"Lalu kenapa? Itu sepadan dengan apa yang dia lakukan ... kita cukup murah hati karena tidak langsung membunuhnya atau menyiksanya, jadi tenang saja lagi pula dia pasti tau jika pada akhirnya dia akan mati."
Bulu kuduknya berdiri, Kaelyn memang benar tentang perkataan gadis bersurai perak itu. Bagaimana bisa dirinya berbicara tentang kematian seseorang dengan santainya? Seolah ia tak memiliki empati di dalam hati, namun ia tidak begitu yakin karena sikap sang Lady yang membingungkan. Ucapannya yang kejam berbanding terbalik dengan tindakannya, bahkan gadis bermanik telaga itu memandang dan memperlakukan para Pelayan dengan baik.
"Arghh-"
Gadis bersurai kelam itu terbangun dari lamunannya. Entah sejak kapan, ternyata sosok Count yang meracau kesakitan semakin tak terkendali. Dan saat yang mereka tunggu-tunggu tiba jejak terakhir sihir yang digunakan si pria berkumis tipis. Kaelyn bersiap dengan kedua tangan terbuka di depan dada, ia pun telah mengambil langkah mundur.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com