webnovel

Hari Pertama

Hari pertamaku dimulai dengan suasana keramaian di dalam kelas dan dalam sekejap berubah menjadi sunyi karena masuknya seorang guru. Sosok yang cukup tegas dan berwibawa, untuk ukuran fisik orang dewasa guru kami termasuk pendek tidak lebih dari 160cm cukuran rambut sebahu tampak seperti seorang polisi wanita, pakaian yang sedikit ketat membuatnya terlihat tegap saat berdiri, matanya tajam dan belum terlihat senyuman di wajahnya.

"Selamat pagi" Sapanya tanpa tersenyum sedikit pun

"Pagi bu" Jawab semua siswa secara serentak

"Selamat atas kesuksesan kalian sudah dapat masuk ke sekolah ini" Tatapan yang tajam dan dingin seolah menyimpan sesuatu untuk diceritakan

"Pertama nama ibu Alixia Feronica, kalian boleh memanggil Alixia" Sambungnya langusng memperkenalkan diri di hadapan kami

"Kedua ibu akan langsung menjelaskan peraturan di sekolah ini, peraturannya sederhana, yang gagal akan langsung dikeluarkan" Ibu Alixia mengatakan sebuah peraturan yang begitu menyeramkan untuk didengar oleh siswa-siswi seusia kami.

Namun tidak berlaku untuk ku, karena bagiku mudah saja untuk lulus dari masalah akademis.

"Kalau boleh tau apa definisi gagal yang ibu maksud" Sebuah sautan terdengar dari bangku siswa

"Siapa namamu?" Jawab ibu Alixia dengan tatapan yang tajama

"Yuro" Jawaban yang sangat singkat dan jelas terdengar dari seorang siswa yang dengan penuh keberanian dan kepercayaan diri serta rasa ingin tahu yang cukup besar, bisa dibilang Yuro termasuk siswa dengan nilai lulus kedua di kelas kami, di bawah Olivia, karena aku sempat melihat namanya di papan pengumuman.

Yuro badannya sangat kecil, sedikit gemuk dan menggunakan kacamata, rambutnya lurus dan dipotok pendek, dengan warna kulit kecoklatan, namun dengan penuh percaya diri mampu membuat kagum banyak siswa dengan keberaniannya di hari pertama ini.

"Baiklah akan ibu jelaskan" Sambung ibu Alixia kepada kami

"Jika nilai rata-rata di kelas ini di bawah angka 60 dalam ujian, maka siswa atau siswi di peringkat terbawah dalam kelas akan kami keluarkan, dan jika lebih dari 4 siswa keluar dalam waktu 2 semester, maka satu kelas akan keluar" Sebuah peraturan yang terdengar jelas dari seorang guru yang begitu dingin di mata kami

"4 orang siswa dalam 2 semester, memangnya ada berapa kali ujian dalam 2 semester?" Sebuah pertanyaan kembali di lontarkan oleh seorang siswi bernama Neola, Ketika mengatakannya raut wajahnya sedikit cemas, dan terlihat ada ketakutan serta ketidakpercayaan diri, aku melihatnya ada di satu tingkat di atasku saat ujian masuk, pantas saja jika dia sedemikian takutnya akan gagal di sekolah ini

"Kalian akan menghadapi 4 kali ujian dalam 2 semester, dan di setiap ujian bila ada seorang siswa dengan nilai rata-rata di bawah 60 maka seperti perarturan yang sudah jelas ibu katakan, siswa tersebut harus bersiap-siap untuk keluar" Terang ibu Alixia dengan begitu tenang

Serentak satu kelas mengalami keheningan, sebuah peraturan yang benar-benar berbahaya, bisa disimpulkan peraturan ini memaksa kami semua untuk bekerja sama dalam menghadapi ujian, namun yang menjadi permasalahan bagaimana cara menyatukan 20 siswa, aku tak yakin semua siswa akan dengan mudah untuk diajak bekerja sama agar tetap Bersama menghadapi setiap ujian hingga kelulusan.

"Namun kalian tidak perlu khawatir, disamping beratnya hukuman yang kalian terima, kalian dapat menikmati hadiah yang akan kami berikan selama kalian bertahan di sekolah ini, hadiahnya ada di buku panduan sekolah yang sudah kalian terima" Sebuah kata-kata yang membuat kami tenang dan sedikit berharap serta termotivasi untuk bergerak maju.

Dibuku sekolah dijelaskan fasilitas yang bisa kami nikmati, seperti asrama sekolah, sebuah market gratis bagi para siswa, tempat olahraga, dan berbagai hal yang bisa kami nikmati bersama.

Setelah mendengar penjelasan dari ibu Alixia, Olivia melihat kearah ku, ku tatap matanya ada keraguan dan ketakutan, biasanya aku melihat dia tersenyum, namun kali ini dia terlihat berbeda, aku mencoba mengatakan sesuatu agar dia tenang, namun kami di kejutkan dengan suara keras dari seseorang yang penuh semangat dengan lantang dia mengatakan sebuah kata-kata yang membuat para siswa lain menjadi bersemangat kembali.

"Hanya karena sebuah peraturan sederhana, tidak akan membuat kami takut, kami hanya tinggal belajar dan menyelesaikan semua ujiannya saja tidak akan sulit bagi kami yang sudah lolos ke sekolah ini" Teriaknya sambil berdiri dari kursinya

Aku belum begitu mengenalnya, badannya begitu besar dan pakaiannya pun sedikit berantakan, lalu aku melihat kea rah Olivia dan bertanya kepadanya "Siapa dia?" Tanyaku kepada Olivia

"Aku juga tidak tahu"Jawab Olivia cepat

Kelaspun kembali seperti biasa, kami memulai pelajaran layaknya sekoah-sekolah lain pada umumnya, sesekali aku melihat ke arah luar jendela sambil menatap ke arah langit yang cerah, sangat indah aku melihatnya dari ruang kelas ini.

Bel istirahat berbunyi, sudah setengah hari tak terasa kami mengikuti pelajaran pertama dan tiba saatnya untuk istirahat, ku rapihkan buku pelajaran ku dan ku masukkan ke dalam tas.

"Mau makan bersama Refta?" Olivia mengajakku makan ke kantin dengan sedikit tersenyum, mungkin dia masih memikirkan apa yang akan terjadi ke depan, masih ada rasa takut dan sedikit kecemasan bagaimana kami akan menghadapi semua itu nanti.

"Apa kamu tidak masalah makan bersamaku" Jawabku sedikit kaku karena ini baru pertama kali ada seorang wanita yang mengajakku ke kantin untuk makan bersama

"Aku justru sangat senang bila kamu mau" Senyumnya sudah tampak normal, dia benar-benar gadis yang polos ku pikir

"Ayo cepat Refta, kalau tidak buru-buru nanti kita akan kehabisan makanan" Sambung Olivia sambil memegang tanganku

Sambil berjalan kami menuju ke kantin aku bertanya kepada Olivia "Aku melihatmu ada kecemasan, memangnya apa yang membuatmu cemas?"

"Aku hanya berpikir, bahkan aku belum mengenal semuanya, tapi kita sudah diancam dengan perpisahan seperti itu" Dia berkata dengan suara yang pelan sambil menundukkan kepalanya

"Jangan khawatir, jika kamu ingin bersama semuanya sampai akhir, maka yang perlu kita lakukan hanya mencari cara agar semuanya bisa bertahan sampai akhir" Tanpa kusadari aku menjawab perkataannya sambil memegang pundak Olivia

"Kamu orang yang bijaksana dan sangat tenang ya Refta, bahkan walaupun kamu ada di tingkat terakhir tapi tidak ada rasa cemas dan keraguan sedikitmu di wajahmu" Sambung Olivia sambil tersenyum manis kepadaku

Seperti mendengar antara sebuah cacian atau pujian, Olivia memang wanita yang sangat polos dan terlalu jujur menurutku, karena mendengar dua hal dalam satu kalimat membuatku berpikir Olivia memang belum tahu apapun tentang diriku, mungkin dia memang tidak sengaja bertemu denganku dan aku teman pertamanya di sekolah karena aku tahu dia hanya seorang wanita yang polos dan jujur, jadi memang hanya kebetulan tahu namaku di urutan terbawah dan berpapasan denganku sehingga dia langsung mengajakku berkenalan.

Nächstes Kapitel