Sepuluh hari berlalu.
Kondisi Putra semakin hari, kian membaik saja. Ia sudah bisa beraktifitas ringan, seperti berjalan-jalan di taman, makan sendiri, ke kamar mandi sendiri. Dan perban di kepala juga sudah dilepas. Lagi, ia dibotaki hingga plontos ke seluruh bagian.
Dan lagi-lagi, Haz membelikannya obat perangsang pertumbuhan rambut.
Putra sedang berdiri di jendela kamar rawat inap. Ia menatap keluar, ke arah taman. Seperti menangkap sesuatu, dua gadis yang tengah duduk di bangku taman itu. Dan tiba-tiba bayangan itu menghilang. Ia sempat mengernyit, sedikit nyeri. Putra bahkan sampai memegang kepala.
"Kenapa, Bang?"
Maya yang sedang duduk mengupas buah untuk anaknya terkejut mendengar desisan Putra. Ia langsung berdiri.
"Nggak apa-apa, Bund. Cuma tadi kaya digigit semut."
Maya menghela nafas lega mendengar jawaban dari sang anak. Ia lalu melanjutkan mengupas kulit apel, kemudian memotong-motong dan menaruhnya di atas piring.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com