webnovel

Bagian 11

  Sesuatu itu langsung melilit tangan Putri dan menarik nya jauh kedalam hutan, aku sudah berusaha menarik nya tapi aku gagal. Anto mencoba menjelaskan dengan mata yang berbinar binar dan kepalan keras dikedua tangan nya. Aku tau dari mata nya Anto pasti merasa sangat bersalah karena tidak dapat menolong Putri, aku juga melihat muka ketakutan dari teman-teman ku.

  "Bagaimana ini Tiara, aku takut," ucap Meli dengan lirih.

  "Sialan, siapa yang coba bermain main dengan kita," ucap Bagas.

"Sstttt..., Jangan ngomong gitu Gas, kita tidak tau berhadapan dengan siapa, manusia apa makhluk halus," ucap ku.

Kata-kata ku barusan membuat Meli dan Mira bergidik ngeri.

 "Kita siap-siap kehutan," ucapku kepada mereka semua.

  "Kamu yakin Tia, malam-malam begini kita kehutan? apa nggak besok siang aja," sahut Bagas.

  "Iya aku yakin, kita tidak bisa menunda waktu, kita tidak tau keadaan Putri apalagi keberadaan nya sekarang, jangan sampai terjadi hal yang tidak di inginkan."

  Kami bersiap siap untuk melakukan pencarian Putri. Aku menyiapkan berbagai barang yang mungkin berguna untuk ku nanti, senter, pisau kecil dan tali, ku masukkan ke ransel kecil ku.

  "Ayo, sudah siap? kita berangkat."

Perlahan kami memasuki hutan yang jalan nya cukup sulit karna semak-semak dan rumput yang cukup tinggi se pinggang kami, belum lagi akar- akar pohon yang menyeruak ke permukaan tanah. Aku berjalan paling depan, di iringi Mira, Miko, Meli, Anto dan paling belakang Bagas, Kenapa aku didepan?yahh karena mereka tau kalau cuma aku punya kelebihan.

  Cahaya senter ku arahkan ke depan, begitu pun bagas yang membawa senter juga dibelakang.

Putri....

Putri....

Ucap kami sesekali.

Blep....

Tiba-tiba cahaya senter ku mati.

Aaaaaaa.... Teriak Mira dibelakangku sambil menggenggam erat tangan ku. "Sabar Mir, tenang tidak apa-apa ko, mungkin baterai nya habis," ucapku menenang kan Mira dan yang lain.

Kulihat meli sudah berpegangan erat ditangan Miko, aku tau dia pasti takut, sama seperti aku, tapi aku harus tenang dan berusaha untuk tidak panik.

"Bagas sini senter mu aku yang bawa, kamu gandeng Mira dibelakang ku, kalian ikuti aku dari belakang, jangan pernah berpisah apapun yang terjadi."

"Baik Tia," jawab mereka.

Kami terus menyusuri hutan entah berapa lama sudah kami berjalan, terlihat cahaya bulan yang samar-samar di balik daun pepohonan yang tinggi. Ya tuhan, selamatkanlah kami semua, bisikku dalam hati.

  Srrrrrr....

Ada angin berhembus di tengkuk ku. "STOP...!! ku bilang kepada mereka."

Kami menghentikan langkah kami, aku mencoba mempertajam indra ku untuk melihat lihat kesekeliling hutan. kucoba menggunakan kemampuan ku lagi untuk merasakan akan kehadiran mereka walaupun sudah lama aku tidak melakukan nya.

   Hihihihii....

Terdengar suara tawa kunti yang merdu memecah kesunyian hutan, saat aku tujukan senter ku pada sebuah pohon.

  Aaaaa..., aaa...

Lagi-lagi Mira dan Meli berteriak melihat sesosok kunti yang berayun di dahan pohon. aku langsung menurun kan arah senterku, baca doa yang kalian bisa atau apapun itu, tenangkan diri kalian. kita tidak mengganggu mereka, alam kita pun berbeda. beberapa saat kemudian kunti itu pun menghilang dan kami melanjutkan perjalanan lagi.

  Sosok itu...?!

Yap, aku melihat sosok putih itu lagi dibalik batang pepohonan. siapa dia?seperti nya tidak mengganggu, tapi kenapa dia terus memata matai kami, saat aku coba mendekat.

Arrggh...

Terdengar teriakkan Mira di belakang.

"Ada apa Mir?"

"Kaki ku Tia, kakiku."

Saat aku mengarahkan senter ke kaki Mira, alangkah kaget nya kami melihat sebuah tangan menarik kaki Mira dan saat itu juga dia menunjukkan wajah nya yang sungguh mengerikan. Di kepala nya ada seperti satu buah tanduk, mulutnya terbuka memperlihat kan taring nya yang tajam siap menerkam. Tetesan darah pun keluar dari mulut nya, entah makhluk apa itu, aku pun baru melihat nya.

"Miko, Bagas tolong tarik tangan Mira sebisa kalian agar terlepas dari makhluk itu."

Akupun mulai melafalkan ayat-ayat suci al quran untuk menangkis makhluk itu, tapi itu hanya sia-sia. ternyata semua tidak berpengaruh sama sekali untuk nya.

Aaaakhhhh..., Mira terus saja berteriak.

Nächstes Kapitel