webnovel

8 – Datangnya Bahaya

Carol duduk di sofa ruang tamu sambil sesekali menoleh ke pintu, lalu mengecek jam. Sudah jam sepuluh, tapi Troy belum pulang juga. Carol jadi memikirkan kata-kata Troy tadi. Jika malam, jalannya gelap. Jangan-jangan … terjadi sesuatu pada pria itu.

Carol kemudian teringat, di jalan tadi, ia sempat melihat sosok orang-orang dengan jas hitam. Sesaat, sebelum dia mengambilkan ponsel Troy yang jatuh di mobil tadi. Carol yakin, orang-orang itu mencarinya. Namun, setelah seharian ini tidak ada yang terjadi, Carol jadi khawatir.

Bagaimana jika orang-orang itu menangkap Troy? Bisa jadi, mereka menangkap Troy untuk mencari tahu tentang Carol. Karena sampai saat ini Carol masih baik-baik saja, bisa jadi pria itu menolak mengatakan apa pun dan…

Carol langsung berdiri ketika memikirkan kemungkinan itu. Ia menatap sekeliling dengan panik. Ia harus melakukan sesuatu. Pertama, ia harus menghubungi Troy dan memastikan keadaan pria itu, tapi Carol tak tahu bagaimana menghubungi pria itu.

Ia harus tenang dan berpikir. Sekarang, ia harus mengecek ke restoran. Jika sesuatu yang buruk benar-benar terjadi pada Troy, ia akan meminta James melapor ke pihak berwajib. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Carol berlari keluar.

Namun, begitu Carol berdiri di jalan uatama depan rumah itu, ia mematung. Seperti yang dikatakan Troy, jalannya begitu gelap. Ada lampu jalan tapi setidaknya itu masih sekitar dua puluh meter dari tempatnya berdiri. Carol menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri dan mulai melangkah menyusuri jalanan yang gelap itu.

Namun, ketika ia tiba di bawah lampu jalan pertama yang dilewatinya, ia mendengar suara langkah di belakangnya. Carol pikir, itu hanya warga lain. Carol berhenti dan hendak berbalik, tapi orang itu juga berhenti. Carol urung berbalik.

Ia melanjutkan langkah dan orang di belakangnya kembali melangkah. Melewati lampu pertama, jalanan kembali gelap. Carol mempercepat langkah, tapi langkah di belakangnya juga semakin cepat. Hingga akhirnya, langkah cepatnya berubah menjadi lari.

Carol kemudian melihat kebun yang pernah disebutkan Troy. Kebun tempat di mana Troy menemukannya. Kebun yang terhubung dengan hutan. Jika Carol masuk ke sana, ia bisa bersembunyi. Toh, ia sudah pernah masuk ke sana.

Carol sudah hendak berbelok ke kebun itu ketika seseorang menarik lengannya. Carol berteriak dan meronta, berusaha melawan, tapi ia mendengar suara Troy,

"Apa yang kau lakukan?!"

Carol berhenti meronta dan menoleh. Ia seketika lega ketika melihat Troy yang ada di sana. Teringat apa yang membuatnya berlari tadi, Carol menoleh ke arah rumah Troy, tapi tak ada siapa pun di sana.

"Kau mau pergi ke mana malam-malam begini?!" bentak Troy, membuat Carol kembali menatapnya.

"Ta-tadi … ada orang di belakangku." Carol menunjuk ke arah rumah Troy. "Kau tidak melihatnya?"

Troy mengerutkan kening. "Kau yakin?"

Carol mengangguk. "Ketika aku berhenti, dia ikut berhenti. Ketika aku mempercepat jalanku, dia juga berjalan cepat. Karena itu aku berlari tadi," terangnya.

"Lalu, kenapa kau mau masuk ke kebun itu? Apa kau tahu, kebun itu berujung hutan dan …"

"Justru karena aku tahu!" potong Carol frustrasi. "Setidaknya, aku bisa bersembunyi di sana."

Troy mendengus tak percaya. "Bersembunyi di sana? Kau bisa mati di sana. Lagipula, tidak ada yang mengejarmu."

"Aku tidak berbohong! Tadi benar-benar ada yang mengikutiku!" Carol berusaha meyakinkan pria itu.

"Aku tidak melihat orang lain selain kau yang berlari tadi," ucap pria itu.

Carol menggeleng. "Karena jalannya gelap, kau mungkin tidak melihatnya, tapi tadi …"

"Kau mungkin salah kira. Bisa saja itu warga yang ikut berjalan bersamamu karena takut berjalan sendiri," ujar Troy.

Carol memikirkan kemungkinan itu. "Tapi, kenapa dia tidak mengajakku berbicara? Itu tadi benar-benar menakutkan!" Kemungkinan itu mendadak membuat Carol kesal. Ia tampak seperti orang bodoh sekarang.

"Kalau kau sudah selesai berolahraga, ayo pulang," ajak Troy.

"Olahraga?" Carol mendesis kesal.

"Kau berlari sampai sini, kau benar-benar rajin berolahraga." Pria itu menggeleng-geleng takjub, lalu berjalan lebih dulu ke arah rumahnya.

Carol menatap punggung pria itu dan mengacungkan tinju, tapi segera menurunkannya ketika Troy berkata,

"Kau mau berdiri di sana semalaman? Di kebun itu kabarnya ada hantu."

Carol menoleh ke kebun dan segera mengejar Troy. "Kau pikir aku percaya?"

"Aku pernah melihat sendiri. Hantu wanita yang memakai pakaian putih dan berdarah-darah …"

"Cukup," potong Carol. "Aku tidak penasaran."

Setelah mengatakan itu, Carol berjalan lebih cepat melewati pria itu.

***

Troy berjalan mengelilingi rumah untuk mengecek sebelum masuk ke dalam rumah. Ia memastikan pintu depan, belakang, dan semua jendela terkunci, sebelum pergi ke dapur, tempat Rose berdiri di depan kulkas sambil melamun dengan botol minum di tangan.

"Kau kenapa?" tanya Troy.

Rose mengerjap, tatapannya fokus ke Troy sesaat, lalu gadis itu menggeleng. "Hanya memikirkan tentang kejadian tadi. Seharusnya tadi aku menoleh ke belakang dan mengecek siapa yang mengikutiku. Bukannya malah lari seperti orang bodoh." Gadis itu mendengus geli.

Tidak. Justru gadis itu bisa saja berada dalam bahaya jika menoleh.

"Tapi, kenapa kau tadi keluar malam-malam begini?" tanya Troy. "Aku kan, sudah bilang, jangan keluar sendiri di malam hari. Jalannya gelap."

"Ah, benar juga. Itu salahmu," tuding gadis itu.

Troy mengangkat alis. "Aku?"

Rose mengangguk. "Kau tidak memberiku ponsel, jadi aku tidak bisa menghubungimu."

"Memangnya ada apa? Apa ada orang yang datang ke rumah?" Troy seketika teringat orang-orang berjas hitam tadi.

Rose menggeleng. "Aku hanya … kupikir kau mungkin diculik di tengah jalan pulang."

"Apa?"

"Sudah jam sepuluh lewat dan kau belum pulang juga. Bagaimana aku tidak khawatir?" sebut gadis itu.

Troy mengerjap. "Kau … khawatir?"

Rose mengangguk.

Troy menatap gadis itu lekat. Seumur hidupnya, ia belum pernah mendengar ada yang mengkhawatirkannya. Tidak ada satu orang pun yang mengkhawatirkannya. Tidak ada seorang pun yang merasa perlu melakukan itu. Selain gadis yang identitasnya bahkan belum diketahui Troy ini.

"Bagaimana bisa aku tidak khawatir? Jika sesuatu terjadi padamu, bagaimana denganku?" Gadis itu menunjuk dirinya sendiri. "Aku bahkan tidak bisa mengingat siapa diriku, tidak ada yang mengenalku di kampung ini. Bagaimana aku bisa hidup sendiri di sini tanpamu?"

Troy mendengus geli mendengar itu. Mengkhawatirkan Troy? Sepertinya dia hanya mengkhawatirkan dirinya sendiri.

"Jika sesuatu yang buruk terjadi padaku, pergilah pada James. Dia akan menjagamu dengan baik," ucap Troy.

Rose menatapnya, tampak tak setuju. "Apa kau bisa semudah itu mengalihkan tanggung jawabmu?"

Troy menaikkan alisnya. "Mengalihkan tanggung jawabku?"

Rose mengangguk. "Aku kan, tanggung jawabmu. Kau yang menemukanku, jadi kau yang harus bertanggung jawab atasku."

Troy lagi-lagi mendengus geli. "Benar juga. Aku yang salah karena membawa hantu kebun itu ke rumahku." Troy berbalik dan pergi ke ruang tamu.

"Tunggu. Apa katamu? Hantu kebun? Hantu wanita berpakaian putih dan berdarah-darah itu?" Rose terdengar kesal.

"Itu yang kulihat ketika pertama kali melihatmu," jawab Troy santai.

"Hei, kau!" seru Rose marah.

Troy tersenyum mendengar suara marah gadis itu. Suaranya naik satu oktaf ketika sedang marah. Dengan santai, Troy melempar tubuh ke sofa dan berbaring di sana.

"Aku berbicara denganmu!" jerit Rose.

Troy memejamkan mata, berusaha menahan senyumnya.

"Buka matamu!" teriak gadis itu.

Troy menolak melakukannya. Namun, ketika selama beberapa saat tak lagi ada suara, Troy akhirnya membuka mata dan ia mendapati wajah gadis itu begitu dekat di atas wajahnya. Troy mengernyit.

"Kau tidak benar-benar tidur, kan?" desis gadis itu. "Kau hanya ingin membuatku kesal."

Troy berdehem. "Sudah malam. Tidurlah," usirnya sembari memejamkan mata lagi.

Troy mendengar gadis itu menggerutu dan melangkah pergi. Begitu mendengar pintu kamar tertutup, Troy kembali membuka mata dan menghela napas. Ia mengusap dadanya yang entah kenapa terasa begitu gatal. Apa karena ia belum mandi sore?

Ck, sebelumnya tidak pernah seperti ini. Apa ada yang salah dengan tubuhnya? Mungkin alergi? Troy memikirkan banyak kemungkinan untuk menemukan alasan di balik reaksi aneh tubuhnya ini.

***

Dear Beloved Readers,

Thanks for reading this story. Untuk kalian yang mau baca kisah romantis komedi, bisa searching Just Marry Me.

Kalian juga bisa baca ceritaku yang lain di

Wattpad AllyParker8

KBMApp Ally Jane

Joylada Ally Jane

Dreame Ally Jane

Have fun reading. ^^

Ally_Janecreators' thoughts
Nächstes Kapitel