webnovel

Alendra dan Maya

Di dalam kelas tampaknya mahasiswa sedang melakukan aktifitasnya masing-masing, terutama Maya. Ia terus menganggu temannya sedang duduk berada di depannya itu, ia terus menempelkan kertas di belakang temannya yang bernama Kinar dengan tulisan ' AKU ORANG IDOT' semua orang yang melihatnya hanya menahan tawanya, sedangkan Kinar sedang asik saja mendengar musik di ponselnya. Dengan memakai handset di telingganya, sesekali ia mengoyangkan kepalanya, ketika musik tersebut terasa asik di telingganya, tetapi ia tidak tau semua orang menahan tawa karena sesuatu berada di belakangnya.

Kinar adalah seorang gadis berusia 23 tahun, ia memiliki sifat yang membuat orang sangat jengkel denganya, bagaimana tidak. Ia selalu saja memamerkan harta kekayaannya, kepada mahasiswa dikampus itu, padahal mahasiswa-mahasiswa di kampus itu bahkan lebih kaya darinya, termasuk Maya dan Alendra. Selain itu, Kinar sering mengejek orang-orang di kampus itu, ketika ia melihat salah satu mahasiswa yang menaiki motor, ia tidak akan segan menghinanya atau meludahi motor tersebut.

"Dasar usil!" gumam Alendra kepada Maya.

"Sudahlah kamu diam saja!" bisik Maya dan Alendra pun juga memilih diam, ia tidak ingin ikut campur dengan urusan yang Maya lakukan itu.

Pintu ruang mereka tiba-tiba saja ada seseorang yang muncul dan orang tersebut adalah dosen bernama Wanto, bapak dosen itu sudah berusia 52 tahun dan ia seorang dosen yang sangat baik hati, namun banyak orang yang tidak menyukainya, karena selalu hadir dan memberikan materi kepada mereka.

"Selamat pagi, hari ini kita akan ada mahasiswa baru di kelas ini, ayo nak silahkan masuk!" perintah dosen Wanto dan seorang perempuan cantik , bertubuh munggil perlahan-lahan masuk ke dalam kelas itu, mahasiswa-mahasiswi pun langsung terpanah akan kecantikan yang perempuan itu miliki, namanya Erlina Putri berusia 23 tahun. Memiliki kulit putih, rambut sebahu dan berponi.

"Gila cantik banget," ucap Kinar dan seketika orang-orang menoleh ke arahnya, namun Kinar tidak memperdulikan itu semua.

"Baiklah, silahkan perkenalkan diri terlebih dahulu," ucap dosen Wanto.

"Baik pak, terima kasih," ucap Erlina, ia pun langsung memperkenalkan dirinya, setelah itu ia langsung duduk berdekatan dengan Kinar. Dosen Wanto pun langsung keluar, karena hari ini ia tidak bisa memberikan materi, karena hari ini ada rapat di kampus itu.

"Hai, kenalkan aku Kinar. Kamu punya mobilkan?" tanya Kinar dengan spontan dan Erlina pun bingung dengan pertanyaan itu dengan tiba-tiba.

"Punya," jawab Erlina.

"Baiklah, mari kita berteman," ucap Kinar dan Erlina pun langsung tersenyum manis.

"Hei!" ucap Maya, ia langsung mencubit tangan Alendra, karena dari tadi tatapan Alendra tidak lepas memandang Erlina dari awal masuk hingga sekarang.

"Apaan, sih!" kesal Alendra.

"Lama-lama mata kamu bisa keluar juga nanti," ejek Maya.

"Udahlah, kamu diam saja!" ucap Alendra.

"Eh, ini apa?" tanya Erlina, sambil mengambil kertas dari belakang kinar.

"Ada apa?" tanya Kinar dan Kinar langsung melihat itu, wajahnya pun seketika memerah melihatnya, ia tahu pelaku yang sebenarnya, karena sebelumnya ia pernah di kerjai beberapa kali oleh Maya.

Brak...

Suara meja terdengar sedikit nyaring karena Kinar langsung memukul meja Maya dengan tasnya dan tentu saja Maya terkejut, ketika ia sedang asik mengobrol dengan Alendra.

"Maksud kamu apa, hah?" bentak Kinar.

"Apaan sih, tidak jelas banget!" ucap Maya berpura-pura

"Cih! Dasar perempuang jalang!" maki Kinar.

"Hei! Jangan seenaknya ya kamu memanggil aku jalang! Mungkin kamu kali yang jalang!" balas Maya yang tidak mau kalah.

Mereka berdua memang sering melakukan keributan di kelas itu, bahkan sering pukul memukul, mahasiswa di dalam kelas itu hanya melihatnya saja, mereka tidak berani menganggu kedua harimau betina itu berkalahi, karena mereka tau resikonya, akan berbalik menyerang orang yang sudah berani melerai mereka berdua.

"Ini! Apa lagi kalau bukan jalang namanya! Hah?" ucap Kinar, ia melemparkan sebuah foto Kinar sedang berada di pelukkan seorang om-om dan terutama Maya memakai pakain yang sangat minim, Alendra pun langsung melihat foto tersebut dan langsung melemparkan kewajah Maya.

"Alen! Ini ... ini tidak seperti yang kamu lihat," ucap Maya, sambil memegang tangan Alendra, namun Alendra menepis tangan Maya dengan kasar.

"Rasakan itu!" batin Kinar, sedangkan Erlin hanya melihatnya saja, karena ia juga tidak tau apa masalah yang mereka hadapi.

"Aku sangat malu, memiliki teman seperti kamu!" ucap Alen dengan dingin, orang-orang pun menatap Maya dengan sangat jijik sekarang.

"Tidak! Kalian jangan percaya dengan foto ini!" peringat Maya, lalu ia langsung merobek foto tersebut, hingga berkeping-keping.

"Kamu apa lagi hah? Ini sudah jelas buktinya, dasar jalang ya tetap jalang aja!" ucap Kinar.

Plak...

Maya langsung menampar pipi Kinar dengan sangat keras, sehingga pipi Kinar memerah.

"Maya!" bentak Alen dengan nyaring, seketika orang-orang terkejut. Sedangkan Maya menjadi takut dengan suara Alen yang membentaknya. Ia baru pertama kali ini mendapatkan bentakan dari Alen. Sungguh membuat hatinya terluka.

"Alen...." lirih Maya, ia menatap mata Alen dengan sendu, sedangkan Alen menatap matanya dengan dingin, Maya pun langsung menundukkan kepalanya.

"Tunggu saja pembalasan ku Kinar! Awas kamu!" batin Maya. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat, ia berjanji akan membuktikan bahwa dia bukan jalang dan ia punya alasan di balik itu semua. Ia hanya perlu bersabar dan kali ini ia akan benar-benar menghadapi Kinar dengan cara yang licik, ia tidak mau orang-orang memandangnya rendah, karena foto tersebut. Terutama Alen, ia akan membuat Alen percaya dengan nya lagi.

Setelah perdebatan itu, Maya langsung keluar dari ruangan itu, karena ia melihat tatapan Alen sangat dingin dengannya, tatapan itu membuat Maya sangat terganggu dan tidak nyaman, sehingga ia lebih baik untuk keluar saja, ketika ia berlari. Maya tiba-tiba saja menabrak seseorang, sehingga barang-barang itu berjatuhan.

"Maaf, maaf," ucap Maya, lalu ia langsung memungut barang tersebut.

"Tidak apa-apa, lain kali berhati-hatilah," tegur orang itu yang bernama Dion Putra.

Dion adalah seorang dosen yang sudah lama mengajar di kampus itu, usianya baru saja menginjak 29 tahun dan Maya sangat mengenal dosen yang tampan, tinggi dan berwibawa itu.

"Dosen Dion?" ucap Maya.

"Hem iya," ucap Dion tersenyum manis kepada Maya.

"Maaf ya pak," ucap Maya, sambil menyerahkan buku yang sudah ia pungut tadi.

"Tidak apa-apa, kamu mau kemana terlihat buru-buru seperti ini?" tanya Dion.

"Tidak apa-apa pak, hanya ingin berlari saja. Angap saja sedang berolahraga, hihi," ucap Maya sambil tertawa kecil.

"Disini bukan lapangan, Maya," ucap Dosen Dion.

"Hehe, maaf pak. Lain kali saya tidak akan mengulangi lagi," ucap Maya.

"Ya sudah tidak apa-apa," ucap Dion.

Nächstes Kapitel