webnovel

Dua Puluh Tiga.

Pemanggilan terhadap Anugrah Permana kembali di lakukan keesokan harinya. Penyelidikan kali ini lebih dipusatkan kepada orang-orang yang dicurigai.

Huda bersama tim dari unit Resmob melakukan pelacakan untuk menemukan David berdasarkan tempat terakhir kali ia terlihat. Tim dari unit Resmob juga men-track ponsel David dan memeriksa daftar transaksi rekeningnya. Barangkali ia melakukan penarikan tunai di sebuah ATM atau melakukan transaksi non-tunai di suatu tempat yang menunjukkan tanda-tanda keberadaannya, bahwa ia memang masih hidup di suatu tempat.

Haikal dan tim yang dibentuk untuk mengawasi anak-anak yang kemungkinan menjadi target pembunuhan selanjutnya, bergantian melakukan tugas jaga. Mereka mengawasi, dan sesekali menghubungi target yang sedang diawasi untuk menanyakan apakah semunya baik-baik saja atau apa ada hal yang terlihat mencurigakan.

Ketua tim dan Iwata mengintrogasi Anugrah Permana selama berjama-jam. Pertanyaan yang diajukan adalah seputar keberadaan adiknya dan keterlibatan Anugrah terhadap beberapa pembunuhan yang telah terjadi. Entah itu sebagai kaki tangan atau pelaku.

Anugrah ternyata sangat keras kepala. Sama sekali tidak ada petunjuk dari setiap jawaban yang diberikannya selama sesi itu. Ia lebih banyak diam, dan menjawab tidak tahu dan tidak mengerti.

Atmaja Ken ditugaskan duduk manis di kursinya. Tidak hanya duduk manis, ia memeriksa setiap catatan dan laporan yang masuk. Disebut duduk manis tapi ekspresinya tidak ada manis-manisnya sama sekali. Rambutnya berantakan seperti biasanya dengan air muka kusut dan bibir tertekuk.

Ken masih dalam kondisi berkonfrontasi dengan bagian dirinya yang lain. Tidak ada bukti spesifik atau saksi yang secara langsung menyebutkan Dani adalah pelaku sebenarnya, jadi masih ada peluang bahwa pelakunya memang bukan Dani. Toh mereka memiliki terduga pelaku lain yang kini entah berada di mana rimbanya.

Tapi…

Ken mengacak-acak rambutnya yang menjadi semakin berantakan. Pagi ini ia mencuci rambutnya dengan sampo, berharap dengan itu sakit kepalanya mereda.

Tapi semua petunjuk yang terkumpul dalam benaknya menunjuk ke arah Dani. Semuanya! Dari profil pelaku yang ia ciptakan, motif, sampai tingkah laku mencurigakan. Semua menunjuk ke arah Dani tanpa pengecualian.

Di saat seperti ini seharusnya ia yakin Dani-lah pelakunya, tapi ia justru meragu.

Tidak, tidak, tidak. Jika ini diteruskan cita-citanya menjadi polisi hebat akan kandas.

Tidak! Ken harus secepatnya menentukan posisinya. Menangkap pelaku adalah prioritas, tidak ada lagi banyak waktu tersisa.

"Ken... Ken... Ken!!" Seorang Reserse dari unit kejahatan umum melempar remukan kertas dari tempatnya ke arah Ken yang tidak kunjung merespons panggilannya. "Teleponnya berdering."

"Ah, iya."

Dua hari beralu dan masih belum ada hasil yang memuaskan. Belum ada perkembangan terbaru. Hasil pencarian Huda dan tim di unit Resmob nihil. Masih belum ditemukan tanda-tanda keberadaan David Permana.

Ketua tim meminta penambahan waktu pencarian. Jika tetap tidak ada perkembangan, pencarian kemudian dipusatkan ke jenazah-jenazah tanpa identitas.

"Jangankan tanda-tanda keberadaan, tanda-tanda kehidupannya saja tidak terlihat." Huda menghela nafas panjang.

Tanda pergerakan dari pelaku juga masih belum terbaca. Selama pemantauan Haikal bersama tim bantuan yang diturunkan, semua aman terkendali. Tidak ada tanda-tanda mengkhawatirkan apa pun.

Situasi yang baik-baik saja mulai menimbulkan pertanyaan dari anak-anak yang tengah diawasi. Benarkah mereka adalah target pembunuhan selanjutnya atau polisi hanya menebak-nebak. Apakah tebak-tebakan itu berdasar atau pada akhirnya akan meleset.

"Mereka mulai terlalu banyak bertanya," keluh Haikal.

Satu-satunya hal baik yang terjadi adalah pengadilan setuju mengeluarkan surat penahanan untuk Anugrah Permana. Surat penahanan itu pun disetujui setelah melalui serangakaian perundingan yang alot oleh para atasan.

"Itu mungkin satu-satunya bagian terbaiknya." Iwata masih merasa beruntung.

"Iya." Huda manggut-manggut setuju.

"Mungkin." Haikal tidak sepenuhnya yakin.

Ketiganya menghela nafas bersamaan, kemudian hanya melanjutkan makan siang di kantin dalam diam.

Meski kasus belum terpecahkan, meski tim-tim bantuan yang ditunjuk masih terus bekerja keras, tetap tidak ada alasan untuk meninggalkan makan siang. Terlalu banyak berpikir, terlalu banyak bergerak, ditambah lagi ketiganya telah melewatkan waktu sarapan karena kesibukan yang terjadi sejak pagi. Berdasarkan semua itu, mereka membutuhkan banyak tambahan energi.

Menjaga kesehatan adalah penting, meski menangkap penjahat juga sama pentingnya. Memberi nutrisi untuk otak dan tubuh adalah penting dan sama pentingnya untuk tidak menyia-siakan waktu karena deadline yang ditetapkan semakin dekat.

"Bagaimana kalau kita memasukkan nama Dani sebagai target yang juga harus diawasi." Ken yang sebelumnya hanya bertindak sebagai pendengar setia sejak suapan pertamanya, ikut buka mulut.

"Bagus!" seru Haikal sembari menepuk punggung Ken. Tepukan yang cukup keras dan tiba-tiba itu membuat Ken tersedak. Teh manis yang baru diteguknya tersembur ke wajah Huda.

Serempak Iwata dan Haikal tergelak.

"Maaf, maaf, Pak. "Ken yang merasa tidak enak menyodorkan tisu pada Huda. Merasa terancam dengan keberadaan Haikal, Ken menarik kursinya menjauh. Lirikan matanya penuh kekesalan dengan bibir yang dimonyong-monyokan.

Iwata dan Haikal tergelak lagi. Geli. Ken memang bocah tukang ngambek yang gampang tersinggung. Tidak ada duanya. Huda juga ikut tergelak meski wajahnya baru disembur teh manis dari mulut Ken.

"Bagus," Haikal melanjutkan kalimatnya dengan masih dibubuhi tawa "Itu artinya kamu sudah memutuskan berada di posisi mana."

"Itu juga artinya kamu seharusnya sudah mengakhiri masa penuh kegalauanmu," tambah Iwata.

"Untuk mengurangi resiko," Ken kembali ke mode serius "Kita perlu mengambil tindakan pencegahan sebelum semua telanjur terjadi."

"Setuju!" Huda manggut-manggut lagi. "Firasatku bilang kita tidak akan menemukan tanda-tanda kehidupan David Permana. Jadi sudah pasti peran pelaku ada dilimpahkan ke orang lain."

"Oke, akan kuusulkan ke komandan Hamzah." Iwata juga setuju.

Kali ini mereka melanjutkan makan siang tanpa suara sama sekali. Setelah selesai, keempatnya segera beranjak, kembali ke pos tugas masing-masing.

Fokus penyelidikan masih sama, tugas-tugas yang diperintahkan Atasan pun demikian. Sampai salah petugas di tim bantuan unit Resmob menemukan fakta baru yang kemudian memberi akhir dari pencarian tak berujung mereka.

"Komandan!" Huda memberikan laporan seketika itu juga. Ia memerlihatkan surat yang pengambilannya dibubuhkan tanda tangan Anugrah Permana. Surat kematian yang tidak dilaporkan.

Menurut keterangan dokter tempat surat di keluarkan, David telah meninggal saat sampai di rumah sakit dan Anugrah adalah satu-satunya keluarga yang mengantar ke rumah sakit. Kejadian terjadi pada dini hari sehingga mata-mata yang seharusnya bisa melihat sebagai saksi masih terlelap.

"Kamu tahu menyembunyikan kematian seseorang adalah tindak pidana?" Ketua tim menekan kalimatnya saat berbicara dengan Anugrah.

"Orang itu, pelaku sebenarnya yang Anda lindungi menggunakan adik Anda untuk menutupi perbuatannya. Anda tidak keberatan? Tidak masalah orang lain memanfaatkan adik Anda yang sudah meninggal?" Iwata menambahkan.

Anugrah tertunduk. Ia merenungi kalimat yang diucapkan padanya berkali-kali. Inilah saat-saat ia berdebat hebat dengan dirinya sendiri. Memutuskan untuk bekerja sama atau tetap diam.

"Sebenarnya…" Anugrah mulai membuka suaranya. Mengucapkan sesuatu selain kata tidak tahu dan tidak mengerti. "Sebenarnya, saya hanya masih belum bisa percaya David akan berakhir seperti itu."

Ingatan Anugrah kembali ke malam itu.

Hari itu adiknya memang mengurung diri seharian di rumah, tapi itu bukan yang pertama kalinya. Di hari-hari yang lalu hal yang sama juga pernah dilakukan beberapa kali. Tapi setelah stresnya mereda ia akan ke luar rumah dan melakukan kegiatan seperti biasa.

Anugrah pulang lebih larut dibanding hari-hari sebelumnya. Tidak menemukan adiknya di rumah mulai membuatnya khawatir. Mencoba menghubungi ponselnya berkali-kali pun tidak pernah ada jawaban. Semakin menunggu, semakin membuat kekhawatiran Anugrah memuncak. Akhirnya ia pergi untuk mencari.

Nahas. Mendapati David jatuh karena terpleset pinggiran jembatan yang landai, namun tak seorang pun yang sadar. Kepalanya terbentur batu dan ada banyak darah.

"Orang itu tidak menggunakan adik saya untuk menutupi perbuatannya, karena dari awal membalas dendam adalah tujuan hidup David. Segala hal tentang balas dendamlah yang membuatnya kuat di tengah keputusasaannya." Anugrah mulai bercerita, lebih terbuka.

"Apa maksudnya? Adik Anda telah dinyatakan meninggal sejak 5 bulan yang lalu." Ketua tim tidak mengerti.

"Balas dendam adalah rencana David, tapi sebelum dia melaksanakan tujuannya, kematian sudah lebih dulu menemuinya."

Anugrah menjelaskan segala hal yang diketahuinya.

Awalnya David yang datang menawarkan rencana balas dendamnya ke orang-orang yang menjadi korban pada kecelakaan dua tahun lalu. Tapi tidak satu pun dari orang-orang yang David datangi menerima persekongkolan jahat darinya dan mau menjadi sekutu.

Ada seseorang yang membuatnya tertarik. David pernah menemuinya beberapa kali. Meski orang itu juga menolak tawarannya, tapi David tidak berhenti datang. Saat bertemu mereka tidak selalu bercerita mengenai apa yang hilang setelah kecelakaan itu, tapi mengenai banyak hal. Cerita-cerita pada umumnya.

"Siapa orang itu?" Ketua tim bertanya memburu.

Anugrah menggeleng.

Ia kembali melanjutkan ceritanya. Tidak ada yang terjadi setelah David meninggal. Hanya ia yang merasakan terpuruknya kehilangan, masih belum bisa menerima. Tapi semuanya baik-baik saja, tidak terpikir untuk melakukan apa pun. Sampai dua bulan lalu.

Panggilan dari nomor tidak dikenal masuk beberapa kali. Saat orang itu muncul, saat itu jugalah rencana balas dendam dimulai.

Mereka tidak pernah bertemu, tidak pernah saling bertatap muka. Satu kali pun. Ia hanya menerima aba-aba dan menunggu. Yang mereka jalankan adalah naskah balas dendam yang David tulis namun sudah dimodifikasi di beberapa bagian oleh orang itu.

Dari awal David yang datang dengan menebar kebenciannya untuk melakukan pembalasan. Jadi Anugrah pikir orang itu tidak menggunakan David untuk menutupi kejahatannya. Tidak. Karena menebar kebencian juga merupakan kejahatan serius. Kejahatan yang menghasilkan buah kejahatan lain.

"Jadi begitu."

Pengakuan yang paling ditunggu-tunggu sudah didapatkan. Meski seperti itu, hanya sedikit dari banyak hal yang masih abu-abu terungkap.

***

Nächstes Kapitel