webnovel

8. Perubahan Eomma

=Ha Wook's pov=

Aku tersenyum senang melihat Oppa yang menyuapi Eomma. Kami berada di meja makan untuk sarapan bersama. "Makanlah yang banyak, Jeong Il-ssi. Maaf seadanya." Ha Seonsaeng mendongak dan tersenyum pada Halmoni.

"Sup abalone ini sangat lezat, Halmoni. Sudah lama saya tidak makan makanan rumahan seperti ini." Halmoni tersenyum menatap wali kelasku yang juga makan dengan lahap. Halmoni sudah tahu semua tentang Ha Seonsaeng setelah Oppa menceritakan segalanya.

"Kami masih punya banyak sup abalone. Kau bisa membawanya pulang untuk makan siang nanti. Ayo makan yang banyak." Ha Seonsaeng mengangguk dan menyeruput supnya hingga habis.

"Ha Wook, ambilkan sup lagi untuk Jeong Il."

"Ne." Aku mendekatkan mangkuk milik Ha Seonsaeng dan memenuhinya dengan sup.

"Habiskan, Seonsaengnim."

"Gumawo." katanya dengan senyuman hangat membuatku senang. Melihat seseorang yang kau sukai senang, tentu saja membuatmu senang juga kan?

"Sudah selesai. Sekarang Eomma tidur ya? Yoon temani." Eomma mengangguk, Oppa menggandengnya menuju kamar.

"Jeong Il-ssi. Sebagai ucapan terimakasih karena telah merawat Yoon selama ini, pintu rumah ini selalu terbuka untukmu. Halmoni akan memasakkan apapun yang kau minta. Memang tidak sepadan dengan semua yang kau berikan untuk Yoon, setidaknya inilah yang bisa Halmoni lakukan untuk membalas kebaikanmu."

"Halmoni tidak perlu membalasnya, tapi saya tidak akan menolaknya."

"Satu hal yang terpenting, mulai sekarang kau adalah bagian dari keluarga kami." Ha Seonsaeng terkejut, kedua matanya terbuka lebar seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Welcome to Lee Family, Seonsaengnim!" Aku bersorak dengan senangnya membuat Halmoni tertawa.

#

19:00 KST

Aku sedang fokus mengerjakan tugas, di temani Oppa yang sedang mengacak-acak kamarku. "Kau yakin dengan perasaanmu?" Aku menghentikan kegiatan mengetik. Tiba-tiba kursi yang ku duduki berputar dan aku menghadap Oppa.

"Aku sudah memikirkannya berulang kali dan aku semakin yakin dengan perasaanku." Oppa menatapku lekat-lekat.

"Jagiya, aku hanya tidak ingin kau terluka dengan perasaan ini. Kau sudah tahu bagaimana Hyung kan, kemarin dia sudah cerita semuanya."

"Ya, aku tahu. Apa aku orang yang jahat?"

Oppa menggeleng, "Tidak. Menyukai seseorang tidak salah, Jagiya. Semua orang berhak menyukai orang lain."

"Tapi masalahnya, dia tidak sendiri. Dia sudah punya kekasih dan bahkan mereka bertunangan."

"Tidak ada cinta diantara mereka. Sebenarnya hubungan itu tidak membawa kebahagiaan bagi siapapun. Aku kasihan pada keduanya, Hyung tidak bahagia karena hubungan itu dipaksakan dan Noona tidak bahagia karena cinta yang ia usahakan selama 7 tahun lamanya tidak pernah ada." Aku menatap Oppa.

"Apa aku jahat jika aku masuk ke diantara mereka dan menghancurkan hubungan itu?" Oppa menatapku dengan kedua mata membulat sempurna.

"Ha Wook-a."

Ceklek

Aku dan Oppa menoleh ke pintu, terlihat Eomma memandangku dengan senyuman dan kedua matanya berkaca-kaca. "Eomma."

"Boleh Eomma masuk? Ada sesuatu yang ingin Eomma bicarakan."

Oppa berdiri dari duduknya dan berjalan keluar ruangan. Eomma berjalan ke arahku membuatku berdiri. Jantungku seakan berhenti berdetak saat tiba-tiba Eomma bersujud di kakiku dan menangis.

"Eomma!" teriakku duduk di lantai dan mencoba membangkitkan Eomma.

"Maafkan Eomma, Uri Ddal. Maaf selama ini Eomma tidak menjadi ibu yang baik untukmu. Maaf Eomma selalu menyakitimu." Eomma memengangi seluruh wajahku, tangan halusnya menyentuh bekas luka di dahiku.

"Maafkan Eomma." Tanganku terulur menghapus air mata Eomma.

"Jangan menangis, Eomma."

Hanya itu yang bisa ku katakan, semua perlakuan Eomma memang menyakiti hatiku dan itu membutuhkan waktu lama untuk menyembuhkannya. Aku tidak marah dengannnya, tapi bukan berarti aku tidak sakit hati atas perlakuannya.

#

10:00 KST

"Sykurlah, aku ikut senang kalian bisa berkumpul lagi." Aku merangkul Ho Jae dan Jun Goo yang berada di sebelahku. Aku berada di kantin bersama 5 sahabatku sekarang, menikmati waktu istirahat yang lebih menyenangkan dari biasanya.

"Kau tahu, aku menangis saat kau memeluk Oppamu kemarin." Soo Ji tersenyum dengan senangnya.

"Ya, itu momen yang sangat mengharukan."

"Mengharukan apanya? Kau sibuk berteriak karena fokusmu ke hal yang lain!"

"Hal apa?" Jun Goo menatap Ha Na.

"Bok Hae fokus ke Oppamu. Berulang kali dia bilang Oppamu sangat tampan." Aku menatap Bok Hae yang menyembunyikan wajahnya di punggung Soo Ji.

"Ah ya ku dengar dari Eomma, Halmoni tidak akan berjualan lagi di pasar." Aku mengangguk menjawab pertanyaan Ho Jae. Pasti Halmoni menelepon Bo Tong Eomma.

"Ya, Oppa menyuruhnya berhenti. Sejak beberapa minggu lalu, Oppa bekerja paruh waktu di perusahaan milik keluarga Ha Seonsaeng."

"Ha Seonsaeng memiliki perusahaan?"

"Hmm, di bidang parfum. Usaha milik keluarga. Oppa bilang sebenarnya Ha Seonsaeng tidak mau menjadi Presdir, beliau maunya jadi guru. Untuk itu beliau bertukar profesi dengan Baek Seonsaeng yang ternyata sepupu beliau. Tapi sayangnya, Gwajangnim kesayangan kita hanya memberi waktu pertukaran selama satu tahun saja. Itulah sebabnya Ha Seonsaeng hanya guru sementara."

"Benarkah? Sayang sekali."

"Kita harus menikmati waktu bersama Ha Seonsaeng selama beliau di sekolah kita." Aku mengangguk setuju dengan Ho Jae.

"Haruskah kita merencanakan liburan satu kelas atau semacamnya? Untuk mndekatkan kita dengan Ha Seonsaeng."

"Ide bagus, Ha Wook-a! Sudah lama aku tidak pergi liburan!"

Aku tersenyum menatap lima anak buahku yang menyetujui usulanku. "Baiklah, nanti kita rapatkan setelah sekolah selesai."

"Siaaapp!!" teriak mereka membuat kantin semakin berisik saja. Kami melanjutkan sesi mengobrol, kali ini hanya pembicaraan ringan dan lebih ke tidak penting. Seperti Soo Ji yang kebingungan memilih warna rambut untuk liburan musim panas nanti. Atau Jun Goo yang sibuk bercerita tentang bosannya ia di rumah sendiri dan meminta kami memberinya saran tentang kegiatannya.

"Eh, bukannya itu Ha Seonsaeng? Siapa wanita yang di sampingnya itu?" suara Jun Goo membuat kami melihat apa yang dia lihat.

"Tunangan Ha Seonsaeng." Jawab Bok Hae membuat kedua bola mata dua orang di sebelahku ini membulat sempurna.

"Jadi dugaanku benar?" Aku mengangguk. Sebenarnya aku terkejut mereka berdua mengobrol seolah tidak terjadi apapun, padahal kemarin mereka bertengkar. Apa setiap orang dewasa yang bertengkar seperti itu? Mudah berbaikan.

"Jagiya, bukankah mereka berempat muridmu yang datang ke rumah kemarin?" pandangan Ha Seonsaeng tertuju pada kami. Jun Goo dan Ho Jae memandang kami berempat penuh selidik.

"Hai, boleh aku bergabung di meja ini?"

"Silahkan." Aku menunduk begitu Ha Na mengiyakan, oh apa kabar hatiku?

Kedatangan mereka berdua membuat moodku turun drastis. Aku tidak bisa menyalahkan Ha Na, tidak ada seorangpun yang tahu perasaanku pada Ha Seonsaeng. Mereka mengobrol bersama, aku hanya mendengarkan. Hingga senyap seketika saat Eonni itu mengelap bibir Ha Seonsaeng yang belepotan saus.

Nächstes Kapitel