.
.
.
Stefany berjalan dengan susah payah menuju apartemen nya.
Joon-Yong mengantarnya sampai ke apartemen nya dan baru akan pulang setelah Stefany benar benar sudah masuk kedalam apartemen nya.
Saat sudah melihat gadis itu benar benar pulang dengan selamat Joon-Yong pun segera pergi.
"Im home!".
Daddy nya yang sedang sibuk dengan berkas pekerjaan nya langsung teralihkan saat gadis kesayangan nya jauh dari kata baik baik saja.
"Hey.. what's wrong with you?".
Daddy nya dengan cepat membantunya untuk duduk di sofa.
"Its Ok, aku hanya terjatuh karena tidak memperhatikan langkah kakiku".
Daddynya menggelengkan kepalanya terheran melihat anaknya yang seperti ini.
"Baru saja kau berada disini kau membuat kekacauan pada dirimu sendiri?".
Oh Tuhan, Daddy nya kini menjadi ibu kedua nya yang sangat begitu cerewet.
"Come on Dad, im Ok. Its just a little accident and Dont worry Ok?".
Stefany tak ingin jika Daddy nya tau jika hal ini ulah Cam.
Melarikan diri dari incaran Cam lebih tepatnya.
Stefany tidak mau menambah masalah jika ia mengadu soal apa yang ia alami barusan.
Maka ia memilih untuk diam .
"Bagaimana untuk sekolah besok? Kau perlu alat bantu? kursi roda untuk membantumu berjalan?".
"Dad.. just dont worry. Aku tidak lumpuh jadi tidak lama lagi aku akan kembali bisa berjalan dengan normal".
Tak ingin lagi mendengar celotehan Daddy nya Stefany memilih untuk memaksakan diri berjalan menuju kamar nya yang tidak begitu jauh.
.
.
.
Pintu kamar nya ia tutup lalu Stefany merasa tergiur untuk menuju kasur empuknya.
Stefany segera berbaring dan merasakan otot ototnya mulai rileks.
Ingin sekali ia kembali menangis, tetapi Stefany tak ingin melakukan nya lagi.
Stefany sudah lelah menangis, lelah dengan hidupnya yang tidak pernah tenang.
Di detik ke lima pria yang bernama Joon-Yong terlintas di pikiran nya.
Stefany beruntung bisa bertemu dengan nya dan membawa nya pergi.
Joon-Yong begitu sangat lembut.
Sebagai pria menurut Stefany, Joon-Yong begitu sangat lembut saat berhadapan dengan wanita .
Stefany merasa sangat aman saat berada di sisinya.
Seakan merasa terlindungi.
Rasa kantuk tiba tiba saja menyerangnya.
Tidak peduli bahwa Stefany tertidur masih dengan seragam yang melekat di tubuhnya.
Yang ia inginkan hanyalah istirahat.
Istirahat untuk sejenak.
.
.
.
Di sisi lain Cam sedang menghisap dalam dalam rokoknya.
Kali ini Cam sedang berada di rooftop hotel .
Setelah melakukan cek in ia segera menuju ke atas untuk menjernihkan pikiran nya.
Cam akan berada di sini selama dua hari.
Maka dari itu ia berniat untuk menikmati tubuh Stefany jika bisa.
Tetapi Stefany malah kabur darinya dan alhasil rencana untuk membawanya ke hotel gagal total.
Terlintas di pikiran Cam , bahwa ia akan memaksa Stefany pulang ke Amerika dengan nya satu hari lagi.
Cam kali ini merasakan nafsu yang berat.
Ia mengingat ngingat bagaimana Stefany mendesah sambil menyebut namanya saat pertama kali mereka berhubungan.
"Uhh Stefany, I want you to calling my name so lauder in my room".
"You make me feel so ... right now".
Setelah meracau tidak jelas, Cam buru buru menginjak rokoknya lalu berencana untuk menuju kamarnya untuk beristirahat.
.
.
.
"Stefany, bangunlah waktunya untuk makan malam".
Daddy nya mengusap kepala anak kesayangan nya itu dengan lembut.
"Ngghh.. ".
Hanya respon erangan yang keluar dari mulut gadis itu.
Ia sangat menolak untuk bangun dari tidurnya.
Daddy nya menggeleng kan kepalanya.
Apa ia selelah itu, sampai tidak mau beranjak bangun?
"Hey , wake up.. kau harus makan sayang. Daddy tunggu di meja makan".
Tak lebih dari lima menit Stefany memutuskan untuk bangun.
Dan memang perutnya butuh makan.
Maka ia segera mengganti seragam nya yang masih melekat lalu mengganti nya dengan baju yang lebih santai.
.
.
.
"Selamat makan".
Stefany makan dengan lahap dan Daddy nya tersenyum melihat nya.
"Makanlah yang banyak agar kau sehat".
Ucap Daddy nya.
Stefany mengulum senyum lalu melanjutkan kegiatan makan nya.
"Oh iya setelah ini Daddy akan pergi untuk berbelanja kebutuhan di supermarket, ada yang mau kau titipkan?".
"Umm aku ingin sereal untuk sarapan dan beberapa cemilan manis".
Pinta Stefany.
Daddy nya segera mengangguk lalu akan mencatat nya di daftar belanjaan nya nanti.
.
.
.
"Dad pergi dulu, kau jangan kemana mana sampai Daddy kembali kerumah".
"Ya! Jangan khawatir Dad ".
Setelah memastikan bahwa Daddy nya sudah pergi Stefany segera membereskan piring piring sisa makanan lalu mencuci nya .
Saat sibuk mencuci piringnya , tiba tiba saja kedua lengan melingkar di pinggang Stefany.
Stefany kaget bukan main.
Dengan cepat Stefany segera mengambil pisau di depannya lalu mengarahkan pada orang yang lancang itu.
"Woaa woo.. just calm down ok".
Pria itu terlihat mengangkat kedua tangan nya .
"Daniel!? What are you doing here? Kau membuatku kaget".
Stefany menghela nafas panjang, ia mengira bahwa itu Cam.
Ia merasa bahwa Stefany hampir akan mati saat ini juga jika bertemu lagi dengan Cam.
"Aku disuruh untuk menemanimu di apartemen oleh Daddy mu, maka dari itu aku kesini".
"Dan kau kenapa tiba tiba saja ingin membunuhku dengan pisau itu? Kau sekarang seorang psikopat huh?".
Daniel terkekeh geli sambil membuka kulkas untuk mencari sebuah minuman.
"Karena aku seorang diri disini , dan kau tiba tiba saja memeluk ku dari belakang apakah itu tidak mengagetkan !?".
Stefany memasang mata melotot nya pada saudara laki lakinya itu.
Daniel lagi lagi hanya memasang cengiran nya.
Daniel tidak pernah lepas dari sifat jahil nya.
"Syukurlah jika kau disini untuk menemaniku. Lalu kau akan menginap disini?".
Daniel terlihat berpikir.
Tetapi ia segera menjawab nya.
"Ya untuk seminggu aku akan berada disini, setelah itu aku harus pulang ke Amerika karena aku ada urusan penting".
Stefany hanya ber oh ria sambil melanjutkan mencuci piringnya yang belum selesai.
"Omong omong kau betah berada disini?"
Tanya Daniel sambil memakan cemilan yang tadi ia bawa di kulkas.
"Seoul lebih menyenangkan daripada di Amerika, dan aku merasa ingin sekali berlama lama disini".
Akhirnya Stefany selesai mencuci piring lalu mengeringkan tangan nya dengan handuk.
Setelah itu ia duduk di sofa santai di samping Daniel.
"Aku ingin mendaftar kan diri sebagai boyband Korea".
Stefany mengangkat alisnya dengan pandangan merendah kan nya.
"Hihh.. badan mu saja kaku , bagaimana bisa kau lulus sebagai boyband Korea? Tidak akan ada agensi yang membutuhkan mu".
Stefany me roll eyes matanya .
Sementara Daniel begitu percaya diri dengan ucapan nya.