webnovel

Kesucian Kinar Sudah Di Renggut

Kinar terus berusaha memberontak saat Alendra membawanya masuk kedalam mobil. Bahkan Kinar sampai mengigit lengan Alendra hingga tangan laki-laki itu terluka dan untungnya Kinar bisa meletakan kuncingnya terlebih dahulu masuk ke dalam mobilnya. Jadi, ia bisa merawat kucing itu dengan baik nantinya.

Terlihat Alendra mengunci semua pintu mobil itu karena ia tidak ingin membiarkan gadis itu kabur darinya. Kinar berteriak meminta pertolongan namun tidak ada satupun yang lewat di sekita jalan itu sehingga semua yang ia lakukan hanyalah sia-sia saja.

"Alendra lepaskan! Apa yang ingin kamu lakukan padaku?!" Kinar terus memukul dada bidang Alendra ketika berusaha untuk mencium dirinya.

"Aku ingin memuaskan mu, gadis bodoh!" Alendra kembali melajutkan aksinya ketika Kinar sempat terdiam mendengar ucapannya dan tentu saja, itu adalah kesempatan yang sangat bagus untuk Alendra bisa mencium bibir gadis itu.

"Hem!" Tenaga Kinar tentu saja kalah dari tenaga seorang Alendra yang memiliki tenaga baja.

Perlahan-lahan tangan Alendra meremas belahan dada Kinar dan terlihat gadis itu merasakan terasa sangat aneh dengan sentuhan Alendra, entah kenapa remasan itu membuat aliran darahnya berdesir dan membuat dirinya sangat merinding. Bahkan tenaganya yang cukup kuat memukul dada bidang Alendra kini sudah mulai melemah ketika laki-laki itu semakin liar meraba tubuhnya.

Sebelah tangan Alendra menurunkan kursi tempat Kinar sedang duduk saat ini supaya ia lebih leluasa untuk menikmati tubuh gadis itu. Awalnya Alendra hanya ingin mencium gadis itu untuk memberikan pelajaran saja. Entah kenapa dirinya tiba-tiba saja sangat menginginkan tubuh mugil itu, apa lagi ketika tidak sengaja melihat belahan dada Kinar tampak sangat mengoda di matanya, semakin membuat dirinya menginginkan hal yang lebih dari itu lagi.

"Kenapa sangat kaku sekali membalas ciuman ku? Apa ini pertama kalinya bagimu berciuman dengan seorang laki-laki?" tanya Alendra kepada Kinar, sedangkan Kinar memalingkan wajahnya karena ucapan Alendra membuatnya sangat tersingung.

Melihat exspresi Kinar begitu, Alendra semakin menginginkan tubuh gadis itu dan semakin penasaran, bagaimana kalau yang berada di bawah sana apa sudah tersentuh oleh laki-laki lain atau tidak? Namun, Alendra sangat tidak yakin, bahwa Kinar bisa menjaga kesuciannya karena gadis itu memang terlihat sangatlah bar-bar dan tentu saja ia yakin bahwa kesucian Kinar sudah dari awal telah dinikmati.

"Kinar, ada apa dengan tubuhmu ini? Kenapa kamu juga seperti menginginkan sentuhan ini? Seharusnya, kamu mendorongnya menjauh. Bukan menikmatinya dan tangan ini kenapa sangatlah kaku tidak dapat bergerak sama sekali?!" guma Kinar dalam hatinya.

Kini baju Kinar sudah turun kebawah karena Alendra dari tadi berusaha untuk melepaskannya, sedangkan saat ini ia hanya memakai dalaman baju saja dan menampakkan sesuatu yang sangat mengoda di mata Alendra. Tangan Alendra terus meremas kedua belahan dada Kinar dan tanpa sengaja gadis itu mengeluarkan desahan dari mulutnya karena ia benar-benar sangat menimati remasan itu.

Bahkan di bawah saja sudah sangat basah sekarang, Alendra terus mencium Kinar hingga ciuman tersebut semakin turun kebawah menuju ke dua gunung kembar yang cukup besar, bahkan saat tangan Alendra memegang salah satu dari kedua gunung kembar itu tangannya tidak muat untuk meremasnya.

Alendra melepaskan pengait bra Kinar dan terpampanglah kedua belahan dada Maya. Dengan cepat Alendra melumatnya dengan penuh gairah, sedangkan tangan sebelahnya sambil memainkan puting yang terlihat sedikit coklat dan berwarna bercampur merah jambu.

"Ehm!" Sudah ke dua kalinya Kinar mengeluarkan desahan dari mulutnya, ia tidak perduli lagi karena rasa nikmat yang ia rasakan saat ini benar-benar membuatnya sangat ketagihan. Tidak cukup menikmati kedua belahan itu, kini tangan Alendra turun kebawah untuk membuat gadis itu semakin bergairah karena nya.

"Alendra ... berhentilah ... aku sangat ingin pipis sekarang!" ucap Maya yang merasakan miliknya seperti menahan air kencing yang sudah sangat banyak saat ini.

Memakai rok mini, tentu saja membuat Alendra lebih leluasa memainkan milik Kinar yang sudah basah berulang kali di bawah saja.

"Bahkan berani-beraninya gadis ini hanya memakai dalaman saja!" gumam Alendra namun ia tidak perduli lagi, ia terus memasukan jarinya kedalam intim Maya dan terdengar desahan Maya semakin nyaring dari sebelumnya.

Alendra sambil melepaskan celananya untuk turun kebawah, sambil tangannya masih bekerja berada di bawah saja. Kinar hanya bisa menutup kedua matanya saja karena terlalu menikmati sentuhan itu.

Celana Alendra sudah terlepas dan terpampang benda yang menonjol besar di hadapan Kinar saat ini, sebelum memasukan miliknya kedalam intim Kinar. Alendra ingin membuat Kinar tersiksa karena sentuhannya itu, ia berulang kali memaju mundurkan jari tengahnya kedalam milik Kinar dan terlihat gadis itu merasakan nikmat sekaligus terlihat sedikit merasa sakit.

Merasa sudah tidak sabar lagi mendengar desahan Kinar yang membuat dirinya sangat bergairah, kini Alendra pun mengeluarkan pusakannya yang terlihat besar dan panjang itu. Dengan perlahan ia mendekatkan miliknya kedalam milik Kinar.

"Al-endra! Bi-sakah berhenti sekarang?" tanya Kinar terbata-bata karena ia tiba-tiba saja merasa takut sekarang.

"Sayangnya, aku tidak bisa menghentikannya! bisik Alendra di telingga Kinar sambil ia melakukan aksinya. Milik Alendra sudah menyentuh bibir intim Kinar dan sudah mulai siap untuk masuk kedalam lubang itu.

Alendra berusaha untuk memasukan miliknya. "Kenapa sangat susah sekali?" gumam Alendra dalam hatinya, ia terus memaksa miliknya untuk masuk dan terlihat Kinar memegang kedua bahunya dengan sangat kuat.

"Akh!" Alendra sempat berteriak karena merasakan sakit dibagian intimnya ketika Alendra memaksa untuk masuk kedalam miliknya.

"Ternyata, gadis ini masih perawan!" ucap Alendra dalam hatinya yang sangat terkejut.

"Alendra, kenapa sangat sakit sekali?" tanya Kinar yang merasakan dibagian bawahnya terasa seperti ada yang robek dan terasa perih.

"Mungkin ini karena pertama kalinya bagi mu. Kau tenang saja, perlahan-lahan rasa sakit ini akan hilang." ucap Alendra, lalu ia pun melumat bibir Kinar dengan cepat ketika gadis itu ingin berbicara.

Sudah sekian menit Alendra memberikan lumatan itu, kini ia beraloh turun kebawah menuju keputing milik Kinar berniat untuk memainkannya dengan lidahnya.

Merasa sudah terasa cukup lama sekarang Alendra pun mulai mengerakan pingulnya.

"Ah! Al-Alendra!" Desahan Kinar kembali terdengar.

Keringatan sudah membasahi keningnya, tubuhnya terasa bergetar begitu hebat karena selama ini Kinar tidak pernah membiarkan dirinya untuk di sentuh oleh laki-laki lain. Tentu saja ini pertama kalinya tubuhnya di sentuh oleh laki-laki, ia bukanlah gadis yang sok polos dan ia akui permainan panas saat ini sangat membuatnya kenikmatan.

"Seperti ini rasanya menikmati tubuh seorang gadis perawan," gumam Alendra dalam hatinya.

Sudah 15 menit lamanya milik Alendra berada di dalam bawah sana dan selama itu ia berulang kali menyemburkan sesuatu yang hangat kedalam milik Kinar. Ini pertama kalinya bagi Alendra untuk bermain berulang kali di dalam sana, biasanya Alendra akan berakhir jika miliknya sudah mengeluarkan cairan itu. Namun, kali ini miliknya tetap menengang dan dirinya hampir kwalahan sekarang. Apa lagi berada di tempat yang sempit, tentu saja membuatnya terasa kurang leluasa melakukan gerakan yang lain dan memudahkan dirinya lelah.

"Bersiap-siaplah, aku akan mengakhirinya."

Setelah mengatakan hal itu, Alendra memaju mundurkan pinggulnya dengan lebih cepat lagi, begitu juga dengan suara Kinar semakin terdengar sangat merdu.

"Ah!" Akhirnya Kinar dan Alendra sudah mengakhiri permainan panas itu, terlihat Kendra masih berada di atas tubuh Kinar dengan nafas yang terengah-engah. Sedangkan Kinar tidak perlu di pertanyakan lagi, gadis itu sangat kwalahan tidak berdaya saat ini. Ia membiarkan Alendra merebahkan tubuhnya di atas tubuhnya tanpa mencabut milik Alendra yang masih berada di dalam intimnya. Terasa hangat dan sakit, itulah yang Kinar rasakan saat ini di dalam miliknya

Nächstes Kapitel