webnovel

Prolog - Lune's Past

Semenjak penarikan pasukan militer dari barak penampungan sementara yang terpusat di balai kota, beserta beberapa tenaga medis yang mulai dialihkan ke beberapa titik penting pasca agresi atau serangan pertama dari pihak musuh pada perang dunia ke empat, tanpa diduga genderang perang terdengar telah dibunyikan oleh suara pesawat tempur pengintai dari pihak musuh yang telah menerobos batas negara Armorica. Meskipun, pada dasarnya yang bertindak adalah sekutu dari pihak musuh dari negara Armorica.

Yuri dan ibu angkatnya, Lousiana Matthew yang sebelum telah bersiap untuk segera pergi dari Kota Refugio akhirnya menunda dan kembali ke barak penampungan sementara untuk menghindari apabila sampai terjadi pertempuran yang tidak diinginkan dan membahayakan diri mereka. Meskipun dengan adanya keterbatasan, tapi itu tidak menjadi pilihan daripada harus kehilangan nyawa untuk dapat keluar dari kota tersebut dengan situasi yang belum dapat diperkirakan hasil akhirnya.

Lain halnya dengan Kota Aberdeen yang langsung berada di garis pertahanan akhir dari negara Armorica ( atau berada pada zona merah sesuai dengan ketetapan pemerintah pusat saat ini ). Hampir 75% bangunan rata dengan tanah, kepulan asap hitam dan pekat masih dapat dilihat sampai radius 10 km, maupun pasokan baik dari medis dan makanan sudah mulai berkurang dalam menghadapi intensitas serangan musuh.

Sebagian warga masih ada yang bertahan untuk mencari informasi keluarga maupun menjadi relawan tenaga medis. Sementara, yang lainnya sudah mulai dilakukan evakuasi oleh pihak militer pusat dengan membagi beberapa divisi untuk melakukan proses pencarian, penyelamatan dan pengungsian. Hal ini dikarenakan, masih ada distrik-distrik lain yang sulit untuk dijangkau serta tidak memungkinkan untuk melakukan evakuasi para warga dalam skala besar.

******

******

"Kurang ajar sekali kau, bocah!!" Teriak salah satu penduduk yang ada dalam rombongan evakuasi warga setelah beberapa kali menerima serangan telak dari lawannya.

"Hajar saja dia, Sam. Mari kita berikan sedikit pelajaran kepadanya," ucap salah satu teman Sam.

"Kau jangan hanya berdiam saja, bantu aku," balas Sam dengan nada sedikit emosi kepada temannya tersebut.

"B-bukannya ... aku tidak mau membantu, tapi a---," sahut salah satu teman Sam yang tidak dapat menyelesaikan perkataannya sembari melihat kondisi temannya yang lain, dimana keberaniannya sudah tidak ada sebab telah diberi beberapa serangan dari bocah perempuan tersebut.

"Kau hanya banyak bicara," jawab Sam.

Tatapan kosong dan dingin masih tertuju ke arah Sam dan dua orang temannya yang mencari masalah dengan dirinya. Meskipun Ketua rombongan para warga tersebut telah berdiri tepat didepannya untuk mencoba meredam perseteruan di antara mereka.

"Sudah, cukup ... hentikan perbuatan kalian, daripada kita bertengkar lebih baik saling bekerjasama agar kita semua dapat selamat dari situasi seperti ini," ucap Ketua rombongan evakuasi warga tersebut.

"Diam, tidak perlu banyak bicara. Disini kau bukan siapa-siapa, meskipun kau adalah Kepala Distrik Pengganti sebelumnya, kau tidak punya wewenang penuh terhadap diri kami, Richard" balas Sam.

Alex Richard atau yang biasa dipanggil dengan Richard dikarenakan faktor silsilah keluarga mereka yang cukup terpandang sebelumnya, terpilih menjadi Kepala Distrik Pengganti untuk melakukan koordinasi para warga yang masih tertinggal di beberapa distrik agar memudahkan pasukan militer dalam melakukan penyisiran lokasi pencarian.

"Bukan itu maksudku," balas Richard untuk mencoba membuat situasi tidak bertambah sulit.

"Lebih baik kau menyingkir, atau ... aku tidak akan segan-segan untuk membuat perhitungan dengan dirimu juga," ancam Sam sembari mengacungkan jari telunjuk kanannya ke arah mereka berdua.

"Tenang ... tenangkan dirimu, Sam," ucap Richard kembali.

Meskipun Richard berusaha menolong bocah perempuan tersebut agar tidak terjadi keributan yang berkepanjangan, namun bocah perempuan berusia 15 tahun tersebut hanya dapat menatap dingin ke arah Sam sembari memberikan senyum kecil yang meremehkannya. Sementara, pasukan militer divisi ke-7 hanya melihat keributan yang tidak diperlukan tersebut.

"Letnan Briggs ... persiapkan perimeter keamanan," perintah Kapten Felix.

"Laksanakan, Kapten!!" balas Letnan Briggs lalu bergerak untuk melaksanakan perintah sang Kapten.

"Apa mereka ini tidak ada pekerjaan yang lain untuk menghabiskan waktunya selain membuat keributan," gumam Kapten Felix sembari mulai berjalan mendekati sumber keributan tersebut.

Tanpa memperhatikan langkah Kapten Felix yang memimpin divisi ke-7 mendekati sumber keributan akibat ulah mereka, keributan tetap berlanjut tanpa adanya keinginan dari Sam yang menjadi pembuat onar untuk menghentikan tindakannya untuk memberikan pelajaran kepada bocah perempuan tersebut.

"MINGGIR!!!" Teriak Sam yang semakin tersulut api emosinya, apalagi Sam melihat dengan jelas bahwa bocah perempuan tersebut memberikan senyuman kecil pertanda ia saat ini dipandang rendah.

"Kalau kau tidak menyingkir dari tempatmu, jangan salahkan aku kalau kau sampai dihajar nantinya," ucap Sam sembari berjalan mendekati Richard.

Richard yang tidak mau terjadi apapun terhadap bocah perempuan tersebut tetap berdiri dan tidak pergi untuk meninggalkannya. Selain dari faktor keluarga bangsawan yang selalu ia pegang teguh dari kecil untuk selalu melindungi rakyat kecil, Richard juga tidak ingin kejadian ini terus berlanjut dan menghambat perjalanan mereka menuju kota berikutnya untuk mencari perlindungan.

"CUKUP!!!" Teriak Kapten Felix.

"Ahh ... syukurlah, akhirnya ada bantuan datang untuk segera menyelesaikan pertengkaran yang tidak berguna ini," gumam Richard.

"Tsk ... mengganggu saja," gumam Sam.

"Sejak tadi aku lihat keributan yang tidak perlu ini tidak mencapai kesepakatan satu sama lain, apa kalian tidak ingin segera keluar dari zona berbahaya ini. Daripada kalian bertengkar, lebih baik hemat tenaga kalian untuk berjalan ke kota berikutnya," ucap Kapten Felix.

"Hmm ... mengapa saat ini tidak ada yang berbicara?" Tanya Kapten Felix.

Dengan perbandingan yang cukup jauh, Sam dan Richard hanya bisa terdiam serta menunggu kesempatan berbicara yang diberikan oleh Kapten Felix. Sementara itu, Kapten Felix sengaja untuk tidak memberikan kesempatan mereka berbicara terlebih dahulu untuk dapat meredakan sedikit kemarahan dari Sam.

"Kapten," bisik Letnan Han yang tiba-tiba saja ikut menyusul Kapten Felix.

"Huuhhhhh ... baiklah, siapa yang memulai keributan ini, coba jelaskan secara rinci ap---" ucap Kapten Felix tidak dapat menyelesaikan perkataannya karena Sam tidak membuang kesempatan yang diberikan untuk membela dirinya.

"BOCAH PEREMPUAN ITU YANG MEMULAINYA!!!" Teriak Sam sembari mengacungkan jari telunjuk sebelah kanannya ke arah sosok dibelakang Richard.

"Hmm ... kau pikir kami ini tidak bisa mendengar perkataanmu dengan jelas, apa perlu sampai berteriak seperti itu," ucap Letnan Han menatap tajam ke arah Sam.

"TAPI ... BOCAH ITU, D-DIA," ucap Sam yang masih berteriak dengan emosi yang meledak-ledak.

Kapten Felix pun ikut turun tangan memperhatikan sikap Sam, selain Letnan Han yang masih menatap tajam untuk memberitahukan kepada Sam bahwa jangan terlalu bersikap besar kepala dan sadar akan diri sendiri. Akhirnya, Sam pun dengan terpaksa mengalah dan meminta maaf akan sikapnya.

"B-baiklah, m-maafkan saya," ucap Sam terbata-bata.

"Dia ini ... apa tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa, dan waktu yang tepat untuk berdebat," gumam Richard dan menggeleng-gelengkan kepalanya ringan sembari sedikit menundukkan kepalanya.

"Huuuhhh ... Kepala Distrik Pengganti, beritahukan saja kepada para wargamu untuk beristirahat selama 15 menit, setelah itu baru kita lanjutkan perjalanannya," ucap Kapten Felix.

"B-baik, Kapten," ucap Richard.

Sembari pergi dari sumber keributan dengan mengajak bocah perempuan yang sebenarnya sudah beranjak dewasa yang tidak lain adalah Lune untuk beristirahat, Richard mencoba untuk melakukan komunikasi kepada Lune yang tidak pernah berbicara atau mengucapkan satu kata pun sejak bergabung dengan rombongan tersebut.

"Tapi ... gadis remaja tersebut memiliki sesuatu yang unik. Meskipun aku sendiri belum bisa memahami sepenuhnya apa sebenarnya yang spesial dari gad---" gumam Kapten Felix tidak selesai karena tiba-tiba Letnan Han memberikan pertanyaan.

"Bagaimana, Kapten?" Tanya Letnan Han.

"Apanya yang bagaimana, Letnan!" Kapten Felix balik bertanya dan mencoba menghindari pertanyaan yang dapat ia jawab tersebut.

"Aku tahu ... dan pastinya, kita memiliki pemikiran yang sama terhadap gadis remaja tersebut," lanjut Letnan Han menjelaskan lebih lanjut.

"Jangan sembarangan kalau berbicara, aku ini pimpinan kalian. Dan ... tidak mungkin aku tertarik dengan gadis-gadis muda, aku masih tahu dengan kedisiplinan dan peraturan militer," balas Kapten Felix.

"Hmmm ... masih menyangkal juga," gumam Letnan Han.

"Apanya, kembali bertugas," perintah Kapten Felix.

":Laksanakan, Kapten!!" Balas Letnan Han sembari memberi hormat.

Kapten Felix sebenarnya juga tahu apa yang dimaksud dengan pertanyaan yang diberikan oleh Letnan Han, namun Kapten Felix harus menggali informasi terkait Lune dan sebenarnya apa yang menjadi pokok utama sehingga keributan tersebut dapat terjadi.

"Letnan Olivia, segera selidiki sebenarnya apa yang terjadi sebenarnya sehingga perjalanan kita tidak akan terhambat seperti ini lagi," instruksi Kapten Felix melalui HT.

"Baik, Kapten," balas Letnan Olivia.

"Oh iya, satu lagi. Tolong tanyakan kepada para warga tersebut terkait gadis remaja itu," ucap Kapten Felix lagi.

"Siap, Laksanakan!!" balas Letnan Olivia.

******

******

Terkadang badai yang paling menakutkan datang dari laut yang tenang. Begitulah tampaknya yang terjadi pada rombongan evakuasi para warga yang dipimpin oleh Richard, sebagai Kepala Distrik Pengganti. Lima menit sebelum waktu istirahat selesai untuk dapat melanjutkan perjalanan kembali, Richard dengan raut muka khawatir datang untuk meminta pertolongan kepada Kapten Felix yang sedang berbincang dengan Letnan Olivia dan Letnan Han.

"K-Kapten Felix ... t-tolong," ucap Richard terbata-bata sembari mengatur nafasnya.

"Tenangkan dirimu, Pak Kepala. Ceritakan yang terjadi dengan pelan," ucap Kapten Felix mencoba membuat Richard untuk lebih tenang.

Setelah mengatur nafasnya dengan baik, kemudian Richard menceritakan bahwa gadis remaja yang tidak pernah sekalipun untuk berbicara dengan siapapun ( Lune ) menghilang bersama Sam dan dua warga yang menjadi teman Sam.

"Baik, cukup. Secara garis besar aku sudah paham maksud dari perkataanmu. Baiklah, aku akan mencoba anggotaku untuk segera mungkin mencari mereka," ucap Kapten Felix.

"Terima kasih, Kapten," ucap Richard.

"Letnan Briggs, segera lakukan penyisiran kembali dengan radius 200 meter dari tempat kita. Apabila kau menemukan seorang gadis remaja dan tiga orang laki-laki dari warga yang ikut rombongan evakuasi ini, segera laporkan," instruksi Kapten Felix melalui HT.

"Baik. Laksanakan, Kapten," balas Letnan Briggs.

"Kalian berdua juga, segera lakukan pencarian," ucap Kapten Felix kepada Letnan Olivia dan Letnan Han.

"Baik, Kapten!!" Jawab Letnan Olivia dan Letna Han bersamaan.

"Terima kasih sekali lagi, Kapten," ucap Richard.

"Tidak apa-apa, kau tenang saja. Semoga saja semuanya masih dalam kendali," jawab Kapten Felix.

Tidak ada satupun para warga yang ikut dalam rombongan, termasuk Richard yang mengetahui identitas Lune. Hal ini dikarenakan, mereka bertemu dengan Lune saat sedang melakukan perjalanan untuk menuju pos militer yang akan membawa mereka untuk evakuasi. Selain itu, Lune juga hampir tidak pernah melakukan komunikasi dengan siapapun.

"Mendengar dari apa yang dikatakan oleh Letnan Olivia, mungkin ... ini tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang akan kau harapkan, Richard," gumam Kapten Felix.

"Apa jangan-jangan ... Sam dan teman-temannya tersebut mencoba memancing keributan kembali dengan gadis tersebut, Kapten Felix?" Tanya Richard.

"Aku juga tidak tahu, Pak Kepala. Semoga saja kita dapat mengetahui secara cepat, dan mengambil tindakan yang tepat apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," jawab Kapten Felix.

******

Setelah melakukan pencarian dengan menyita waktu selama 12 menit, akhirnya Letnan Han pertama kali menemukan keberadaan terkait orang-orang yang sedang mereka cari. Tidak berapa lama, mereka semua tiba pada tempat yang telah disampaikan oleh Letnan Han. Namun, yang ada dihadapan mereka bukanlah sebuah pemandangan yang begitu indah untuk dilihat.

"Apa yang terjadi sebenarnya, Kapten?" Tanya Richard dengan raut muka terkejut bercampur takut dengan apa yang dilihatnya.

"Tenangkan dirimu terlebih dahulu, Pak Kepala," jawab Kapten Felix.

"Letnan Han," ucap Kapten Felix melalui HT.

"Aku juga tidak tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi, Kapten. Saat aku mencoba menelusuri titik ini, aku juga dibuat terkejut," balas Letnan Han melalui HT.

"Sambungkan pembicaraan kita kepada anggota tim lainnya," perintah Kapten Felix.

"Baik, Kapten," balas Letnan Han.

Dikarenakan perbincangan Kapten Felix dan anggota tim lainnya hanya melalui alat komunikasi, Richard semakin menjadi penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Dan, mengapa posisi Sam saat ini sedang berada diujung maut yang kapan saja bisa dilakukan oleh seorang gadis remaja yang tidak tahu dari mana asal usulnya.

"Apa yang kau lakukan sebenarnya, Sam?" Tanya Richard dalam hati.

"Uhuuuukkk, uhhuuukkkk, pffuuaahh ... " Sam terbatuk lalu mengeluarkan darah dari mulutnya, dan tersadar dari alam mimpinya.

"P-Pak Kepala ... to-tolong aku, a-aku berjanji ... ti-tidak akan---" ucap Sam terbata-bata namun tidak dapat menyelesaikan perkataannya karena Lune mendekap dengan kuat leher Sam dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya berada di atas kepala Sam.

"Ergghhh," Sam mengerang kesakitan.

Siapa saja yang sedang berada disana dapat melihat dengan jelas, bahwa saat ini kondisi Sam tidak memungkinkan untuk diberikan pertolongan pertama. Sebab, meski Sam berada dalam kondisi bersimpuh, terlihat bahwasanya Lune yang menahan tubuh Sam agar tidak terjatuh ke tanah. Selain itu, mata kiri Sam tampak sudah sangat rusak, tangan kirinya terlihat sudah tidak menyatu dengan tubuhnya sementara tangan kanannya sudah tidak ada lagi dengan darah yang terlihat sudah mulai habis mengalir.

"Baiklah, semua tetap berada di posisi kalian. Dan, jangan ada yang coba-coba untuk berbuat tanpa ada instruksi dariku," ucap Kapten Felix setelah melakukan perbincangan intern dengan para anggota timnya.

"Bagaimana, Kapten?" Tanya Richard yang sudah tidak tahu untuk melakukan apa agar dapat menyelamatkan Sam.

"Kondisi korban tidak dapat dipastikan secara jelas, dan kemungkinan hanya akan menjadi beban. Sementara, yang lain sudah pergi mendahuluinya ... benar-benar merepotkan sama sekali," gumam Kapten Felix.

"Kapten," ucap Richard kembali karena tidak ada respon dari Kapten Felix akan pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.

"Huuhhhh ...." Desah nafas Kapten Felix.

"Pak Kepala, saat ini otoritas tertinggi ada padaku. Jadi, apapun yang akan aku lakukan, aku harap kau tidak akan ikut campur," ucap Kapten Felix.

"Mengapa, Kapten?" Tanya Richard kembali penasaran.

"Cukup jawab saja bagaimana tanggapanmu," balas Kapten Felix dengan menatap tajam ke arah Richard.

"B-baik, Kapten," ucap Richard dengan terbata-bata.

"Letnan Olivia, bawa pergi Pak Kepala dari tempat ini," instruksi Kapten Felix melalui HT.

Tidak berapa lama Letnan Olivia telah tiba di antara Kapten Felix dan Richard untuk memenuhi tugas yang diberikan. Sembari menunggu Letnan Olivia berjalan cukup jauh dengan Richard, Kapten Felix berusaha untuk memahami sebenarnya apa yang terbaik dan bisa dilakukan untuk Sam maupun Lune dan melangkahkan kakinya secara perlahan untuk lebih dekat dengan mereka berdua.

"Tenang, aku tidak ingin menyakiti siapapun. Aku hanya ingin lebih dekat agar kita dapat berbicara dengan baik tanpa harus emosi," ucap Kapten Felix yang akhirnya menghentikan langkah kakinya karena tindakan Lune.

"Ergghhh," Sam mengerang kesakitan dan terlihat sangat kesulitan sekali untuk bernafas.

"Baik, baik, aku akan mundur beberapa langkah dan semoga saja perkataanku masih bisa untuk didengar," ucap Kapten Felix sembari mundur beberapa langkah saja.

"Haahhh ... to-tolong, a-ak---" ucap Sam yang tidak dapat menyelesaikan perkataannya karena Lune menutup mulutnya dengan tangan kiri Lune.

"Baiklah, aku tidak akan panjang lebar dan beromong kosong denganmu. Karena, anggota timku saja tidak ingin langsung berhadapan denganmu apabila satu lawan satu. Jadi, sebutkan apa yang kau inginkan agar melepaskan dia," ucap Kapten Felix yang tidak direspon sama sekali oleh Lune.

Setelah perdebatan yang cukup lama dan selalu mendapatkan hasil yang sama, sementara malam hari akan tiba dan menyulitkan untuk melanjutkan perjalanan sehingga harus dengan cepat mencari tempat perlindungan maka Kapten Felix hanya mencoba beberapa pilihan tawaran maupun pertanyaan dari para anggota timnya. Alhasil, opini dari Letnan Olivia yang baru kembali diterima oleh Lune tanpa memberikan pernyataan apapun.

"Kapten, apa kau memiliki pemikiran yang sama denganku?" Tanya Letnan Briggs.

"Ya, mungkin bagi kita semua juga. Karena ... tidak akan satupun dari kita akan mampu memenuhi keinginan gadis remaja tersebut untuk melepas Sam," ucap Kapten Felix melalui HT.

"Huuhhh ... ternyata, hanya wanita yang dapat mengerti wanita," ucap Letnan Han dengan maksud meledek Letnan Olivia.

"Jaga ucapanmu," balas Letnan Olivia singkat.

Agar tidak menjadi permasalahan baru yang cukup merepotkan dan sangat berisik di telinga, maka Kapten Felix angkat bicara untuk meredakan mereka berdua. Setelah itu, Kapten Felix memberikan pertanyaan yang disarankan oleh Letnan Olivia meski harus sedikit disesuaikan dengan bahasa Kapten Felix.

"Sebagai otoritas tertinggi disini, aku izinkan kau .... yang aku tidak tahu namanya, memberi hukuman yang harus diterima oleh Sam," ucap Kapten Felix tegas.

Dengan senyuman penuh kemenangan meski tanpa menunjukkan ekspresi sama sekali, Lune dengan santainya melaksanakan apa yang seharusnya didapat oleh orang-orang seperti Sam dan teman-temannya tersebut.

"CRAACCKKK!!!"

Jangan lupa untuk rate dan power stonenya agar cerita ini terus berkembang. Terima Kasih.

Redi_Indra_Yudhacreators' thoughts
Nächstes Kapitel