- 1 bulan 25 hari sebelum asteroid jatuh -
Rapat internasional diadakan di gedung pencakar langit. Ruangan yang sangat luas dengan kursi terjejer rapi. Lapisan kaca yang menjadi dinding terlihat menembus pandangan ke luar. Didapatinya gedung-gedung yang berada di dekat terpandang sangat jelas.
Di sana para ilmuwan besar berkumpul dalam satu ruangan. Dito yang hendak duduk di kursi tertahan oleh seseorang yang memanggilnya di sebelah.
"Hey, can i sit beside you?" katanya orang asing itu.
"Ya no problem" jawab Dito
Orang asing itu tersenyum dan mengulurkan tangan "I'am Burhanudin from Uni Emirat Arab"
"I'am Wadito Stalhom from Indonesia" kata Dito saat bersalaman
"Oh, salam kenal" ucap Burhan
"Iya, salam kenal juga. Eh-- kenapa kau bisa berbahasa Indonesia?" Dalam sesaat Dito terkejut mendengar perkataannya.
"Hahaha--sebenarnya aku mempunyai paman asal Indonesia. Saya sangat akrab dengannya, sampai sampai saya bisa berbahasa" jelasnya Burhan diselingi tawa lirih
"Oh ya? Pantas saja kau terlihat sangat lancar saat berbicara"
Mereka duduk bersama setelah itu. Walaupun terlihat begitu, Wadito tetap mengawasi gerakan Daki.
Tak sampai satu jam kerjasama ilmuwan antar negara ini akan dimulai karena semua orang yang diundangkan sudah datang. Jadi untuk mempercepat mereka melakukannya segera.
Perwakilan untuk memimpin federasi ini, di ambil oleh ilmuwan NASA sekaligus orang ternama dalam dunia sains saat ini. Dia adalah Frederick Anout, untuk memulai acara rapat dia segera melangkahkan kakinya menuju panggung di depan semua orang.
Dia mengambil mic di tengah podium.
"Before starting the meeting, I wanted to pray for our friends Prof. Helga from Indonesia, hopefully calm down in nature" Prof Frederick mengatakan bahwa dia berduka terhadap meninggalnya Helga. Dan dia meminta semua orang untuk mendoakannya agar tenang di alam sana.
Setelah itu dia mulai menjelaskan skenario yang sudah dia buat untuk mengatasi asteroid itu. Layar yang digunakan untuk gambaran instruksi telah dinyalakan di belakang Prof Frederick.
Dia menjelaskan skenario terbaik yang dia buat yaitu yang pertama Ion Beam Shepherd dengan membombardir asteroid melalui partikel-partikel bermuatan listrik, sehingga perlahan-lahan asteroid akan berubah jalur orbitnya. Namun prosesnya membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Skenario kedua yang dia jelaskan yakni Kinetik Impactor, dengan menabrakkan pesawat luar angkasa ke asteroid agar melambat dan orbitnya menggeser.
Dan yang ketiga adalah Gravity Tractor, dengan mengirimkan pesawat luar angkasa untuk memanfaatkan gravitasi dan menggeser keluar dari jalur. Tapi pesawatnya harus mengitari asteroid sampai beberapa tahun hingga satu dekade lamanya.
Jika para ilmuwan cukup awal mendeteksinya maka itulah skenario yang dapat dilakukan. Dan dari semua skenario itu tak ada yang dapat dipilih jika asteroidnya sudah sangat dekat.
Setelah dijelaskan berbagai materi oleh Prof Frederick semua orang hanya terdiam tak dapat berbicara. Mungkin semua orang disana merasa diliputi bayangan akhir dunia.
Namun dari gelapnya keadaan pasti masih ada secercah cahaya harapan. Dito yang saat itu terdiam duduk tiba-tiba berdiri mengatakan sesuatu ke Prof Frederick, " what if we launch nuclear bomb"
Semua orang yang mendengarnya menatap menuju Dito.
"You're right, it's our last choice" ujar dari Prof Frederick
Sebenarnya meledakkan nuklir di luar angkasa itu melanggar perjanjian internasional. Tapi memang meluncurkan nuklir bisa meledakkan sebagian permukaan asteroid dan mungkin berkesempatan menahan laju benda itu dan menggeser orbitnya.
Sebab solusi ilegal seperti itu di buat, para ilmuwan mencoba untuk berdiskusi kembali bersama.
Rapat itu hingga dua jam lebih masih berjalan dengan kesibukan.
Sampai jam setengah lima sore Dito melihat kursi yang diduduki Daki sudah kosong. Daki pergi entah kemana tanpa diketahui Wadito. Saat Dito bergegas mencarinya Prof Burhan dengan penasaran bertanya " Anda mau kemana?"
"Aku ingin ke belakang sebentar. Dan-- tolong waspadalah terhadap sekitar" untuk berjaga-jaga Dito mengatakan itu kepada Prof Burhan
Prof Burhan terlihat bingung dengan yang diucapkan Wadito Stalhom. Tapi dia tak memikirkan kebingungan itu dan berhati-hati mengamati sekitar.