webnovel

hati yang tidak menentu

Rosa POV)

Aku membuka mataku Perlahan-lahan, ketika melihat ke sekeliling aku baru sadar bahwa sedang ada di dalam kamar sendiri, aku bangun sambil merenggangkan tubuh. Sepertinya aku ketiduran karena sangat lelah, ah.. kepalaku sakit sekali! Apa yang membuat kepalaku hingga sesakit ini? Kurasa karena semua keadaan berpihak padaku dan aku harus menentukan.

Kasihan sekali otakku yang kecil ini, selalu berpikir keras padahal belum pernah belajar dengan benar. Aku melihat ke sekeliling, lalu mataku membulat sempurna karena melihat panglima sedang duduk sambil memandang diriku. "astaga!! Panglima! apakah kau senang sekali berada di kamarku!?." Aku memegang dadaku perlahan, setiap melihat wajah panglima yang sangat datar. entah kenapa aku selalu kaget.

"Puteri sudah bangun, Puteri belum makan apapun sejak siang dan sudah tidur hingga menjelang malam seperti ini. Apakah Puteri mau makan sesuatu?." panglima mengacuhkan Pertanyaanku, dia malah bertanya hal lain yang tidak aku inginkan.

"ah.. aku tidak butuh apa apa, aku hanya ingin minum. Apakah ada sesuatu saat aku tertidur? Misalkan ibuku dan Ayahku yang datang untuk mengucapkan terimakasih?." tanyaku basa, aku mengambil gelas perak yang ada di sampingku dan meminum air yang ada di dalamnya.

"Mereka beluk kemari sama sekali, mungkin mereka lupa siapa yang memberikan tahta itu pada mereka." Ucapan Panglima membuatku hampir tersedak, kenapa panglima berkata seperti itu? sepertinya sifat panglima ini begitu sensitif.

"Aku senang jika mereka sibuk dengan urusan mereka, jadi aku juga bisa sedikit tenang dan tidak di ganggu siapapun." aku menjawab dengan asal saja, tidak mau memperlihatkan pada panglima bahwa aku sedang sedih.

Tentu saja sedih, ternyata ibu tidak mengunjungi aku sama sekali. bahkan dia tidak mengucapkan terimakasih atau apapun yang membuatku senang.

Ah.. nasibku!

aku kembali menatap langit-langit kamar, mendengar suara langkah kaki panglima yang berjalan ke arahku. aku diam saja, mungkin panglima hanya ingin melihatku dari dekat.

"Puteri Memikirkan apa? Apakah ada yang bisa aku bantu? tugasku adalah Memastikan keselamatan Puteri, kebahagiaan Puteri, Dan Rasa nyaman." panglima yang berbicara seperti itu, sambil mengelus rambutnya dengan lembut. aku langsung menengok dan melihat mata Panglima sedekat ini.

kenapa rasanya mata panglima itu sangat indah? Mungkin tidak seindah mata Raja Drakon, Tapi aku tetap senang melihat mata indah itu. apalagi bisa melihatnya sedekat ini.

"Kenapa? Kau mau menjagaku?." Aku hampir memukul bibirku sendiri, kenapa masih di tanya? Jelas-jelas itu karena aku ini Puteri di kerajaan ini.

"Karena Kau Puteri Rosa, aku lahir ke dunia ini memang untuk menjaga dirimu. Aku terlahir sudah harus menjaga keselamatan orang lain, di bandingkan dengan keselamatan diriku sendiri. Aku berusaha berlatih sejak kecil, dan sangat bersemangat setiap kali melihat wajahmu yang lucu Puteri. itulah tujuan hidupku saat ini." perkataan Panglima terdengar sangat lembut, suaranya yang serak itu menambah kesan aneh di telingaku.

aku bingung mendeskripsikan hal ini, apa sebutannya? Seksi? Ya.. Raja Drakon pernah berkata padaku seperti itu.

Dan aku mengerti apa arti seksi, ketika mendengar suara Panglima kerajaan.

ah.. sebenarnya apa yang aku pikirkan saat ini? kenapa aku bisa jatuh pada pesona laki-laki? Apa aku memang semudah ini? tapi sejauh ini aku hanya menganggumi Raja Drakon dan Panglima saja.

dua orang yang tidak akan pernah menjadi siapa-siapa, Nasibku benar-benar sial.. Kenapa hatiku dan Pikiranku bisa terpesona pada dua pria yang bahkan seperti bulan dan matahari di langit? Sedangkan aku hanya patung porselen, berdiri tegap tanpa bisa menyentuh matahari dan bulan.

"Panglima, perkataanmu terlalu membuatku bingung. Apakah Kakekku memang sangat mempercayakan hidupku padamu? Kau juga seorang Manusia dan kau sangat hebat, aku yakin kau akan mempunyai kehidupan sendiri. Aku akan berusaha menjadi hebat dan kuat, lalu aku akan menjadi seorang Ratu terbaik sepanjang masa. Ini janjiku padamu Panglima." Aku menggenggam tangan Panglima, saat itulah aku dapat merasakan rasa dingin yang teramat di telapak tangan Panglima.

Rasa dingin ini terasa begitu aneh, Apalagi di tambah tatapan mata indah di depanku. Seperti paket lengkap, tapi aku tidak mengerti kenapa?.

"Aku senang kau akan menjadi seorang Puteri yang hebat dan kuat, tapi aku lebih senang jika kau selalu meminta bantuan padaku. Anggap saja aku dewa pelindung bagimu, biarkan aku selalu disisimu sepanjang waktu." Panglima menepuk-nepuk pelan punggung tanganku, lalu melepaskan tangannya dari genggamanku.

Setelah itu Panglima berdiri tegap, tak lama suara ketukan pintu membuat langsung tersadar.

"Hormat kami Puteri, Raja Drakon datang untuk menemui anda." Setelah mendengar perkataan itu, pintu terbuka dan aku melihat Raja Drakon masuk dengan sangat tegas.

matanya menatap ke arahku sambil tersenyum, tapi saat matanya menatap Panglima, saat itulah tatapan sengit yang sangat kesal terlihat jelas di mata Raja Drakon.

ada apa dengannya? Apakah dia juga tidak menyukai kehadiran Panglima? Seperti panglima tidak menyukai kehadiran Raja Drakon?

aku menengok ke arah panglima, tatapannya benar-benar sama. mataku hanya bisa melihat tanpa bisa menebak.

"Kenapa seorang panglima selalu berada di dalam kamar Puteri Rosa!?." Satu pertanyaan sinis dari Drakon membuatku meringis bingung. kenapa harus di tanya?

"Karena aku Panglima Puteri Rosa saat ini, bukan panglima kerajaan." Panglima menjawab dengan sangat tenang, Seperti air yang mengalir tanpa menimbulkan suara gemericik. Tapi aku tidak yakin bahwa suara itu benar-benar tenang.

aku tidak suka jika ada keributan di dalam kamarku. "Ada apa kau kemari Raja Drakon?." Tanyaku langsung, dan saat itulah mata Drakon langsung memandang ke arahku lagi. Menatap dengan lembut dan dengan senyuman yang sangat indah.

Ish! Kau sangat labil Rosa, kenapa setiap melihat kedua mata dari dua orang berbeda. kau selalu katakan indah? Kau benar-benar tidak punya pendirian!. Aku mengutuk sendiri pikiranku, yang bisa-bisanya mengejek diriku sendiri?.

"Aku ingin mengajakmu minum teh di Taman Puteri, apakah kau bersedia?." Pertanyaan itu membuatku langsung menengok ke arah Panglima, Namun panglima tidak terlihat melarang. jadilah aku menengok ke arah Raja Drakon lagi, di sana Drakon terlihat sangat berharap banyak akan jawabanku.

Tapi yang aku heran adalah, Kenapa ajakan minum teh membuat Raja datang sendiri kemari? Bukankah dia bisa menyuruh pelayan? atau abdi dalam kerajaan? yang sering membantu seorang Raja.

"Baiklah Raja, aku akan bersiap dan Menemui dirimu di Taman kerajaan." Kataku dengan lembut.

"Terimakasih Puteri, aku akan menunggu. Aku permisi kalau begitu." Raja Drakon memberikan senyumnya sekali lagi, lalu berjalan dengan tegas keluar dari kamarku.

Aku yang melihat kepergiannya hanya memandang datar, Aku kemudian bangun dari tempat tidur dan berdiri tepat di depan Panglima. "Aku mau bersiap, apakah kau tetap di sini panglima? atau kau bisa panggilkan pelayan untukku." Kataku sedikit memerintah, namun Panglima langsung Menunduk hormat dan berjalan pergi. dia keluar untuk memanggil pelayan yang akan membantuku bersiap.

Nächstes Kapitel