hisashi hanyalah omong kosong. Segala ucapannya, pasti ada penjelasannya" Ferghus membela Hisashi mati-matian.

"Chichi jelaskan mengapa kau mengatakan hal itu padanya" tambah Ferghus sehalus mungkin memberi kesempatan bagi Hisashi membuat penjelasan.

"Apa pun yang kau lihat dalam tidurmu itu, jelas bukan mimpi. Itu potongan ingatanmu yang kabur. Ada beberapa ingatan, yang berusaha untuk muncul tetapi tertahan di alam bawah sadarmu"

"Akibatnya, kepingan ingatan tersebut bila berhasil kau ingat kembali akan terasa seperti teror. Kau selalu menyebutnya mimpi buruk" jawab Hisashi menghela napas getir. Dia tidak bisa menjelaskan hal lebih lanjut lagi karena memang Theo harus memecahkan teka-teki masa lalunya sendiri.

Nächstes Kapitel