webnovel

Ketika Cinta Harus Memilih ( 2 )

Bryan menyendiri di kantor seraya meminum Alkohol. Lelaki itu sudah menghabiskan wine sebanyak tiga botol. Bryan patah hati dan melampiaskannya dengan minum. Bryan menangisi nasibnya karena tak dapat bersanding dengan Dee. Kenapa ia harus kalah dari Demir dengan perjuangan yang begitu berat. Ia rela meninggalkan Clara walau status wanita itu tunangannya. Tak ada cinta untuk Clara dan Bryan hanya menganggap wanita itu sebagai adik.

"Dee apa salah aku? Kenapa kamu menerima cinta Demir bukan aku? Aku ga kuat Dee liat kamu dan Demir menikah. Kamu menikahnya sama aku bukan sama dia. Kenapa kamu lebih milih dia daripada aku? Salahku dimana?" Bryan meracau bicara sendiri dan menangis. Jika ada yang melihat Bryan sekarang pasti teriris sembilu dan kasihan.

Bryan berdiri sempoyongan menatap gedung-gedung pencakar langit dari jendela kantornya. Langit mendung seperti hatinya sekarang.

" Pak anda tidak pulang? Kenapa anda mabuk?" Sapa Citra, sekretaris Bryan.

Citra kembali ke kantor karena ada sesuatu yang tertinggal. Ketika mendengar isak tangis dari ruangan Bryan ia mendadak kepo dan ingin tahu apa yang terjadi.

Bryan berhalusinasi. Ia melihat Citra adalah Dee. Bryan tersenyum menatap Citra yang tampak seperti Dee.

"Dee kamu datang." Raut wajah Bryan berubah bahagia. Ia mendekati Citra dan menyentuh wajah cantik sekretarisnya. Bryan membelai rambut dan wajah Citra seolah-olah membelai wajah Dee.

"Dee jangan menikah dengan Demir. Menikahlah denganku. Aku pindah kesini hanya demi kamu Dee." Bryan menangis terisak-isak.

Citra bergidik ngeri karena bosnya menjadi aneh. Ini bukan Bryan yang biasanya. Citra tahu jika bosnya sangat mencintai Dee, mahasiswa kedokteran UI. Citra juga tahu jika Bryan bersedia pindah ke Indonesia demi Dee.

Melihat gelagat Bryan yang sangat aneh Citra menjadi takut dan mundur perlahan-lahan. Bryan menarik tangan Citra dan memeluknya dari belakang. Bryan mencium tengkuk Citra yang membuat gadis itu merinding. Alkohol membuat Bryan hilang kesadaran dan bertindak diluar kendali.

"Jangan tinggalkan aku Dee. Aku mencintaimu dan tak bisa hidup tanpamu." Bryan meraba-raba tubuh Citra. Bryan meraba wajahnya turun ke leher lalu ke dada dan payudaranya.

Tangis Citra langsung pecah karena sang bos melecehkannya. Citra tak terima diperlakukan seperti ini. Gadis itu berusaha memberontak tapi tenaganya kalah kuat.

"Pak, saya bukan Dee. Tolong hentikan semua ini. Saya Citra sekretaris anda," kata Citra mengiba seraya menangis. Tangisannya sudah menganak sungai karena pelecehan yang di terimanya.

"Kamu Dee bukan Citra," hardik Bryan dengan suara baritonnya.

"Sadarlah Pak! Anda salah orang. Saya bukan Dee," ucap Citra mencoba menyadarkan Bryan. Walau ia tahu tidak mudah menyadarkan Bryan yang mabuk.

"Kamu Dee dan kamu ga boleh membantahnya." Bryan semakin galak dan melepaskan Citra dari pelukan.

Merasa ada peluang kabur Citra pasang langkah seribu untuk kabur.

"Mau kemana kamu Dee," teriak Bryan menatap Citra dengan buas.

Bryan mengejar Citra yang berusaha kabur. Gadis itu semakin ketakutan. Wajahnya pucat dengan mata bengkak karena menangis. Citra berlari namun berhasil ditangkap oleh Bryan. Bryan memeluk Citra erat.

"Kamu tidak boleh pergi Dee. Kamu milikku bukan milik Demir," ucap Bryan posesif mencium Citra walau gadis itu berusaha menghindar.

"Pak anda keterlaluan. Aku bukan Dee. Aku Citra," teriak Citra dengan amarah.

Berteriak minta tolong percuma karena ruangan Bryan berada dilantai paling atas dan hari sudah malam. Tak ada lagi karyawan lain di kantor kecuali satpam yang berjaga-jaga di lantai bawah.

"Kamu Dee. Jika aku bilang Dee kamu memang Dee." Mata Bryan memerah karena marah.

" Anda mabuk Pak. Saya bukan Dee!" Tegas Clara menginjak kaki Bryan hingga bule itu mengaduh kesakitan.

"Kamu menguji kesabaranmu Dee. Malam ini aku akan menjadikan kamu milikku," ucap Bryan menatap Citra dengan seringai iblis.

Bryan menarik tangan Citra dan merebahkan tubuh gadis itu dalam sofa. Bryan merobek pakaian Citra hingga menampakan bra-nya. Citra menangis dan memberontak tapi Bryan tak menggubrisnya. Semakin kuat Citra berontak perlakuan Bryan semakin kasar.

" Hanya dengan ini aku bisa memilikimu Dee," ucap Bryan diiringi isak tangis.

Bryan membelai wajah Citra yang dianggap Dee. Bryan mencium bibir Citra dengan kasar dan mengintimidasi. Bryan melepas rok Citra dengan kasar. Setelah menelanjangi Citra, Bryan melepas pakaiannya.

Dibawah isak tangis Citra, Bryan memperkosa sang sekretaris. Bryan meracau memanggil nama Dee ketika menyatukan tubuh mereka. Bryan memacu tubuhnya diatas tubuh Citra. Tangisan dan permohonan Citra membuatnya nafsunya semakin menggebu. Citra merintih kesakitan karena ini yang pertama baginya dan Bryan seorang bule dan itu menambah penderitaannya.

Tubuh Citra terasa dicabik-cabik. Bryan tak berhenti menggaulinya. Rintihan dan tangisannya tak dihiraukan Bryan. Semakin keras tangisannya hentakan ditubuhnya semakin kuat. Ketika keperawanannya robek dan berdarah Bryan semakin gila. Tanpa rasa iba Bryan terus memasuki Citra.

Citra ingin mati saja malam ini. Hidupnya sudah hancur dan kehormatannya telah dirampas paksa sang bos.

Bryan meracau meraih pelepasan. Ia ambruk diatas tubuh Citra.

*****

Dee menatap jendela kamarnya. Langit terlihat mendung. Entah kenapa malam ini Dee memikirkan Bryan.

Tatapan pias dan melihat Bryan menangis membuatnya menjadi tak enak hati. Ia tahu lelaki itu mencintainya. Bryan patah hati dan kecewa karena Dee memilih Demir dan mereka akan segera menikah.

Seseorang menyentuh pundak Dee dan itu membuatnya kaget.

"Astagfirullah. Ternyata lo." Dee mengelus dada. Ia kaget karena Nayla menyentuh pundaknya. Luna terlelap tidur di ranjang.

" Udah malam kenapa lo blom tidur?" Tanya Nayla.

" Gue ga bisa tidur. Gue kepikiran Bryan. Tadi gue liat Bryan di taman saat Mas Demir melamar gue. Entah kenapa perasaan gue gak enak sama Bryan. Seperti telah terjadi sesuatu sama Bryan."

"Dee lo udah jadi calon istri orang. Ga boleh mikirin lelaki lain." Nayla mengingatkan status Dee. Menurut Nayla memikirkan lelaki lain hal yang salah karena Dee sudah punya calon suami.

"Gue ga mikirin lelaki lain. Cuma feeling gue ga enak sama Bryan."

"Lupakan Bryan dan kembalilah tidur," titah Nayla dibalas anggukan oleh Dee.

Nächstes Kapitel