Senin siang ini membuat Nadira sungguh merasa sangat jengah. Gerah badan, gerah pikiran, juga gerah hati. Pasalnya Intan tak henti-hentinya menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Abim yang ke dua kali.
"Gue tuh seneng pas gue paksa dia gandeng gue. Pas mau masuk ke acara nikahan temen gue kan.. itu gue hampir keseleo, eh Mas Abim sigap banget langsung pegangin gue. Suami idaman dia mah.." ujar Intan dengan menyombongkan dirinya.
Vera hanya berdecak lidah saja memilih untuk cuek. Apalagi Nadira, rasanya api dalam tubuh Nadira sudsh siap ia semburkan pada Intan. Sudah hampir mirip seperti naga saja.
"Kok kalian diem aja sih?" Tanya Intan yang merasa tak ada yang menanggapi.
"Lagian yang lo bahas itu-itu melulu. Bosen gue dengernya. Gue aja yang lagi deket sama cowok juga nggak cerita sampai kayak gitu." Ujar Dira memberanikan diri memberi komentar.
Intan tersulut. "Maksud lo apa? Lo iri gue bisa jalan sama Mas Abim?"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com