webnovel

31. Perjalanan Akan Dimulai

Ha Wook's pov

Mobil sudah berjalan cukup jauh dari rumah. Aku duduk di belakang memeluk tangan Oppa dan bersandar di bahunya sambil bernyanyi musik yang memutar di mobil, EXO - Overdose.

"Kau ini kenapa? Duduklah di depan saja, Bok Hae yang akan duduk di sampingku." aku menggigit lengan Oppa.

"Aw! Sakit!" Oppa tertawa lalu mencium rambutku. Ha Seonsaeng tertawa melihat kelakuan kami.

Mobil berhenti di depan rumah Bok Hae. "Pindahlah ke depan."

"Tidak mau!" Oppa menghela napas panjang, aku melihat Bok Hae di gerbang dan memeluk Eommanya. Oppa menarik tangannya dariku dan keluar menyapa calon ibu mertuanya. Aku membuka pintu mobil dan turun bersama Ha Seonsaeng.

"Annyeonghaseyo, Eommunim." kami bertiga membungkuk.

"Annyeong, Ha Wook-a, kau terlihat seperti perempuan sekarang." kata Nyonya Cheon membuatku tersenyum.

"Yoon-a, jaga Bok Hae ya. Aku percayakannya padamu." Nyonya Cheon menepuk bahu Oppa yang mengangguk malu-malu.

"Eomma tidak ikut?"

"Ani, aku harus pergi bekerja. Berangkatlah, kau akan terlambat." Nyonya Cheon tersenyum pada kami.

"Annyeongi gaseyo." kami bertiga membungkuk padanya dan berjalan menuju mobil.

Dengan berat hati, aku duduk di depan dan membiarkan Bok Hae juga Oppa bermesraan di belakang sana. Lagu Girls Generation TTS Twinkle mengalun.

"Ha Wook-a, kau ingat saat Summer Party? Aku, kau dan Soo Ji membawakan lagu ini," Bok Hae menepuk pundakku.

"Aku tidak ingin mengingatnya."

"Sebenarnya baju itu sangat cocok untukmu. Setidaknya, kau terlihat feminim." Baju rancangan Soo Ji berupa dress ketat dengan rok panjang. Yang membuatku sangat membenci dress itu adalah tanpa lengan dan hanya tali spagetti.

"Baju apa?" tanya Oppa.

"Dress yang ku gantung di sebelah lemari."

"Aku tidak ingat." sahut Ha Seonsang dan Oppa barengan.

"Tidak perlu diingat."

"Akan ku tunjukkan!" aku menengok ke belakang dan melotot begitu melihat Bok Hae menunjukkan ponselnya pada Oppa.

"Hajima (Jangan)!" teriakku berusaha merebut ponselnya.

"Ini benar kau?" Aku mendengus menatap Oppa yang terkejut.

"Perlihatkan padaku." Aku menoleh pada Ha Seonsaeng yang menaik-turunkan alisnya padaku dengan cengiran yang membuatku kesal. Kenapa Ha Seonsaeng ikut-ikutan?

"Sudah ku kirimkan ke ponselmu, Hyung."

"Oppa!" tanganku terulur ke belakang dan berusaha menarik apapun yang ada di tubuh Yoon. Bok Hae berusaha menjauhkan tanganku dari Oppa membuatku semakin kesal saja!

"Kenapa hanya bertiga?" Ha Seonsaeng melirik sekilas foto saat summer party karena harus menyetir.

"Ha Na tidak mau dan tidak ada yang bisa memaksanya." sahut Bok Hae.

"Bukankah uri Ha Wook juga begitu?"

"Soo Ji memanfaatkan kelemahanku."

"Itu benar. Kim Soo Ji memaksa Ha Wook memakai baju-baju perempuan." cengir Bok Hae.

"Seperti apa dia dulu?" Ha Seonsaeng terlihat penasaran.

"Ha Wook dan Ha Na itu sama, tomboy. Mereka sama-sama tidak suka memakai rok dan ingin menyamar menjadi laki-laki saja." Bok Hae tertawa puas.

"Bedanya, Ha Wook terlihat seperti ketua gangstar. Pernah suatu saat dia kabur saat jam bahasa Korea bersama Ho Jae dan Jun Goo. Mereka bertiga memanjat pagar di belakang kantin." Oppa melotot padaku.

"Mereka berdua mengajarimu begitu?"

"Tidak! Aku yang mengajak mereka." Oppa memukul bahuku. "Hya!"

"Saat mereka berusaha memanjat tembok, tiba-tiba datang Jo Eun sunbae dan beberapa temannya. Ha Wook turun dan mempersilahkan para sunbae lebih dulu. Para sunbae sangat berisik hingga Hwang Seonsaeng datang dan menghukum mereka semua." Bok Hae tertawa.

"Aku tidak bersalah dan Hwang Seonsaeng menghukumku. Itu benar-benar tidak adil!"

"Apa hukumannya?" Ha Seonsaeng yang sedari tadi diam akhirnya buka suara juga.

"Berlari keliling sekolah 5 putaran."

Oppa menoyor kepalaku, "Rasakan, itu pantas untukmu!"

Aku menoleh ke belakang dan menatapnya dengan tatapan laser. "Ku bilang belum memanjat pagar!"

"Tapi kau sudah berniat kan, itu salah."

Aku mengangkat tangan kananku, "Baiklah aku salah. Mengingat masa itu, aku merasa bersalah pada Ho Jae dan Jun Goo, karena aku mereka juga dihukum."

"Mereka tidak mempermasalahkan itu Ha Wook-ah. Sebagai pengikut setiamu mereka akan melakukan semua yang kau inginkan. Asal kau bahagia." Aku memutar bola mata malas.

"Ho Jae dan Jun Goo benar-benar menepati janji mereka."

"Ya, untuk itu jangan memarahi mereka Oppa. Mereka berperan penting selama Oppa tidak ada." Oppa tersenyum dan mengangguk, tapi senyuman itu tidak bertahan lama dan tatapannya kembali tajam.

"Siapa yang mengajarimu membolos?"

"Tidak ada. Aku hanya bosan di kelas. Baek Seonsaeng sangat membosankan."

"Kau bahkan pernah tidur saat Baek Seonsaeng menjelaskan tentang menulis hangul, hingga saat ujian kau hanya mendapat F. Lalu aku, Soo Ji dan Ha Na berusaha kerasa agar ia mau menulis hangul. Dan sekarang ia sudah bisa menulis hangul dengan baik." Bok Hae menepuk bahuku dengan wajah bangganya.

"Hya! Itu bukan karena kalian bertiga! Itu karena Baek Seonsaeng menyuruhku menyerahkan cerita dalam hangul setiap minggu sekali." bantahku.

"Lalu kau pikir siapa yang membantumu? Kau mengerjakannya sendiri? Aku, Ha Na dan Soo Ji selalu menemanimu dan memberikan ide-ide cemerlang kami." Aku berbalik dan menatap tajam Bok Hae.

"Mwo? Kau bilang mewarnai bulu anak ayam ide cemerlang?" tawa ketiga orang di dalam mobil pecah. Mereka menertawakan hidupku di masa lalu?

#

-Seoul Station-

Kami berempat duduk di ruang tunggu menunggu pemberitahuan keberangkatan menuju Busan. Beberapa menit kemudian, pemberitahuan terdengar. Aku memeluk Bok Hae dan Oppa, "Oppa, jaga dirimu. Cepatlah pulang, aku merindukanmu bahkan sebelum kau berangkat." Oppa mencium rambutku.

"Hmm. Saranghae, Jagiya."

Senyuman manisku luntur saat berhadapan dengan Bok Hae. Aku merubah ekspresi wajahku menjadi garang seperti biasanya.

"Kau! Jangan macam-macam dengan Oppaku." Bok Hae tertawa dan memelukku.

"Gaerae, tapi aku tidak berjanji." Bok Hae menjulurkan lidahnya. Awas saja jika mereka berdua macam-macam di belakangku. Aku bersumpah akan melaporkannya pada Ha Seonsaeng agar Oppa dipecat! Aku tidak main-main dengan pikiranku ini.

"Hyung, jaga uri sarangi Ha Wook." Oppa memeluk Ha Seonsaeng.

"Kau tidak perlu khawatir. Ha Wook ada di bawah pengawasan profesional." Ha Seonsaeng menepuk pundak Oppa. Aku tersenyum, hatiku menghangat mendengarnya. Benarkah Ha Seonsaeng akan menjaga dan mengawasiku mulai sekarang?

"Annyeong." Aku dan Ha Seonsaeng melambaikan tangan pada Oppa dan Bok Hae hingga tubuh mereka menghilang di balik pintu.

Ha Seonsaeng tersenyum ke arahku, "Ha Wook-a, kau siap dengan pengalaman baru?"

"Tentu saja!" Ha Seonsaeng menggenggam tanganku membuat senyumku semakin mengembang saja.

"Ra Im sudah pergi sejak kemarin malam. Mulai hari ini hingga seterusnya hanya ada kita berdua. Kau dan aku."

Benar sekali, setelah ini hanya ada aku dan Ha Seonsaeng.

Nächstes Kapitel