webnovel

The one night stand

Kim Sohyun yang baru keluar dari toilet, tak sengaja bertemu dengan CEO tempatnya bekerja.

"Sialan! Kenapa tiba-tiba aku merasa bergairah begini hanya dengan memandangnya," rutuk Sohyun dalam hatinya saat keduanya berpandangan. Sejenak terhipnotis dengan mata sipitnya yang terlihat berkilat. Seksi sekali.

Sebuah rahasia yang Sohyun simpan setelah perjumpaannya dengan sang CEO untuk pertama kali. Sohyun selalu saja merasakan libidonya naik setiap mata mereka bertemu. Aneh memang. Bahkan dia memiliki folder rahasia di ponselnya yang berisi puluhan foto sang CEO yang dia unduh baik dari media sosial maupun artikel-artikel yang ada di internet. Lalu terkadang, di malam hari, ia jadikan sebagai fantasi seks. Seperti melalukan masturbasi dengan memandang foto-fotonya.

Yes, she isn't normal!

Langkah Sohyun memelan seturut jarak mereka yang semakin dekat. Dengan ragu-ragu, dia pun menganggukkan kepalanya. Kalaupun sang ceo tak mengenali dirinya sebagai salah satu karyawannya, paling tidak itu adalah norma kesopanan-- bertegur sapa dengan orang lain.

Jantung Sohyun seperti hampir melompat dari tempatnya. Pria itu! Ceo Min membalas sapaannya dengan senyuman.

Tunggu! Apa ini sebuah halusinasi?

"Kerja bagus hari ini." Suara rendah itu membuat langkah dan jantung Sohyun hampir stagnan. Kedua matanya mengedip beberapa kali-- memastikan barang kali dirinya masih berada di dunia halu dan belum kembali.

"Ku bilang, kerja bagus hari ini." Pria Min itu mengulangi ucapannya.

"Ne? Ne. Huijang-nim?" Panggil Sohyun ragu-ragu. "Tapi bagaimana anda, tahu?"

"Kim Seokjin yang memberitahu. Katanya kau karyawan baru di perusahaan."

Kalimat sang CEO selanjutnya membuat dirinya jatuh setelah merasa baru saja diterbangkan untuk sesaat. Lagi pula, mana mungkin bos besar seperti beliau, tahu tentang karyawan kecil seperti dirinya.

Kim Sohyun, kau memalukan sekali!

"Oppa! Kau di mana?" Suara seorang wanita terdengar. Sohyun menoleh dan mendapati wanita yang tadi di temuinya di toilet, Min Yeonwoo keluar dari toilet. Tengah mencari-cari seseorang.

Sepertinya waktunya sudah habis.

Sohyun baru saja ingin pamit ketika pria itu justru menarik tangannya. Membawa dirinya pergi. Sohyun menoleh ke belakang, dia melihat wanita itu masih mencari-cari keberadaan seseorang. Membuat dirinya dilanda bingung dengan situasi yang terjadi.

"Maaf, Huijang-nim." Sohyun melepas pergelangan tangannya dari telapak tangan sang CEO yang ternyata besar dan terasa hangat. Sebuah keuntungan sebenarnya. Kapan lagi yakan merasakan kehangat dari pria yang diidam-idamkannya itu--meski sebatas pegangan tangan.

Tapi disisi lain dia juga merasa bahwa ini sepertinya bukan hal yang benar.

"Ada apa?" Tandas pria itu terlihat tak suka.

Sohyun membungkuk dua kali. Merasa, mungkin baru saja melakukan kesalahan. "Maaf. Tapi sebenarnya kita mau kemana? Eh--maksud saya, apa tuan perlu sesuatu dengan saya?" Dia bertanya gugup. Tentu saja, ini interaksi pertama mereka selain hanya saling melempar tatapan.

"Eh, begitu ya." Pria Min itu bersandar pada tangga darurat. Menatap Sohyun dari atas hingga ujung kaki. "Ku pikir kau tertarik padaku..."

Sohyun membelakakkan matanya, "Ne?" Memberanikan diri menatap sang pria.

"Hari pertama di lobi, hari kedua di dekat lift, hari ke tujuh di lorong departemen akuntansi lantai tiga, lalu di depan ruangan rapat, dan hari ini saat kau bermain piano." Ceo Min membuat hitungan dengan menekuk jari-jari kirinya. Pas lima hitungan. "Kau dengan terang-terangan menatapku. Apa itu, kalau bukan tertarik?"

Tubuh Sohyun menegang. Rasanya seperti baru saja ketahuan mencuri. Keringat dingin membasahi telapak tangannya. Rasa takut seketika menyelimuti hatinya. Apalagi ketika pria di depannya itu tak gentar menatapnya dengan sudut bibir yang terangkat.

Menakutkan.

"Maafkan saya, Huijang-nim!" Sohyun seketika membungkuk. Dalam hatinya sudah ketar-ketir kalau akan mendengar kata, kau dipecat karena ketidaksopananmu.

Oh ayolah, Sohyun memang ingin berhenti dari perusahaan itu. Namun bukan begini caranya. Rasanya lebih memalukan daripada dipecat karena menumpahkan kopi ke berkas yang sangat-sangat penting.

"Sa--saya--tidak sengaja." Sohyun mencari alasan. Ya kali, mengakui kalau dirinya suka pada sang ceo.

Tidak tahu diri sekali!

"Eh, tidak sengaja ya," gumam pria itu.

Sohyun memejamkan matanya kuat-kuat. Masih dalam posisi membungkung 90 derajat. Sepertinya malah salah bicara. Dia menahan napasnya ketika mendengar bunyi fantofel si pria yang semakin nyaring. Pria itu melangkah mendekat.

Tamat sudah riwayatmu, Kim Sohyun!

"Sayang sekali kalau ternyata dugaanku salah. Padahal aku juga tertarik padamu."

Deg.

Lagi-lagi jantung Sohyun hampir stagnan ketika pria itu justru ikutan membungkuk dan berbisik di telinganya. Menimbulkan buku kuduknya meremang.

Pria itu lantas kembali tegak. Sementara Sohyun masih membungkuk seperti orang bodoh.

"Berdirilah," perintah CEO Min dengan nada yang terdengar lebih dingin.

Sohyun langsung melaksanakannya.

"Kamar suit nomer 7 Di lantai 12. Ku beri satu kesempatan. Datanglah jika kau ingin bersenang-senang." Pria itu mengedipkan sebelah matanya, lalu pergi meninggalkan Sohyun yang hanya bisa mematung.

Memberinya satu kesempatan? Meminta dirinya datang ke kamar hotelnya? Wah! Dia pikir dirinya itu wanita apa?

Sepanjang jalan Sohyun merutuki tingkah si bos yang menurutnya kurang ajar itu. Iya, sih Sohyun tertarik padanya. Sangat tertarik malahan, terlebih secara seksual. Tapi diperlakukan seperti tadi, justru membuatnya kesal.

Sebagai wanita tentu saja dia merasa malu sekaligus gengsi. Malu karena perasaannya telah diketahui dan gengsi kalau dirinya yang harus datang duluan--terkesan kalau dirinya lah yang mengejar-ngejar pria itu. Walaupun faktanya memang seperti itu. Namun justru itulah yang membuatnya kesal.

Sohyun kesal pada dirinya sendiri yang sulit untuk menolak godaan pria itu. Terlebih ketika kakinya justru berhianat. Tidak mau sinkron dengan pikirannya dan malah memasuki lift. Jari telunjuknya juga berhianat dengan menekan angka dua belas.

Ting! Pintu lift terbuka, membawa kembali kesadaran Sohyun. Terkejut bukan main saat menyadari dirinya telah berada di lantai dua belas. Maka dari itu, dia ingin kembali turun. Namun pandangan sepasang kekasih di depan lift, mengurungkan niatnya. Dia memilih keluar dari lift dan membiarkan pasangan muda itu masuk. Apa yang akan mereka katakan kalau nanti dirinya tak jadi keluar dan malah kembali turun?

Baiklah. Untuk saat ini keluar dulu, lalu menunggu lift selanjutnya.

Namun kembali tubuh dan pikirannya tak sinkron. Melihat pemandangan malam yang indah dari balik kaca, membuat mata Sohyun berbinar terang. Pertama kalinya dia melihat pemandangan laut di malam hari dari ketinggian 12 lantai gedung.

Di bawah sana, hamparan pasir putih yang diterpa ombak yang bergulung-guling menyita perhatian Sohyun. Di atasnya, bulan purnama menyembul malu-malu dari balik awan. Bintang-bintang bertebaran di angkasa dan mempercantik langit.

Indah sekali.

Tak terasa kaki Sohyun melangkah hingga ke ujung lorong. Dan saat dia berbalik, jantungnya berdebar tak karuan kala melihat angkat tujuh di sebuah pintu.

Kenapa jadi sampai sini, rutuknya dalam hati.

Kaki Sohyun baru saja melangkah pergi ketika pintu itu terbuka. Menampilkan sosok pria dengan rambut basah dan bathrobe yang membelit tubuh seksinya. Bagaimana tidak seksi jika tubuh bagian atas pria itu terbuka hampir sampai pusar dan basah oleh air?

Surga dunia.

Sejenak Sohyun lupa untuk bergerak dan bernapas.

"Masuklah," titah pria yang tak lain adalah CEO nya itu.

Membuat Sohyun mau tidak mau menurutinya. Ralat, dia sangat mau. Tak lagi peduli dengan harga diri maupun jika peristiwa ini hanya akan terjadi satu kali dalam seumur hidupnya. Yup, melakukan one night stand dengan bos besar di kantornya. Sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa, bisa bercinta dengan pria tampan dan kaya yang di gilai banyak wanita itu.

Merasa dirinya beruntung.

Seperti saat ini... Saat pria itu mencium bibirnya dengan sangat rakus.

Entah apa yang merasuki Sohyun hingga berani membalas perbuatan nakal sang bos dengan mangalungkan kedua lengannya pada leher pria itu, membalas setiap ciumannya, dan bahkan tak ragu untuk mendesah.

"Ahhhsshh... Tuann," desahan itu lolos dari bibir peach Sohyun ketika pria itu menghisap kuat lehernya. Memberikan gigitan-gigitan kecil yang sudah pasti akan meninggalkan bekas. "Bukankah ini terlalu cepat?"

Pertanyaan Sohyun dibalas si pria dengan cumbuan yang semakin panas. "Tidak," jawabnya di sela-sela ciuman. "Aku sudah lama menunggu kesempatan untuk berduaan denganmu-- di atas ranjangku."

Brengsek! Bajingan! Jadi pria itu juga sudah lama mengincarnya? Dan dia bukan gay seperti yang dirumorkan.

Oh, tuan! Kenapa tidak dari dulu saja mengajak ke ranjangnya? Pasti akan diterimanya dengan sehati.

Sialan! Kim Sohyun telah kehilangan akalnya malam ini. Oleh seorang pria berambut ungu yang selalu diidam-idamkan-- menyentuh dirinya dan memberi kehangatan di atas ranjang. Membuatnya lupa daratan dan tentu saja sang daddy yang selama ini selalu menjaga dan memberinya kebahagiaan materil.

Maafkan aku daddy, untuk sekali ini saja aku akan berbuat kesalahan, batinnya.

Terlebih Sohyun melupakan, bahwa status pria yang sedang merengkuhnya itu adalah pria bersuami. Catat! Suami orang.

It's such a beautiful sin.

Nächstes Kapitel