webnovel

Part_05

"Tongkat legendaris itu panggilan untuk tongkat yang pemiliknya sangat hebat bahkan dapat julukan legendaris. Di sini hanya ada 6 tongkat legendaris dari 3 dewa 3 dewi yang telah tiada, dan tongkat kalian itu termasuk tongkat legendaris. Hanya orang tertentu yang dapat menggunakan tongkat legendaris. Tongkat sihir yang biasa hanya dapat merapalkan mantra, sedangkan tongkat legendaris dapat mengeluarkan kekuatan yang disalurkan pemiliknya."jelas Mery panjang lebar.

"Tunggu, bukannya seorang dewa atau dewi itu abadi?"Floren bertanya.

Merry tersenyum. "Kalian membaca buku yang menjelaskan tentang itu sebelum ke VA?"

"Hng, aku tidak membacanya tapi temanku pernah bilang soal dewa dewi abadi sewaktu kami tiba di VA."Eville menjawab.

"Aku juga mendengar dari anak-anak yang sedang mengobrol."ujar Floren.

Merry melebar senyum. "Itu tidak benar. Jika mereka atau kalian nantinya menjadi dewi dan abadi, untuk apa kalian memiliki keturunan?"

Chesta melongo, "Benar juga. Kalau abadi, generasi berikutnya tidak diperlukan."

"Abadi yang kalian pernah baca atau dengar itu hanya informasi salah. Itu hanya kata-kata yang dilebih-lebihkan agar banyak murid yang masuk ke VA seperti tahun ini, tahun lalu juga begitu."

"Jadi kami tertipu?"Floren bertanya kaget, tampak malu.

"Itu normal. Mrs. Fett sedang menghukum panitia yang bertanggung jawab agar tidak ada lagi tipuan."Merry mengangkat bahunya acuh, "Kita bisa kembali membicarakan tongkat legendaris sekarang?"

"Ah benar!"Eville menjentikkan tangannya, "Apa kami juga bisa menyalurkan semua kekuatan kami ke tongkat ini?!"

"Lalu kami dapat menggunakannya sesuka hati?!"sambung Chesta.

"Dan kami menjadi legendaris?!"Floren ikut bertanya.

"Kalian dapat mengetahuinya lewat buku ini, bawalah.."Mery memberikan 3 buku bersampul cokelat tua dengan debu yang menempel.

"Berapa yang harus kami bayar, Kak?"tanya Floren.

"Untuk keperluan belajar tidak perlu bayar. Tapi kalau pakaian, aksesoris, dan lainnya baru bayar."

"Baiklah, Terima kasih Kak Mery."ucap mereka bertiga lalu melangkah pergi.

Mereka memasukkan tongkat dan buku di tas masing-masing. Lalu pergi ke hutan.

Hutan

"Tidak ada hewan apa pun disini..."keluh Chesta.

"Mungkin kita harus memanggilnya."usul Floren.

"Baiklah--"Chesta menghela nafas dalam-dalam, "--Hewan pembantu? Di mana kau?"teriaknya kemudian.

Eville menatapnya aneh. "Err. Apa benar memanggilnya begitu? Bukankah maksud Flo adalah memanggilnya dengan makanan? Kamu terlihat seperti orang gila."

Floren mengangguk, "Itulah maksudku."

Chesta berdecak sebal, merasa malu sekali. Gadis berambut merah itu tiba-tiba menunjuk ke atas, di mana peri kecil berambut hijau. "Hei, ada yang datang!"

"Hallo, aku Loly, peri hewan yang ditugaskan untuk membimbing semua murid dalam mencari hewan pembantu/partner."ucap peri bernama Loly itu.

"Aku Eville, yang berambut merah itu Chesta--"Eville menunjuk Chesta, "--dan yang berambut putih adalah Floren."Eville menunjuk Floren.

"Hei Loly, kenapa tidak ada hewan apa pun di sini?"tanya Floren bingung.

"Ah, soal itu. Mereka memang tidak ada di sini, mereka tinggal di tempatnya masing-masing dan akan keluar jika pemiliknya memanggilnya. Untuk mendapatkan hewan pembantu kalian cukup sapa dan sebutkan nama kalian, silahkan. Aku akan pergi mengambil makanan hewan dulu."jelas Loly lalu terbang menjauh.

"Hah? Apa benar begitu? Kita tidak sedang dikerjai 'kan?"

"Sudah, coba saja."

"Eum... Hallo, aku Eville Mezalina Scarlett."

"Hai, aku Florenci Angela Smith."

"Hallo, aku Chesta Meirvha Ambrits."

5 menit kemudian..

"Tetap tidak ada hewan."bingung Eville.

"Ini tak masuk akal, kita menyapa hewan?!"tanya Chesta tak percaya.

"Bukankah tadi kamu juga menyapa hewan?"tanya Floren.

"Tadi itu memanggil buk-"

"Maaf kami terlambat. Aku Kitty, hewan pembantu Eville."ucap seekor kucing abu-abu.

"Aku Folly, hewan pembantu Eville juga."ucap rubah berekor sembilan dengan warna putih dan biru gelap di ujung ekornya.

"Aku Draty, hewan pembantu Chesta."ucap naga merah berkepala dua.

"Aku Peaty, hewan pembantu Floren."ucap burung merak dengan bulu yang sangat menawan.

"Hewan berbicara?! Kurasa ini memang tak masuk akal."Eville mengelus bulu Kitty dan Folly, "Ah, tapi sejak awal semua ini memang tidak masuk akal."sambungnya setelah berpikir kembali.

"Selamat ya.. ini makanan untuk hewan pembantu kalian. Kalau habis kalian bisa membelinya di VA Shop."ucap Loly, ia membagikan makanan tersebut kepada Eville dkk.

"Tunggu, bagaimana kamu bisa mengambil makanan untuk hewan kami Loly? Maksudku, kita tadi bahkan belum tahu apa hewan jenis apa yang menjadi partner kami?"bingung Eville melihat loly.

"Itu, aku punya kemampuan khusus jadi aku tau siapa hewan yang akan membantu kalian."jelas Loly tersenyum.

Eville dkk hanya ber'oh'ria.

"Terima kasih bantuannya Loly, kami kembali ke asrama ya.."ucap Eville dkk.

"Iya, sampai bertemu lagi."balas Loly.

Eville dkk dan hewan pembantu mereka pun pergi ke asrama.

2 minggu kemudian...

Eville pov

Hari ini adalah hari pembagian kelas. Semoga aku sekelas dengan Chesta, Floren, dan Wilson, itu saja harapku. Aku jadi tidak sabar untuk mencoba belajar di sekolah yang berkaitan dengan kekuatan dan sihir ini. Kuharap hari-hariku di sini baik, aku punya banyak teman yang baik, jangan ada musuh, dan bisa diandalkan banyak orang.

Seseorang menepukku. Itu Chesta. "Vill, kenapa kamu? Jangan melamun! Kalau kamu kesambet bisa-bisa aku dicekik, hii.."

"Ihh..Aku itu mikir bukan melamun."ucapku kesal.

"Itu sama aja."bantahnya.

"Udah, yuk ke lapangan nanti telat."Floren menengahi.

Untung aja ada Floren, kalau nggak pasti debat aku dan chesta nggak akan berakhir dalam waktu singkat.

Kami melangkah keluar dari gedung asrama dan bertemu dengan Wilson dan kedua temannya, kami mengajak mereka bergabung.

Wilson sempat minta maaf kepada ku karena sudah 2 minggu dia tidak menemuiku, tentu saja kumaafkan. Itu hal sepele, masa aku marah hanya gara-gara itu. Teman Wilson yang bernama Carlos itu kakaknya Floren ternyata, pantas saja nama belakang mereka sama. Rambut Carlos juga putih seperti Floren, mereka terlihat serasi. Dan.. satu lagi teman sekamar Wilson bernama Ricky Axensus. Rambutnya berwarna merah hampir sama dengan Chesta, tapi warna rambut Chesta sedikit lebih muda.

Eville end pov

Di perjalanan, terlihat seember air yang diletakkan di atas pohon entah untuk apa. Tidak ada yang menyadari sampai tiba-tiba ember berisi air itu tumpah ke arah Eville Wilson, dan teman-temannya.

Sontak, mereka semua merentangkan tangan ke atas kepala, refleks yang sebenarnya akan sia-sia. Tapi setelah beberapa detik, tidak ada yang basah, air tersebut ternyata malah membentuk gumpalan air yang melayang.

"Lho? Kok airnya bisa melayang?"bingung Eville.

Semua yang mendengarnya langsung menurunkan tangan.

"Coba turunkan tanganmu, Vill."suruh Wilson.

Setelah Eville menurunkan tangannya gumpalan air tersebut langsung pecah.

"Oh. Kekuatanmu water bender, vill?"tanya Carlos.

Eville menggeleng, "Aku tidak tau, Wilson bilang kekuatanku wind controlling."

"Mungkin saja anginmu yang membuatnya melayang."ucap Ricky bergaya sok detektif.

"Masih sempatnya kamu bergaya begitu, Rick."komentar Floren menggelengkan kepalanya.

"Pemikiranku berbeda."ucap Wilson dengan tangan kanan menopang dagu, benar-benar seperti orang berpikir.

"Itu Wilson juga bergaya."ucap Ricky.

Pletak!

"Aduh.."ringis Ricky mengelus kepalanya yang baru diberi hadiah oleh Carlos?

"Itu berpikir."ucap Carlos membenarkan.

"Jika Eville menggunakan kekuatan wind controlling seharusnya Eville telah merasakannya, dan ini Eville bahkan bingung bagaimana air itu melayang. Jadi, hal ini memungkinkan bahwa Eville mendapatkan kekuatan baru, yaitu water bender."jelas Wilson secara rinci.

"Apa yang dikatakan Wilson benar juga. Bagaimana kalau kamu mencoba mengendalikan genangan itu, Vill."komentar dan usul Chesta menunjuk genangan air yang tak jauh dari Eville.

Eville mengangguk, "Baiklah, akan kucoba."

Eville menghela napas singkat lalu berkonsentrasi kemudian mengarahkan kedua telapak tangan ke arah genangan air.

Eville mengerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri secara bergantian dan genangan air itu mengikutinya atau dapat dikatakan Eville berhasil mengendalikan genangan air tersebut.

Setelah melakukan itu beberapa kali, Eville menyudahinya. Wah, kekuatan baru bisa muncul dengan begitu mudahnya?pikirnya.

"Wah, selamat Eville."teman-teman bertepuk tangan.

"Terima kasih semuanya. Wilson juga hebat, seperti detektif."balas Eville tersenyum manis.

"Tidak kok."ucap wilson.

"Bagaimana denganku? Apa aku terlihat bagus dengan gaya detektif?"tanya Ricky menaik turunkan alisnya.

"Kamu sama sekali tidak cocok, Rick."ucap Carlos diangguki oleh Chesta dan Floren.

"Kalian jahat."ucap Ricky dramatis.

"Udahlah, ayo kita ke lapangan nanti telat lho.."ucap Eville menghentikan drama yang dibuat Ricky.

Mereka semua pun segera berlari ke lapangan.

****

Nächstes Kapitel