webnovel

CH.50 Penutupan

Saat-saat terakhir bersama Kiera kami hanya bisa meratapi, menangis, memohon supaya keajaiban terjadi misal kesembuhan dan kebangkitan akan Kiera terjadi. Tetapi kami juga sangat mengerti, bahwa semua ini sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Semuanya sudah akan berakhir pada saatnya.

Kiera masih saja tetap tersenyum, tersenyum dan tersenyum walau aku tau di balik hatinya yang terdalam dia menangis menjerit lebih keras dibanding aku dan semua anakku. Tidak ada yang pernah tau isi hati seorang wanita atau perempuan, tetapi seorang suami paham betul isi hati istrinya tercinta.

"Semua… maafkan mama ya kalau kepergian mama bukanlah kepergian yang menyenangkan. Yang ada mama justru membuat kalian bersedih dan menangis meratapi mama…." dalam kondisi jiwanya yang mulai sekarat, kami membaringkan Kiera di atas kasur.

"Tidak ma… kami tidak akan bersedih kok, mama juga jangan bersedih ya…?" Migusa memegang erat tangan kiri Kiera.

"Kami akan senantiasa tersenyum demi mama. Jadi mama pergi jangan bawa beban ya?"

Sudah tidak ada rahasia di antara kami bahwa kepergian Kiera akan terjadi hanya dalam waktu singkat saja. Pada akhirnya semuanya akan berakhir, pasti. Tetapi akhir dari semuanya itu tergantung dirimu sendiri, bagaimana caramu menanggapinya. Menangis, tersenyum, meratapi, bahagia, terpuruk, tekanan batin, dan… tidak punya emosi. Semua orang berbeda cara menanggapinya.

Kiera sudah mulai mengatakan kata-kata terakhirnya di atas tempat tidur yang sudah dingin itu, di mana kehangatan Kiera sudah mulai menghilang dari keluarga kami. Kata-kata Kiera hanyalah memperingatkan kami untuk tetap bertahan hidup sampai akhir hayat kami. Terus berjuang walau tidak ada dia, tetap saling membantu, akur. Semuanya itu Kiera sampaikan dan semua itu tertanam dalam hati kami yang paling dalam.

"Dan jangan lupa, rawat papa kalian. Papa kalian sudah berjuang selama mama koma untuk membangunkan mama walau papa sendiri harus tersiksa tubuh dan batinnya. Mama yakin bahwa papa akan jauh lebih terpuruk ketika mama tidak ada nantinya."

Pesan itu menyindirku yang seharusnya membuatku tertawa, tetapi itu justru membuat mataku semakin berkaca-kaca. Memang ada senyuman, tetapi senyuman itu adalah senyuman ratapan. Kurasa sampai akhir hidup Kiera pun aku belum bisa tersenyum tulus karena hatiku sendiri yang berkata.

"Sayang, jangan lah sedih… kalau kamu sedih terlalu lama, nanti anak-anak tidak ada yang mengurusi. Kamu yang kuat ya sayang?" senyuman Kiera membuat hatiku tertusuk seribu jarum kenyataan.

Kenapa sebelumnya tidak ada yang pernah mengatakan bahwa kenyataan akan sekejam ini untuk membalas setiap kejahatan yang aku buat? Kenapa harus Kiera yang berkorban untukku sedang aku yang berbuat kesalahan? Semuanya itu membuatku semakin jatuh ke dalam keputusasaan.

"Iya kok sayang, aku tau. Aku akan menjadi papa yang tetap melindungi anak-anak kita."

Pada saat itu aku sadar, sebagai pembalasan terakhirku biarkan aku tersenyum, benar-benar tersenyum karena hatiku sendiri yang berkata untuk tersenyum. Dan itu aku lakukan walau tangisan juga menyertai senyumku ini.

"Nahh gitu dong, senyum. Jangan lupa untuk selalu tersenyum ya sayang."

Kalimat itu… kalimat dengan senyum itu… adalah… kalimat terakhir Kiera, kalimat yang mengutarakan seribu perasaan yang tak akan terucapkan ini. Di mana semua pesan tersirat, semua perasaan menghangatkan, semua masalah yang membuat terpuruk, tetapi juga sebuah harapan untuk bisa berkembang lebih lagi.

"Lihat, wajah mama kalian… bahkan disaat terakhirnya pun dia tetap tersenyum. Kalian juga harus tersenyum ya?"

Dan di situlah tangisan yang bahkan lebih keras, lebih menyakitkan dan lebih dari segalanya pecah di antara kami. Kami menangis sekeras-kerasnya pada saat itu sampai 1 jam penuh. Tetapi kami sadar setelah kami berhenti menangis, Kiera tersenyum bukanlah sekedar tersenyum, tetapi itu adalah senyuman yang akan selalu menyelimuti kita, dan membuat kita tetap hangat di tengah kenyataan dunia yang dingin ini.

"Sudah… ayo nak, kita pulang." senyumanku mengakhiri hari itu.

Jiwa Kiera yang tersisa ditarik dari dunia Albheit Online, dan tubuhnya dikremasi dan abunya dikubur. Tangisan di dalam keluargaku tidak terlihat lagi setelah terakhir kalinya di dalam dunia Albheit Online itu. Semuanya sudah berakhir memang, tetapi akhir ini adalah awal dari segala permulaan yang baru.

Setelah acara pemakaman itu, anak-anakku dan aku diam di rumah selama 1 minggu penuh tanpa kegiatan apa pun. Semua orang yang mengenal keluarga kami memberikan segala salamnya kepada kami. Bahkan semua orang dari Indonesia yang kenal pun juga datang.

"Ini sudah saatnya juga mengakhiri dunia Albheit Online. Dunia di mana semua hati tersambung untuk keluarga kami."

Karena awalnya tujuan Albheit Online sendiri adalah membuat orang bahagia dan membuat tempat jiwa Kiera bisa bebas, jadi saat ini semua tujuan sudah selesai. Tidak ada alasan lagi untuk Albheit Online tetap berjalan. Tetapi sebagai gantinya, aku akan biarkan dunia itu berjalan supaya kenangan yang ada biarlah tetap ada. Dunia itu akan jadi saksi bisu rasa cintaku kepada mediang istriku.

"Papa, benarkah papa akan menutup game yang papa buat itu, game Albheit Online?" Shouko datang mengunjungiku setelah aku menyebar bahwa berita game Albheit Online akan ditutup.

Albheit Online sendiri sudah berjalan selama 6 tahun dan barusan masuk dalam tahun yang ke 7. Sedikit sayang sebenarnya bahwa game sebagus ini harus ditutup, tetapi apa boleh buat. Aku sudah mengumumkan bahwa server akan ditutup totalitas dalam waktu 7 x 24 jam.

"Iya nak, apakah kalian mempermasalahkan hal ini?"

"Tidak pa, segala keputusan papa kami hargai. Papa tau yang terbaik yang harus papa lakukan."

"Baiklah kalau begitu. Bersenang-senanglah selama kalian bisa. Dunia Albheit Online tidak akan hilang sampai kapan pun. Suatu saat jika kalian ingin mengunjunginya, kita bisa kok datang dan bahkan tinggal di dalam dunia itu dengan tubuh asli kalian."

"Terima kasih pa, tetapi papa pasti tau bahwa kami tidak akan membiarkan masa lalu kami menghantui kami terus-menerus."

Anak-anak ini memang pintar, mereka tau hal terbaik apa yang harus mereka lakukan. Setiap tindakan mereka adalah tindakan yang hati-hati dan penuh perencanaan, juga penuh makna. Begitu juga dengan penutupan server dunia Albheit Online. Aku punya segala makna tersirat dalam tindakan-tindakanku yang mungkin tidak rasional.

Saat itu, anak-anakku kembali beraktivitas dengan normal. Kedua anak laki-lakiku mulai menjalani sekolahnya walau sebenarnya sekolah masih membiarkan mereka untuk tidak masuk dulu. Kedua anak perempuanku juga kembali ke kota tempat mereka kuliah.

Waktu 7 hari itu berjalan lebih singkat dibanding segala penantian yang dulu aku pernah lewati. Tenggat waktu 7 hari itu dimanfaatkan dengan baik oleh setiap pemain. Oh ya, aku belum pernah memberi tahu, bahwa seluruh hal yang dulu aku pernah sembunyikan akhirnya diketahui seluruhnya oleh pemain-pemain tertentu.

"Pemain Albheit Online. Terima kasih atas setiap memori yang kalian buat dalam game ini. Game ini punya banyak makna bahkan untuk keluargaku tersendiri. Sedikit menyedihkan memang game ini harus ditutup, tetapi biarlah segala kenangan dalam game ini akan tetap teringat dalam memori kita. Sekian dari saya, secara umum saya putuskan server game Albheit Online, ditutup."

Setelah memberi pidato aku memencet tombol memutus server. Sebelum memutus server, semua orang sudah logout terlebih dahulu, jadi jiwa mereka aman-aman saja. Ini punya alasan supaya tidak terjadi efek samping buruk pada jiwa pemain.

"Ahh… akhirnya selesai juga."

Di saat setelah Albheit Online ditutup, aku kembali melakukan kesibukan pekerjaanku sebagai CEO perusahaan Guirusia.co, perusahaan teknologi termaju diseluruh dunia. Mungkin tidak ada Albheit Online lagi yang membuatku jadi terkenal, tetapi semua orang akan mengingat namaku dan nama perusahaan yang membuat mereka bahagia.

Waktu-waktuku aku manfaatkan dengan baik. Aku bekerja walau tidak sekeras yang dulu-dulu aku pernah lakukan. Setidaknya aku ingin menjaga tubuhku sendiri yang sudah mulai bertambah tua dengan cepatnya. Aku melewati waktuku dengan bekerja secukupnya dan hidup bersama dengan anak-anakku.

Mereka sudah tidak terbebani lagi dengan ketiadaan Kiera, mama mereka dalam hidup mereka. Mereka belajar untuk melewati batasan dan tembok yang bernama realita. Realita bukan lah hal yang mudah untuk dilewati, apa lagi melewati batasan itu sama saja melewati badai yang tak kunjung reda.

Kedua anak perempuanku akhirnya menyelesaikan kuliah mereka. Migusa bekerja sebagai desainer kelas atas di seluruh penjuru dunia. Lain halnya dengan Migusa, Furisu lebih memilih sebagai istri dari suami yang dia kenalkan saat sedang kuliah disemester akhirnya. Migusa sendiri tidak memilih untuk menikah karena tidak ingin kualitas bekerjanya terhalangi oleh dunia pernikahan.

Anak-anak laki-lakiku pun juga melakukan segala sesuatu mereka inginkan. Karena mereka sudah termasuk jenius, sekolah pun memberikan kelonggaran untuk mereka melakukan segala sesuatu. Jadi akhirnya mereka melakukan eksperimen-eksperimen baru dan percobaan yang belum pernah ada. Walau masih sekolah, mereka sudah dinobatkan sebagai pencipta dan revolusioner.

Sebagai ayah dari keempat anakku, aku sungguh bangga melihati mereka berempat bisa melakukan apa yang mereka bisa. Setidaknya nama mereka terkenal karena mereka sendiri yang berhasil melakukan dan karena kerja keras mereka sendiri.

"Nghh. Pegalnya. Lama-lama encok nih punggung."

Tahun-tahun hidupku tidak pernah melewati masa sukar lagi. Melewati pun aku tangani dengan tidak berkeringat sedikit pun. Aku yang sudah puas dan tidak punya tujuan hidup pun akhirnya juga melakukan hal yang kusenangi saja. Jadi aku menjalani hidupku sampai masa tuaku dengan selalu tersenyum seperti yang Kiera katakan.

Hidupku berbahagia sampai yang sepenuhnya sampai akhir hidupku. Semua anak-anakku juga bertambah tua layaknya diriku. Aku sekarang akhirnya terbaring di atas tempat tidurku menunggu waktuku datang. Umurku sudah menyentuh angka 84 tahun. Aku sudah bisa melihat wajah cucu-cucuku juga. Tidak ada lagi bukan hal yang belum kulakukan.

"Nak, papa pergi kalian jangan menangis seperti layaknya mama pergi ya? Kalian sudah jadi orang dewasa yang paham akan segala sesuatu. Jadi papa pergi dulu ya?"

Malam, satu detik setelah umurku berubah menjadi 85 tahun, nyawaku, jiwaku meninggalkan tubuh yang dingin ini. Sudah tidak ada lagi yang aku bisa lakukan. Ini sudah akhir dari segalanya bukan?

ARC 2 Runaway End

Nächstes Kapitel