webnovel

CH.305 Kehancuran?

Sekejap saja aku benar-benar terkejut dengan apa yang di depan mataku. Padahal setidaknya aku mengharapkan waktu yang lebih lama lagi untuk aku bisa bertindak lebih. Namun siapa sangka bahkan mana Demonirya lenyap habis dalam waktu tiga hari, ah tidak empat hari.

Semua itu dimulai saat Kiera tiba-tiba datang dengan Feliha ke kantorku dan memberi tahu apa yang sedang terjadi dengan bantuan IAI. Memang seingatku aku tidak memberi perintah apa pun untuk memberi tahu kalau ada perubahan terjadi kepada IAI, jadi wajar kalau aku tidak tahu.

Padahal aku sudah berharap agak tinggi, tetapi kenyataan bukan hanya menyeretku kembali ke tanah, lebih lagi aku dibawa masuk ke inti bumi yang rasanya seperti neraka. Ahh apa yang namanya harapan? Yang kukenal hanyalah putus asa.

"Semuanya… sudah berakhir. Kita tidak bisa memakai mana dunia lain lagi selain Demonirya. Mana Kimino, Heiya, Logiate, Terra, semuanya tidak bisa terpakai."

Bodohnya aku baru sadar bahwa selain mana Demonirya, tidak ada mana dari dunia lain lagi yang bisa kugunakan. Semua mana itu masih terpakai bagi kami karena setidaknya ada satu orang di dunia ini yang memerlukan mana itu.

Yang terendah pun mana Kimino pun masih dibutuhkan mama untuk bisa bertahan. Jangan lupakan mamaku walau aku jarang menemuinya karena kejadian akhir-akhir ini. Mama pun melumrahkan hal ini dan memintaku untuk fokus kepada hal ini saja.

"Sayang, jangan menyerah dulu. Setidaknya kita masih punya waktu sampai semua orang benar-benar tidak bisa hidup lagi."

"Berapa lama lagi? Memang mereka bisa hidup berapa lama lagi dalam kondisi ini? Sin di sini baik-baik saja karena aku menggunakan sihir penyembuhan padanya. Namun orang di luar sana akan mati dalam beberapa hari tanpa bisa bergerak untuk makan dan minum."

Mana ibarat dorongan atau aliran darah, selama ada, maka tubuhmu akan bisa bergerak. Namun mana juga bukan segalanya seperti yang aku pernah bilang. Makanan dan minuman pun tetap dibutuhkan sebagai manusia.

Mereka mungkin bisa bertahan beberapa hari tanpa makan dan minum, tetapi apa setelah itu? Semua manusia yang hidup di dunia ini akan mati perlahan karena kehabisan energi kehidupannya dengan pasti.

"Sebenarnya aku tidak ingin menyetujui ucapan Sin, tetapi apa yang diucapkannya ada benarnya. Memang pada akhirnya manusia akan mati, namun seharusnya tidak mati massal karena kejadian ini."

"Jangankan mati massal, kujamin dunia ini tidak lama lagi akan kehilangan kekuatan untuk menahannya menjadi satu. Dan setelah kau sadar, dunia ini tidak akan pernah ada karena hancur tak meninggalkan sisa."

Sama penjelasannya seperti mana, itu pun juga terpakai karena mirip dengan yang orang Tionghoa di Terra dulu katakan sebagai 'Dragon Vein' menurut kepercayaan mereka. Dengan mana, itu yang membuat dunia ini tetap berdiri kokoh.

Namun sekarang malahan mana itu menghilang dari peredaran dunia. Memang tanpa mana gunung berapi tak akan meletus, tetapi kemungkinan besar adalah gempa. Kalau dulu disebut Earthquake, sekarang di dunia ini disebut Heresiaquake.

Gempa masih terhitung mudah, yang akan terjadi adalah kekuatan lempeng yang menghilang sekejap. Sekarang masih beruntung karena masih tersisa sedikit sebelum lenyap total. Namun tidak akan lama lagi itu akan terjadi.

Semuanya pun sudah masuk perhitungan cepatku tanpa perlu memastikan dua kali. Ini pun juga termasuk dalam pengetahuan yang aku pelajari dulu mengenai semua hal yang terkait akan kejadian ini. Tak usah terkejut, aku memang Nigh-Omniscient dan 97 persen memoriku utuh. Sisa 3 persen itu menurutku hal yang benar-benar tidak berguna.

Oh ya, apa yang sering kali orang anggap tidak berguna, justru itu berguna bagiku. Misal saja sampah, dengan sampah aku dapat mengubahnya menjadi energi listrik sebagai daya. Namun itu pun hanya bisa dipakai dulu di Terra, sekarang semuanya sudah serba mana.

"Hah? Apa maksudmu?"

"Tidak tahu? Gempa ya ampun, GEMPA!! Tidakkah kau berpikir gempa tidak akan terjadi karena hal ini? Bukan karena mati tanpa makanan, kehancuran dunia sudah dekat!!"

Bahkan reaksi lambat teman-temanku membuatku kesal saja. Bagaimana aku bisa mengontrol ketenanganku dalam kejadian ini. Memang aku tahu jelas dunia ini tidak ada kaitannya denganku dan aku bisa saja membiarkannya, tetapi aku juga punya alasan logis.

Dunia ini sebenarnya indah, dunia semacam ini yang kurindukan sejak dulu dan akhirnya kesampaian juga sekarang. Namun karena monster-monster sialan yang mungkin diarahkan oleh para dewa badjingan komplotan Kuroshin, semuanya jadi kacau, KACAU!!

"… ah! Ya, ya, sekarang aku paham. Sori, otakku ngelag tadi barusan nggak bisa memproses apa yang kau ucapakan Sin."

"Hah~ lupakan soal itu. Sekarang masalahnya belum ada solusi. Dan kujamin aku nggak akan bisa mencarinya dalam waktu hitungan hari."

Bukannya aku ingin menyerah, tetapi bahkan ada memang sesuatu yang di luar kapabilitasku. Jangan katakan aku mampu segalanya karena aku pun juga masih manusia. Dewa tak akan mampu menangani masalah yang seperti ini juga kecuali para ahlinya.

Dan aku tahu, ini bukan bagian yang aku bisa lakukan dengan mudah. Aku pun akhirnya punya batasan yang mungkin tidak disadari orang, tetapi oleh diriku sendiri. Di mata lain mungkin aku boleh disebut luar biasa, tetapi aku menolak disebut sempurna.

Kukatakan, tidak ada yang sempurna, bahkan raja dewa yang punya kekuatan luar biasa itu pun memiliki sifat yang dasarnya adalah rongsokan sampah. Hanya saja sampah itu seolah-olah ditutupi oleh benda-benda berkemilauan dengan amat berlebihan.

"Jadi kita benar-benar akan membiarkan hal ini? Aku tidak tahu apakah ucapanku benar atau tidak, tetapi apa tidak sebaiknya kita mencoba sampai detik-detik terakhir?"

"Kalau begitu harapanku akan jatuh lebih tinggi lagi Lala. Maafkan aku Shin, Lala, tetapi pada akhirnya aku pun juga punya hal yang memang tidak bisa kupaksakan apa pun caranya."

"Untuk hal seperti itu pun aku juga menyadarinya Sin. Setidaknya rasa perhatianmu itu sudah cukup bagi kami untuk mengetahui bahwa kau tidak berniat menyerah pada awalnya sama sekali."

Ya, walaupun yang diucapkan Shin tidak sepenuhnya benar, tetapi inti apa yang diucapkannya itu benar apa adanya. Bukan tipeku yang akan menyerah dengan mudah sebelum mencoba. Namun bukan tipeku juga yang mampu melakukan segala sesuatu dengan dadakan.

Kalau aku boleh bilang aku punya kelemahan yang tidak mampu berpikir dengan jernih dan tenang dalam keadaan panik, itulah kenyataannya. Itu ketidakmampuan diriku yang paling besar dan fatal menurutku.

"Maafkan aku sekali lagi… jujur, aku tidak berniat meninggalkan dunia ini hancur atau bagaimana, tetapi ini juga di luar kemampuanku. Ini kesalahanku tidak menimba ilmu lebih banyak lagi."

"Kau sudah cukup banyak menderita sebelumnya Sin, tidak sepantasnya kau memaksakan dirimu dengan amat sangat berlebihan. Bagaimana juga aku dan keluargaku masih punya cara lain untuk bertahan, misal saja Heiya dunia Jurai?"

"Benar, kau sudah menaruh pelacak pada duniaku itu, kita bisa saja menuju ke situ dan meninggalkan semuanya."

Pilihan untuk kabur… selalu kupahami memang ada pilihan untuk kabur setiap saat. Namun apakah aku boleh meninggalkan begitu saja dan mengabaikan kehidupan manusia yang ada. Bukan tipeku yang menelantarkan kehidupan yang sebenarnya masih bisa diselamatkan.

Arghhh, sial, sial, sial!! Masalah selalu saja ada setiap kali aku baru mendapatkan kenyamanan. Padahal aku berpikir membunuh monster itu hanya bertujuan untuk mengisi waktu, dan sisanya bersama keluargaku bersenang-senang.

Namun karena apa yang mengawasiku di atas, dia bahkan geram melihatku bisa bahagia untuk sedetik saja. Kau benar-benar badjingan Kuroshin. Jangankan kuanggap kau ayahku, bahkan melihatmu sebagai makhluk hidup pun aku tak sudi.

"Sayang… jangan terlalu dipikirkan. Walau kita punya hidup panjang karena kekuatan dewa dan dewi, bukan berarti menutup kemungkinan mati karena stress."

"Maafkan aku sayang, maafkan papa ya Feliha sudah melihat sisi buruk papa…."

"Mnhn~ tidak kok, papa tidak buruk, justru papa khawatir akan dunia ini dan Feliha tahu bahwa papa sudah bekerja keras sebegitunya. Jangan sedih ya papa?"

Mendengarkan itu dari keturunanku sendiri bahkan tujuh di bawahku dan sekarang kuanggap sebagai anakku sendiri itu membuatku terlihat semakin menyedihkan. Ternyata hidup ribuan, bahkan puluhan ribu tahu pun tidak mendewasakanku sama sekali.

Boleh kuakui, mungkin aku lebih menjengkelkan di mata teman-temanku dibanding Kuroshin karena aku tidak bisa menjadi papa yang baik dan suami yang baik. Kau kira keluargaku bahagia dalam keadaan sehari-hari ini? Tidak, tidak sama sekali.

Tidakkah kau sadar betapa Kiera menahan diri untuk marah dan protes demi aku tetap waras dan mampu bertahan? Dia selalu menjadi dorongan mental bagiku dan semangatku selalu diperbaharui. Namun sebagai suami, aku tidak bisa memenuhi kebutuhan perasaannya.

Kiera bahkan tak pernah menuntut satu hal pun dari diriku walau sebenarnya dia bisa. Jujur, aku rasa aku tidak layak mendapatkan istri sebaik Kiera. Feliha pun juga selalu memberikan senyumnya yang membuat hatiku luluh walau sedang kesal dan emosi.

"Feliha sayang… baiklah, papa tidak akan sedih kalau Feliha bilang begitu."

"Senyum dong pa, senyum."

Walau sedikit terpaksa, aku tersenyum memenuhi permintaan Feliha. Benar-benar anak yang tulus mencintai orang tuanya dan punya perhatian yang sama besarnya dengan Kiera. Dibanding semua orang dari keturunanku yang kuketahui, hanya Feliha yang mirip Kiera.

Ngomong-ngomong Feliha tidak terikat mana dunia ini dan jatuh seperti yang lainnya karena dia keturunan kami. Mana Terra lebih dibutuhkannya daripada mana Heresia. Memang seperti yang aku rasakan, dia juga merasakan rasa sakit walau tidak separah yang lainnya.

"Sayang, sebaiknya kita mencoba yang terbaik terlebih dahulu. Aku tahu ini mustahil, tetapi kita bisa saja berharap sebuah keajaiban terjadi dan pemulihan bisa ditemukan."

"Terima kasih, aku akan mencobanya sebisaku sampai akhirnya. Memang aku takut karena harapanku akan jatuh tinggi, tetapi kurasa aku lebih takut lagi kalau aku menelantarkan mereka semua."

"Begitulah Sin yang kuketahui. Baiklah, Jurai, Sin, kita lakukan sebisa mungkin dan jangan pernah menyerah sedikit pun dan sedetik pun sebelum itu menjadi pilihan satu-satunya bagi kita!!"

Nächstes Kapitel