webnovel

22. Perasaan Ha Na

Author's pov

Jun Goo mengarahkan lensanya pada seseorang yang hanya diam berdiri sambil memperhatikan seseorang yang sibuk berdiskusi. Senyum Jun Goo mengembang, ia melangkah mendekati seseorang itu.

"Jadi, kau masih tetap diam dan tidak melakukan apapun?"

Seseorang itu terkejut menatap Jun Goo. "Mau bagaimana lagi? Sepertinya apapun yang ku lakukan tidak ada gunanya."

"Lalu kau tidak lelah selalu menunggunya berbalik padahal kau sudah tahu dia tidak akan berbalik?" Ha Na menatap Jun Goo dengan senyuman.

Jun Goo menghela napas panjang dan memusatkan perhatiannya pada Ha Wook dan Ho Jae yang tertawa bersama. "Aku memiliki banyak sekali kekurangan, tidak sesempurna Ha Wook."

"Cinta tidak memandang kesempurnaan, Nona Song."

"Aku tahu, tapi aku merasa tidak ada apa-apanya dari pada Ha Wook. Mereka dekat sejak kecil, Ha Wook lebih memahami Ho Jae daripada siapapun, bahkan kau sekalipun," Jun Goo mencebik mendengarnya.

"Enak saja! Aku lebih tahu mereka berdua dari siapapun!" Ha Na memutar bola matanya malas.

"Baiklah, Tuan Jang yang sangat tahu."

"Dengar, jangan pesimis. Semua orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Percaya saja pada dirimu," Ha Na tersenyum dan mengangguk.

Dari kejauhan, ada 2 pasang mata yang melihat ke arah keduanya dengan tatapan curiga. "Aku tidak tahan lagi!" Soo Ji hendak berdiri dan menghampiri keduanya yang sibuk mengobrol.

"Eh, kau mau kemana? Jangan kesana!" Bok Hae menggenggam erat tangan Soo Ji.

"Mereka sed-"

"Soo Ji-ah, mereka hanya mengobrol antar sesama teman. Aku tidak menyangka kau tipe pencemburu, apalagi dengan sahabatmu sendiri."

Soo Ji mengerutkan keningnya, "Siapa yang cemburu? Hey! Aku hanya penasaran dengan apa yang mereka bicarakan sambil memandangi Ha Wook dan Ho Jae."

"Ah iya, apa mereka cemburu melihat pemandangan itu?"

"Apa?!"

#

Ha Wook's pov

"Akhirnya, yang kita tunggu-tunggu pun tiba. Pertandingan final antara Golden Stars dan Eagle Jaws. Silahkan untuk para peserta memasuki lapangan." Mendengar MC, aku dan teman-temanku melakukan tos.

"Hana, dul, set. Golden Stars Fighting!"

"Golden Stars! Golden Stars!"

"Suara dari Golden Stars selalu terdengar semangatnya. Tim Eagle Jaws dan Golden Stars memasuki line dan tampak perbedaan formasi diantara keduanya. Line 1 ada Soo Ji dari Golden stars, dan Kim Tan dari Eagle Jaws, terlihat bukan tandingan yang sesuai ya. " kata MC.

"Ha wook~a, apa kau yakin dengan formasi ini?" tanya Ho Jae yang berdiri disampingku.

"Bukankah kita sudah sepakat? Aku sengaja menempatkan Soo Ji di urutan awal karena dia tidak terlalu lemah, lalu Bok Hae, Wang So, Kwang Sun, baru Jae Hwa."

Ho Jae memandangku, "Baiklah."

Peluit berbunyi nyaring sebagai pertanda pertandingan dimulai, Soo Ji berlari sangat cepat dan segera memberikan pada Bok Hae, hanya selisih sepersekian detik dari tim Eagle Jaws. Di line ke-2, Bok Hae kalah cepat dari lawan dan menyebabkan Wang So harus berlari lebih cepat.

"Lee Jae Hwa! Lee Jae Hwa! Lee Jae Hwa!" Jae Hwa berlari dan berhasil menyalip Joon Jae yang ada di final line. Semua bersorak bahagia ketika Jae Hwa berhasil menginjak garis finish.

"Golden stars! Golden stars! Golden stars!" teriak kami lalu berhambur memeluk mereka ber-6 yang berlari dengan bahagia. Jun Goo merekam saat kami menerima piala juara 1 lomba lari estafet dan memotret kami semua, Ha Seonsaeng juga ikut berfoto bersama kami.

Hari ini, tim estafet Golden Stars menjadi juara.

#

Jeong Il's pov

22:00 KST

Aku sedang membaca novel di ruang tamu keluarga Lee. Seluruh tubuhku terasa lelah, namun aku tidak bisa tidur. Jadi ku putuskan membaca saja dengan harapan segera mengantuk.

Mataku memang tertuju pada rangkaian kata di dalamnya, namun pikiranku tidak. Ada seseorang yang tengah ku pikirkan saat ini. Seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidupku, tentang bagaimana aku mengakhiri hubungan palsuku dengan Ra Im dan menyatakan perasaanku pada Ha Wook.

"Apa Oppa tidak lelah? Kau selalu tidur larut." Aku berjingkat dan spontan menatap seseorang yang kini berjalan ke arahku.

Senyumku mengembang melihatnya yang tampak menggemaskan dengan selimut bermotif mawar putih menutupi tubuhnya hingga kepala. "Kau mengkhawatirkanku?"

"Tentu saja. Oppa harus menjaga kesehatan." ia duduk di sampingku. "Apa ini, Oppa?" Ha Wook menurunkan selimutnya dan menatapku.

"Hanya novel. Mau ku ceritakan?"

Sejujurnya aku tidak begitu paham dengan isi ceritanya karena sedari tadi melamum. Hmm, lebih baik tidak membahas soal novel. "Badanmu pasti sakit semua."

"Tidak."

"Ha Wook-a, sekali saja kau bisa bilang sakit saat kau sakit." tanganku terulur mengelus rambutnya. Jantungku berdetak sangat cepat saat melihat senyuman terukir di wajah cantiknya.

"Tidak sakit, Oppa. Ceritakan saja novelnya!" Ha Wook tiduran dengan menggunakan pahaku sebagai bantal. Matanya menatapku seakan menungguku menceritakan isi novel.

Terkutuklah pertanyaanku membacakan cerita ini padanya. Baiklah, aku tidak punya pilihan lain.

Aku membuka lembar novel, "Ada seseorang yang bernama Dae Gil. Dia adalah putra Sukjong dengan selir keduanya, Choi Suk bin. Meskipun dia anak raja, dia tidak bergelar pangeran karena dikeluarkan dari istana sejak bayi. Ia lalu di asuh oleh suami Choi Suk Bin, Baek Man Geum." aku membuka lembar demi lembar dan menceritakan apa yang ku baca. Sesekali, tanganku terulur mengelus rambutnya.

"Akhirnya, dipenyiksaan itulah Dae Gil bertemu dengan ib-" aku menghela napas melihat kedua matanya tertutup sempurna.

Ku letakkan novel di sofa dan mengangkat tubuhnya dengan hati-hati agar tidak terbangun. Aku melangkah menuju kamarnya dan dengan susah payah membuka pintu kamarnya.

Perlahan ku baringkan tubuhnya dan membetulkan selimutnya. Senyumku mengembang melihat wajah damainya saat tidur. Tanganku terulur mengelus rambutnya dengan sayang. "Nado saranghae."

#

Ha Wook's pov

15:45 KST

Aku sedang menelepon Oppa di taman. Oppa memintaku menyiram mawar-mawarnya bersama ketiga temanku yang menyebar karena memang taman mawar ini lumayan luas. "Ne, Oppa. Sudah aku siram semuanya." kataku duduk di bangun taman dan meletakkan gembor kosong.

Entah kenapa belakangan ini Ha Na, Soo Ji, dan Bok Hae semakin sering menyambangi White House. Sisi positifnya, aku jadi punya tambahan tenaga.

"Besok lombanya, kan? Kau jangan mempermalukanku sebagai pelatihmu!"

"Pelatih? Selama ini Ha Seonsaeng yang melatihku, Tuan Lee!" terdengar suara tertawa yang sangat keras diseberang sana.

"Baiklah, Aku menunggu kabar baik besok."

"Ne, Oppa."

"Jaga dirimu, Jagiya. Saranghae."

"Na do saranghae."

Telepon terputus.

Aku meletakkan ponsel di bangku taman dan memandang ketiga sahabatku yang sibuk mencabuti rumput. Aku tersenyum saat memikirkan sebuah ide cemerlang. Tanganku terulur mengambil selang dan menyalakannya.

"Hya!" aku tertawa melihat mereka bertiga berlarian menghindariku dengan teriakan. Aku mengarahkan selang ke arah mereka dan berhenti saat mengenai seseorang.

Nächstes Kapitel