Jeong Il's pov
Yoon membuka gerbang rumah, tak lama terdengar petasan yang membuat kami terkejut. "Surprise~~~~" Aku tersenyum lebar memandang wajah terkejut Ha Wook saat melihat seluruh teman satu kelasnya berada disini.
Ini semua ide Yoon, ia ingin kepindahannya ke rumah baru membawa kenangan paling indah dan Yoon juga tahu jika anak-anak Golden Stars merupakan sumber kebahagiaan Ha Wook. Tentunya suprise ini juga atas bantuan 6 sahabatnya.
"Ini rumah siapa?" pertanyaan Ha Wook membuat semua orang terkejut.
"Tentu saja ini rumah kita, sayang. Kita memulai awal yang baru." Ha Wook tersenyum pada Ahjumma yang mengelus rambut putri bungsunya.
"Ya, Eomma benar. Disini, kita mulai lembaran pertama di buku baru." Yoon memeluk adik kesayangannya dan menyematkan kecupan di puncak kepalanya.
"Kau akan berdiam disana saja? Kami semua sudah siap berpesta." Ha Wook tersenyum, kedua matanya berkaca-kaca. Ia berlari ke arah teman-temannya dan merentangkan kedua tangannya. Sontak seluruh anak buahnya berpelukan bersama.
"Benar kata Bok Hae, Golden Stars adalah kebahagiannya." Aku menepuk bahu Yoon. "Ha Wook pasti bahagia kan pindah kemari?"
"Tentu saja, Ha Wook pasti semakin bahagia dengan hadiah yang kau berikan untuknya." Yoon mengangguk.
"Aku akan menunjukkan hadiah untuknya." Yoon berjalan mendekati Ha Wook dan menggandengnya masuk ke dalam rumah. Aku memilih berjalan ke murid-muridku yang memenuhi meja. Mereka mengerubungi makanan manis, dari makanan tradisional seperti kue beras hingga cake.
"Ayo semuanya kita berpesta!" Ahjumma mengangkat gelas berisi jus, karena tamu undangan dibawah umur. Ahjumma menggandengku mendekat ke arahnya dan mengajakku bersulang.
Ting
"Nikmati pestanya, nanti aku akan membuat pengumuman sebagai rasa terimakasihku dan kau tidak boleh menolaknya." Ahjumma menyipitkan matanya tanda tak mau dibantah. Aku hanya mengangguk, terlebih setelah Halmoni mengisyaratkanku untuk menyetujuinya saja.
"Seonsaengnim, cobalah odeng ini." Ahjumma lain menyodorkan mangkuk ke arahku.
"Coba saja, odeng buatan Bo Tong sangat lezat. Bo Tong adalah ibu Ho Jae." Aku mengangguk dan mengambil alih mangkuk.
#
Ha Wook's pov
Tanganku mengelus sebuah benda yang ada di hadapanku. "Kau tak menyukainya?" Aku menoleh ke arah Oppa yang menatapku sendu. Aku melompat dan memeluknya, air mata yang sejak tadi ku tahan tumpah sudah.
Aku sangat bersyukur Oppa kembali pada kami dan memperbaiki segalanya. Aku bersyukur sekarang hidupku tidak akan kesusahan secara ekonomi karena pekerjaan Oppa mendapatkan gaji lumayan tinggi.
"Hei, aku membelikanmu piano transparan ini untuk membuatmu tersenyum senang. Bukan malah menangis!" Oppa mengelus rambut panjangku dan mencium puncak kepalaku berulang kali.
"Oppa, aku menyayangimu."
"Aku lebih menyayangimu. Apapun akan ku berikan untuk kebahagiaanmu. Kau pandai bernyanyi dan bermain piano, kan? Aku akan membuatkan sebuah agensi untukmu dan membayar pelatih profesional. Aku berjanji Jagiya, bersabarlah sedikit lagi."
"Sejujurnya aku tidak membutuhkan semua itu. Yang ku butuhkan hanya Oppa selalu disini bersamaku dan tidak pernah pergi dariku." Oppa tersenyum dan kembali memelukku, kali ini lebih erat.
"Hidupku hanya untuk membahagiakanmu. Kau sudah banyak menderita karena kebodohanku, mulai sekarang di rumah ini hanya ada kebahagiaan untuk uri Ha Wook." Aku merangkum wajah tirus Oppa dan mengelusnya.
"Oppa pasti bekerja keras untuk membeli rumah sebesar ini."
"Tidak juga. Sudah, jangan pikirkan aku. Pikirkan saja kebahagiaan yang akan kita tulis bersama di White House ini."
"Oke!"
"Ayo keluar dan berpesta!" Oppa berjongkok di belakangku, dengan senang aku memeluknya dari belakang dan tubuhku terangkat. Aku berteriak karena Oppa berlari ke halaman depan bergabung dengan yang lain.
Aku tersenyum memandang rambut hitamnya, aroma vanilla tercium dengan jelas. Oppa kesayanganku ini selalu menjadi yang terbaik untukku karena menjadi sahabat, kakak, dan ayah untukku.
Karena kehadiran Oppa sekarang, aku tak lagi mengharapkan kedatangan seseorang bernama Adam Farabi.
#
20:38 KST
Pesta sudah berakhir, sekarang di ruang keluarga ada kami sekeluarga ditambah Ha Seonsaeng, Bo Tong Eomma, Jun Goo dan Ho Jae. "Aigoo, cucu-cucu Halmoni sangat baik." Halmoni memuji Jun Goo dan Ho Jae yang memijat kaki Halmoni.
"Tentu saja, putra-putraku sangat baik." Aku tersenyum ke arah Bo Tong Eomma yang menaik turunkan alisnya pada Halmoni. Aku masih memeluk ibu keduaku ini, aku sangat merindukannya.
"Lihatlah, sejak tadi Ha Wook tidak berhenti memeluk Bo Tong. Sebenarnya ibumu Bo Tong atau aku, hmm?" Eomma yang berdua di antara Oppa dan Ha Seonsaeng protes. Bo Tong Eomma menatapku dengan senyuman manisnya dan memelukku erat.
"Ha Wook adalah putriku!" Aku tertawa merasakan ciuman bertubi-tubi di seluruh wajahku.
"Oh ya, Jun Goo-yah kau pasti sendirian 1 bulan ini. Soo Hye dan Hyo Kang keterlaluan! Bagaimana bisa dia meninggalkan putranya di rumah sendirian?" Jun Goo mencebikkan bibirnya, ia mengangguk sedih.
"Kau bisa tinggal disini, Jun Goo yah. Nanti mereka berdua pulang akan berhadapan denganku." kata Eomma meremat botol air mineral hingga hancur.
"Ne, Eomma." Jun Goo ber-aegyo, spontan aku, Ho Jae, dan Oppa berlagak muntah.
"Oh ya. Aku punya sebuah pengumuman untuk kalian semua yang hadir disini." Eomma berdiri dari duduknya.
"Mulai hari ini hingga selamanya, pria yang paling tinggi menjadi putra tertuaku." Semua yang ada di ruangan ini terkejut, tak terkecuali Ha Seonsaeng.
"Bagaimana Jeong Il? Mau menjadi putra Ahjumma?" Kami memandang Ha Seonsaeng yang memandang Eomma.
"Ne, saya mau."
"Yeeeaaaaaaayyyy!!!!!!" Aku, Jun Goo, Ho Jae, dan Oppa bersorak. Kami melompat-lompat bersama merayakan kebahagiaan ini.
"Welcome to Lee Family, Adeul!" Aku tersenyum melihat Eomma memeluk Ha Seonsaeng.
#
-Star International High School-
Jam kedua telah usai dengan mata pelajaran fisika oleh Song Seonsaengnim. Aku berdiri yang diikuti semua teman-teman, "Songsaengnim, kamsahamnida," kata kami serempak dengan membungkuk. Song songsaenim mengangguk dan keluar kelas.
"Syukurlah segera berakhir. Jika tidak, otakku ini pasti sudah pecah." Aku menggeleng melihat Soo Ji yang memegang kepalanya.
"Dan yang selanjutnya adalah guru kesayangan kita semua!" Eun Jo terlihat antusias.
"Bukan guru kesayangan kita, tapi kesayangan Ha Wook." Aku menoleh ke arah Soo Ji yang tertawa bersama Ha Na dan Soo Ji.
"Diam kau!"
Sreeekk
Pintu terbuka, "He is coming." bisik Smith kembali ke tempatnya.
Aku berdiri diikuti seluruh teman-teman, "Seonsaengnim, annyeonghas-"
"Saranghaeyo." kami spontan berhenti dan menengok ke belakang dimana Ha Ni menunduk dan menutup mulutnya. Seisi kelas bersorak membuat wajah Ha Ni memerah, ia bersembunyi di balik Min Ah.
"Na do saranghae, Ha Ni-yah." Sorakan semakin keras membuat Ha Ni semakin malu. Aku menatap Ha Seonsaeng yang tersenyum lebar.
"Jangan cemburu ya, hanya bercanda."