webnovel

Apa maksudnya?

Tasya mengekor di belakang pak Rendi, ia ingin berbicara dengan pak Rendi dan bertanya mengapa ia membelikannya pakaian, tapi Tasya takut. Tapi karena tidak mau semakin mempunyai hutang budi kepada gurunya ini, akhirnya Tasya pun bertanya.

"Pak...." panggil Tasya.

"Iya, ada apa Tasya?" tanya pak Rendi menghentikan langkahnya dan menatap Tasya.

Tasya sedikit gugup dipandang seperti itu oleh sang guru, ditambah komentar pak Rendi tadi yang mengatakan kalau dirinya cantik.

"Emm… Boleh Tasya tanya sesuatu pak?" tanya Tasya berusaha sesopan mungkin agar tidak menyinggung perasaan pak Rendi.

"Memangnya kalau tidak saya izinkan, kamu tidak akan bertanya Athasya van Dejhong?" ujar pak Rendi menyebutkan nama panjangnya.

"Tetap tanya pak" lirih Tasya bingung juga karena apa yang diucapkan oleh gurunya itu memanglah benar.

"Ya sudah. Untuk apa kamu tanya lagi" pak Rendi hanya bisa menghela nafasnya melihat tingkah konyol Tasya.

"Kenapa bapak tiba-tiba membawa saya ke toko baju dan membelikan baju saya seperti ini?" tanya Tasya penasaran.

"Kirain teh tanya apa" pak Rendi menghela nafasnya lagi.

Melihat raut wajah Tasya yang menunggu jawaban darinya, pak Rendi pun akhirnya menjawab pertanyaan itu.

"Kamu tanya kenapa? Kamu gak sadar apa kalau baju kamu itu basah kuyup seperti tadi bisa buat kamu sakit, ditambah AC mobil saya yang cukup dingin" jelas pak Rendi.

"Tapi saya sudah biasa pak, lagian saya gak akan sakit hanya karena hujan kok" elak Tasya tetap tidak membenarkan apa yang telah dilakukan gurunya ini.

Pak Rendi tahu kalau Tasya bukanlah tipe orang yang suka dibeli-belikan sesuatu pun mencari cara agar Tasya tidak merasa terhina ataupun merepotkan.

"Mungkin kamu sudah biasa, tapi saya?" ujar pak Rendi memperlihatkan pakaian yang ia kenakan.

"Saya bukan hanya berpikir bagaimana kalau kamu sakit. Tetapi saya berpikir kalau saya sakit bagaimana. Makanya saya mengajak kamu untuk membeli pakaian, masa iya saya beli untuk diri saya sendiri sedangkan saya membiarkan kamu kedinginan, gak mungkin Tasya. Bagaimanapun saya laki-laki" tambah pak Rendi, karena memang pakaian pak Rendi tadi juga sudah basah dan ia merasa kurang nyaman, makanya saat di toko tadi pak Rendi juga membeli satu stel pakaian untuk dirinya sendiri. Dan sekarang hal itu nyatanya berguna untuk beradu argumen dengan Tasya.

Tasya pun memperhatikan pak Rendi, dan yah benar kalau pakaian yang dipakai pak Rendi saat ini tidak basah dan berbeda dari yang tadi. Tasya yang awalnya berpikir yang tidak-tidak pun sekarang malah merasa malu dengan pikirannya itu.

"Kalau begitu nanti saat saya ada uang saya ganti ya pak" ujar Tasya menutupi rasa malunya.

"Iya, kamu santai saja" pak Rendi menjawabnya sembari tersenyum.

"Syukurlah Tasya tidak bertanya lagi" batin pak Rendi senang.

"Ya sudah ayo! Kamu mau pulang atau mau berdiri di sana saja?" tanya pak Rendi sembari melanjutkan langkahnya menuju ke mobil.

Tasya yang awalnya diam pun langsung mengikuti pak Rendi dan masuk kedalam mobil gurunya itu. Sungguh walaupun hari ini cukup melelahkan bagi Tasya tapi hari ini cukup membahagiakannya juga.

Setelah mengendarai mobil selama kurang lebih sepuluh menit, akhirnya mereka tiba di rumah Tasya. Mereka pun turun, dan pak Rendi menurunkan sepeda Tasya yang ada di dalam bagasi mobilnya.

"Terima kasih pak, sudah mengantarkan saya pulang dan membelikan saya pakaian yang bagus seperti ini" ujar Tasya sembari membungkukkan badannya.

"Iya, sama-sama" pak Rendi membalas ucapan terima kasih Tasya dengan sebuah senyuman yang menghiasi wajah tampannya.

"Kalau begitu saya masuk dulu ya pak, mari" ujar Tasya berpamitan kepada pak Rendi.

Saat Tasya berjalan meninggalkan pak Rendi, tiba-tiba saja guru tampannya itu memanggilnya lagi.

"Tasya!" panggilnya.

Tasya langsung berhenti dan menoleh untuk melihat mengapa sang guru memanggilnya, ia berpikir mungkin ada barangnya yang tertinggal di mobil atau apa.

"Iya pak"

"Jangan pernah kamu melepas kacamata dan menggerai rambut kamu saat di sekolah!" ucap pak Rendi melarang Tasya. Dan hal itu membuat Tasya bingung tidak mengerti dengan apa maksud dari gurunya berbicara seperti itu.

"Acaa!!!! Kamu sudah pulang nak??" suara teriakan sang nenek memanggilnya.

"Mengerti Tasya!!" ujar pak Rendi menegaskan hal itu kepadanya.

Ingin rasanya Tasya bertanya tentang apa maksud dari perkataan pak Rendi barusan, tapi ia tidak mau mengambil pusing karena neneknya sudah memanggilnya dan akan menjadi panjang ceritanya jika sampai sang nenek melihat ia yang diantar pulang oleh laki-laki menggunakan mobil.

"Iya pak" ujar Tasya langsung berlari masuk kedalam rumah.

"Nenek!!! Aca yang baik hati sudah pulang!! Nenek dimana??" teriak Tasya dengan keras hingga pak Rendi yang masih berada diluar pun mendengar suaranya dan tersenyum melihat tingkah laku wanitanya.

Wanitanya???

Sejak kapan Tasya menjadi wanitanya?? Mungkin sejak saat ini atau sejak ia mulai tertarik dengan gadis itu. Ia pun langsung pergi meninggalkan rumah dari wanitanya itu.

Sementara itu di dalam rumah nenek heran melihat penampilan cucunya ini, cucunya berubah menjadi seorang putri yang cantik jelita.

"Ini benar Acanya nenek?" tanya nenek tidak percaya.

Tasya hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan ucapan sang nenek.

"Masyaallah, cantik nya" ucap nenek takjub.

"Tuh kana pa nenek bilang!! Kamu itu sangat cantik jika tanpa kacamata dan menggerai rambut kamu" omel neneknya kepada Tasya.

"Sudah mulai besok kamu jangan memakai kacamata dan mengepang rambut kamu lagi!" larang neneknya.

Mendengar hal itu pun membuat Tasya menekuk wajahnya, hal yang sama yang akan ia lakukan jika akan membujuk sang nenek.

"Ahhh nenek!! Aca gak bisa kalau nggak memakai kacamata dan enggak mengepang rambut Aca nek!" rengek Tasya.

"Apalagi Aca alasan kamu kali ini?" tanya sang nenek yang sudah paham akan kelakuan cucunya.

"Emang nenek mau kalau Aca nggak punya temen disekolah?" ujar Tasya dengan muka memelasnya.

"Gak mungkin cucu nenek yang baik hati dan cantik ini gak punya teman" sang nenek tidak percaya kalau cucunya tidak mempunyai teman, karena selama ini Tasya tidak pernah mengeluh tentang apapun kepadanya. Dan nenek juga tahu kalau Tasya itu adalah salah seorang siswa yang pandai, mustahil kalau tidak mempunyai teman . Walaupun pada kenyataannya Tasya memang hanya mempunyai satu orang teman dekat, dan siapa lagi kalau bukan Vallerie.

"Bener nek!! Temen-temen Aca itu sudah mempunyai aturan kalau kita enggak ada yang boleh berubah, nanti kalau ada yang berubah bukan teman kita lagi. Gitu nek, jadi jangan paksa Aca ya nek" ujar Tasya mengeluarkan jurus andalannya, yaitu puppy eyes dan menggelendot manja dengan sang nenek.

Lagi dan lagi akhirnya nenek yang kalah, nenek pun hanya bisa pasrah dengan apa yang diinginkan oleh sang cucu. Padahal menurut nenek sayang sekali jika kecantikan Tasya harus disembunyikan seperti ini. Tapi sudahlah, selama itu membuat hati sang cucu senang ia pun akan senang juga.

"Aca, ngomong-ngomong…