webnovel

Faktor Keturunan

Saat adi masih memejamkan matanya ia mendengar suara halus Pitaloka yang datang dari dalam cincin "Sayang kamu bisa membuka matamu sekarang"

Saat adi membuka matanya, dia melihat di depan matanya adalah ruangan pos ronda semula ia tertidur, dan melihat keluar dari pos ronda, ia bisa merasakan sinar matahari kini telah redup dan dia sadar bahwa ini telah sore

Memikirkan perjalanannya di dalam ruang cincin selama hampir dua hari, dan sekarang ia tahu dirinya hanya menghilang dari pos ronda tidak kurang dari 3 jam, tentunya hal ini membuatnya takjub dan sekaligus heran

Memikirkan kembali proses dirinya keluar, rasanya hanya memakan waktu sekejap, dan membayangkan langit luas dengan rumah yang cantik yang ada, di dalam cincin dia hanya menggelengkan kepalanya, mengesampingkan masalah itu adi berbicara kepada Pitaloka

"Sayang apa kamu bisa mendengar apa yang aku bicarakan?"

"Tenang sayang aku bisa mendengar perkataan kamu dan orang lain, terlebih aku juga bisa melihat apa yang ada disekitar kamu, jadi kamu tidak perlu kawatir"

"Baguslah kalo gitu, aku merasa seperti kamu ada disampingku"

"Sudah pasti sayang kamu tidak usah kawatir"

Tersenyum kepada Pitaloka, dengan cara menghadap cincin dan berjalan menuju rumah Mbahnya, kembali untuk mengecek apakah keluarganya sibuk mencarinya, setelah dia menghilang selama beberapa jam

Memasuki rumah dan mulai mencari keluarganya dengan memanggil orang yang ada di dalam rumah, "Taaaa.... itaaaaaaaa....""

Saat adi memanggil ita terdengar suara dari dapur, "Leeee, kedapur leee sini" terdengar suara memanggil adi dari dapur, adi yang mendengar ini berjalan menuju dapur

Sesampai nya dia di dapur, adi melihat Embah Putri dan Bibi nya yang merupakan istri Le nya, sedang sibuk memasak dan membuat kue khas daerah kampung halamannya

""Mbah Putri, Mba Ni" sapa adi "Bapak sama Mama sama ita kemana ?"

��Bapak mu sekeluarga, tadi pergi main ke rumah Pak de, kamu tadi di cari-cari buat bareng tapi ga ada, jadinya di tinggal" Jawab Mba Ni istri dari Le nya adi yang bernama Supari

"Ohh.... kerumah Pak de mba, adi pikir kemana! Adi tadi main ke desa sebrang, cuma ga sadar kalo udah sore heheh" jawab adi dengan sedikit malu

"kamu ini, main melulu kerjanya kalo udah di jawa, di.... di...." berkata Mba Ni kepada adi

"ya mumpung liburan mba, masa ia ngurusin belajar mulu, capek lah"

Saat adi membalas percakapan dengan mba ni terdengar suara yang lembut dan sedikit bergetar

"Ni le, cobain kue apem, kamu laper to!" berkata Mbah Putri dengan senyum ramah yang terlihat dari wajahnya yang keriput

"Oh Mbah Putri bikin kue apem, sini mbah adi cobain"mengambil satu kue dan memakannya

Saat adi memakanya dia merasakan tekstur apem yang lembut dan juga kenyal, dengan apem yang masih hangat, menambah rasa enak dari kue teradisional ini

"Enak Mbah lembut dan manis" adi berkata dengan wajah yang penuh senyum

"Oh ya, mbah sama mba bikin masakan, sama bikin kue apem ada acara apa?" tanya adi penasaran

"Masa kamu lupa acara setelah lebaran, tradisi di kampung sini, ada acara yang namanya kendurian atau makan bersama dan berdoa bersama, untuk bersyukur setelah hari raya lebaran, nah karena mbah sesepuh desa jadi nanti pada kumpul-kumpul buat doa bersama, trus makan bareng-bareng semua warga desa" berkata mba ni menjelaskan kepada adi dengan sabar

"Oh ya, adi lupa, hahaha.... adi baru inget mba, maklum udah 2 tahun ini kan adi belum pulang jadi lupa" menjawab sambil tertawa menahan malu

"Yaudah sana mandi kalo udah kenyang makan apem ya, udah abis berapa itu?" berkata mba ni mengejek adi setelah melihat adi yang asik memakan apem

"Uuuuhhhhh..., dikit mba baru empat ini, tenang adi ga lupa mandi ko, yaudah adi mau nyusul dulu ke rumah pak de" mengucap salam kepada Mbah Putri dan Mba ni bergegas keluar dari dapur menuju ke rumah Pak de adi yang kedua

Berjalan menuju rumah pak de menelusuri jalan yang tadi siang adi dan ita lalui, adi tak bisa tidak berpikir agak seram karena teringat dengan apa yang ita ceritakan

Saat dia merasa agak ragu terdengar suara dari dalam cincinnya "Sayang kenapa kamu? sepertinya terlihat agak takut?" Tanya Pitaloka dengan nada perihatin

"Ga papa sayang, cuma aku kepikiran sama cerita ade aku tadi sinag"'

"Cerita apa sayang, boleh kamu ceritaain, mugkin aku bisa ngasih pendapat"

""Oh ya, mungkin kamu lebih paham sayang, yaudah aku ceritain"

Tak lama adi pun menceritakan kejadian yang dia alami bersama ita di rumah Pak de Agus, tak lupa juga dia menjelaskan hal - hal yang di alamai ita, selama kurun waktu tersebut, termasuk bayangan yang mengikuti mereka sampai perbatasan desa.

Nächstes Kapitel