webnovel

Bab.  6 Awal Dari Kesalahpahaman

Tanpa disadari Axel dan Via saat keluar dari hotel ada sepasang mata yang melihat mereka dan mengabadikannya di ponsel. 

"Ternyata Via benar-benar wanita murahan. Dia terlihat bahagia sekali setelah keluar dari hotel itu" gumam Siska. 

"Sepertinya ini bisa dijadikan senjata terakhir untuk membuktikan tentang kelakuan Via yang sebenarnya. Dasar wanita sok suci dan polos. Tetapi kenyataannya dia begitu murahan. Tak sia-sia aku lama-lama di area parkir hotel ini." kembali Siska bergumam memancarkan aura kebencian. 

Siska menginjak gas dan meninggalkan area parkir hotel tersebut menuju rumahnya. 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kediaman Keluarga Prayuda

Via merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya untuk menghilangkan lelahnya melakukan aktivitas hari ini. Via berbaring sambil memainkan ponselnya dan masuk ke sosial media sebentar hanya ingin tau ada hal penting atau tidak. Via coba memejamkan matanya setelah selesai melihat sosial media,  sampai pada akhirnya Via masuk dan mengarungi dunia mimpi. 

Axel merilekskan badannya dan mencoba memejamkan matanya untuk beristirahat setelah seharian bekerja tapi tak kunjung juga berhasil. Begitu banyak pertanyaan dan teka teki yang berkecamuk di pikirannya. Axel bangun dari tempat tidur dan mendudukan tubuhnya di sofa. Axel memandang langit yang bertaburkan bintang dimalam itu yang cerah memikirkan nasib adiknya Via nantinya setelah menikah bagaimana?  

"Siapa relasi papa yang akan menikahi Via?  Apakah dia sudah tua dan botak atau masih muda?  Apa pria itu sudah menikah dan Via dijadikan istri kesekiannya?  Kenapa papa mau menikahkan Via dengan relasi bisnisnya bukankah perusahaan berjalan dengan lancar dan tak kekurangan dana?  Apa Via nanti bahagia dan masih bisa melanjutkan kuliahnya setelah menikah?  Aaaaaaaaaahhhhhh….. kenapa papa tega melakukan itu semua ke anaknya? " hanya bisa berucap dalam hati Axel bertanya dan berteriak untuk itu semua. 

Axel kembali ke tempat tidur karena merasakan matanya yang mulai memberat. Tak lama kemudian dia mengarungi dunia alam bawah sadarnya juga. 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mansion Elang Sastra Pratama

Para nelayan berbaris rapi menyambut kedatangan tuan muda mereka yang  akan tiba sebentar lagi. Pintu gerbang utama sudah dibuka dan memberitahu para pelayan bersiap untuk menyambut kedatangan tuan mudanya. 

"Selamat datang kembali tuan muda" ucap para pelayan yang dikepalai pak San. 

"Hmmm" balas Elang

"Tak usah kau siapkan makan malam pak San,  aku dan Roy sudah makan diluar tadi saat meeting" lanjut ucap Elang. 

"Baik,  tuan. Apa tuan memerlukan yang lainnya" tanya pak San ramah dan sopan ke Elang

"Antarkan kopi ke ruang kerja ku nanti, aku mau bersih-bersih dulu di kamar" jawab Elang. 

"Baik,  tuan" ucap pak San. 

Elang melangkahkan kakinya menuju anak tangga menuju kamar utama di rumah itu. Di dalam mansionnya ada lift yang langsung tertuju ke kamarnya tapi jarang digunakan kalau tidak mendesak. Tidak sembarang orang bisa mengakses lift tersebut selain Elang,  Roy dan pak San. 

Elang masuk ke dalam kamarnya dan melepasi semua pakaian yang tadi dikenakannya dan dimasukan kedalam keranjang kotor yang tersedia di samping pintu kamar mandi. Elang mengguyur seluruh tubuhnya yang atletis dibawah shower,  tak membutuhkan waktu lama untuk dia mandi jika hanya menggunakan shower. Setelah selesai Elang hanya melilitkan handuk di pinggang menuju ruang ganti baju. Elang menggunakan pakaian santai menuju ruang kerjanya untuk menemui Roy yang telah menunggu nya untuk melanjutkan pekerjaan yang tadi tertunda di kantor. 

Elang membuka pintu ruang kerjanya dan melihat Roy berdiri saat mendengar pintu ruangan itu terbuka. Padahal saat pintu itu tertutup dia sedang fokus ke layar laptopnya memeriksa laporan-laporan yang masuk sebelum diserahkan ke Elang nantinya. 

Elang mendudukan dirinya di kursi kerjanya dan Roy duduk di depannya yang hanya dipisahkan oleh meja saja. Mereka mulai membahas hasil meeting tadi sebelum pulang ke rumah. Setelah selesai membahas hasil meeting itu Roy pun pamit undur diri untuk beristirahat karena waktu sudah menunjukan jam 10 malam.

"Tuan,  saya pamit istirahat ke kamar" Roy meminta izin dan pamit ke Elang. 

"Hmmmm" jawab Elang tanpa mengalihkan pandangannya dari tumpukan dokumen yang sedang diperiksanya. 

Roy meninggalkan ruangan itu menuju kamar pribadinya di mansion tersebut. Roy menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Setibanya di lantai bawah Roy langsung menuju kamarnya. Roy mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur setelah membersihkan diri. 

Sementara di ruang kerja Elang masih fokus dengan tumpukan dokumen-dokumen yang harus diperiksa secara teliti. Elang hanya butuh 1 sampai 3 menit untuk mempelajari dan membubuhkan tanda tangannya. Waktu sudah menunjukan jam 12 malam tapi Elang masih belum beranjak dari ruangan tersebut sampai waktu menunjukan jam 2 dini hari Elang mulai meninggalkan ruangan tersebut menuju kamarnya. 

Elang memasuki kamarnya yang berukuran berlebihan dan mewah dibanding dengan semua kamar yang ada di mansion itu. Elang menuju ruang ganti untuk berganti bajunya dengan piyama tidur yang nyaman. 

Elang membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur yang berukuran besar. Menatap langit-langit kamarnya yang ditemani cahaya lampu yang ada diatas meja sebelah tempat tidurnya. 

Suara kicau burung-burung yang menyambut cahaya sang surya  yang membangunkan setiap manusia untuk melakukan aktivitas. 

Elang sudah rapi dengan setelan dan aksesoris yang lengkap dengan harga mahal,  melangkahkan kakinya menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk sarapan. 

Roy telah menunggu Elang di ruang makan untuk memulai aktivitas hari ini. Mereka makan dengan tenang hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu.  

Roy membuka pintu mobil belakang untuk Elang.  Roy mulai menjalankan mobilnya membelah jalanan menuju perusahaan Pratama Corporation. 

Setibanya di perusahaan Roy kembali membukakan pintu mobil untuk Elang. Mereka berjalan masuk ke perusahaan,  semua mata yang melihat mereka terutama Elang para karyawan wanitanya seakan terhipnotis oleh ketampanannya. Setiap langkah yang mereka pijak yang berpapasan memberikan hormat atau salam kepada Elang tapi tak ada balasan sedikitpun. 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dikediaman keluarga Prayuda

Via terbangun dari tidurnya seperti biasa,  seperti mempunyai alarm alami. Menu Sarapan sudah tersaji di meja makan. Semua penghuni rumah memakan dengan tenang. 

Via yang tak memiliki jadwal kuliah hari ini setelah merapikan ruang makan dia kembali ke kamar untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen kemarin. Via mengerjakan sambil mendengarkan lagu-lagu favoritnya,  disela-sela mengerjakan tugasnya ada pesan chat masuk di ponselnya. Dia melihat nomor yang tak dikenal,  Via mengabaikan isi chat itu dipikir tidak penting.

Via merapikan kamarnya setelah selesai bergulat dengan tugas-tugasnya tadi. Dia membaringkan tubuhnya sejenak untuk merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Setelah merasa sudah baikan,  Via melangkahkan kaki menuju dapur untuk mempersiapkan makan siang,  tak butuh waktu lama untuk Via berperang di dapur makanan sudah selesai dan siap ditata di meja makan. 

Via kembali ke kamarnya untuk melihat apa ada pesan atau email yang penting. Setelah mengecek tak ada chat atau email yang penting,  dia kembali ke ruang makan untuk makan siang bersama. 

Tia yang hari ini izin tidak masuk kuliah sudah berada di ruang makan bersama nyonya Sandra sedang makan bersama. Via duduk di tempat biasa yang dia duduki dan mulai memakan. 

Axel yang biasanya makan di kantin perusahaan,  tapi entah kena angin dari mana dia ikut makan siang di rumah. Tak ada yang bersuara selama makan. 

Tia dan mamanya setelah selesai makan langsung berlalu begitu saja menuju kamar Tia. Mungkin mereka ingin merayakan kepergian Via dari rumah ini yang hanya tinggal menghitung hari saja. 

Diruang makan hanya tersisa Via dan Axel yang belum selesai makan. Saat mereka selesai makan tak ada tegur sapa atau pembicaraan seperti orang asing saja dalam ruangan tersebut. Via kembali ke kamarnya untuk istirahat,  lebih tepatnya tidur siang dan Axel dia keluar rumah menuju mobil dan kembali ke kantor lagi.

Nächstes Kapitel