webnovel

Eighteen√Dia

Pagi ini seperti biasa, Sean bangun untuk segera bergegas menuju ke arah kamar mandi. Setelah selesai ia mengambil i-phone berwarna hitam miliknya. Ia mengirimkan pesan pada Radiz.

Sean:

Habis ini gue jemput.

Pesan singkat tersebut seolah-olah tak membuat Radiz bahagia seperti biasanya. Setelah apa yang terjadi kemarin, ia merasa kurang sedikit percaya pada Sean

Balas:

Nggak usah, aku bisa berangkat sendiri.

Seolah tak memperdulikan balasan itu, sean tetap akan mengantarkan Radiz ke sekolah. Ia tau sebenarnya saat ini Radiz kecewa padanya. Namun bagaimana pun ini sudah tanggung jawabnya.

Montor hitam melaju dengan pesat ke arah jalanan rumah Radiz, ia segera memarkirkan motornya di depan rumah itu.

"Permisi, assalamualaikum". Sean menunggu pemilik rumah untuk keluar, ia sebenarnya bisa saja masuk. Namun baginya itu tak sopan.

"Iya, sebentar." Jawab Radiz agak sedikit Teriak.

Radiz membuka pintu rumah miliknya, ia terkejut ketika tiba-tiba ada Sean yang berdiri agak menyenderkan badannya di tembok.

"Kamu ngapain kesini?" Tanya Radiz pura-pura tidak tahu.

"Cepet pake". Sean menyodorkan jaket hitam berlogo sayap Garuda di dada kirinya.

"Buat apa, gue juga udah punya jaket banyak". Tolak Radiz sewot.

"Cepet pake nggak ada penolakan". Sean memaksakan Radiz untuk memakai jaketnya itu.

Karena saat ini cuaca agak sedikit mendung ditambah dengan rinai hujan dan angin kencang yang berhembus.

Dengan terpaksa, Radiz akhirnya memakai jaket itu. Aroma wangi parfum khas yang Radiz suka pada Sean. Aroma yang begitu lembut milik Sean membuat siapa saja bisa jatuh cinta hanya dengan menghirupnya.

"Naik". Sean telah berada dua atas montor hitamnya dan telah memakai helm hitam perpaduan merah full face nya.

"Iya". Jawab Radiz pasrah.

Di balik spion, Sean melirik wajah Radiz, senyum indah yang selalu Sean rindukan setiap saat. Wajah ini membuat Sean tidak tega untuk menyakiti nya, namun kemarin Sean telah melakukan hal sebodoh itu. Tak terasa air mata Sean perlahan mulai turun dan membasahi kedua pipinya, namun untungnya ia menggunakan helm full face nya ,sehingga Radiz tak bisa melihatnya.

Sampai sekolah, Sean memarkirkan motornya di halaman belakang seperti biasanya. Ia melepas helm full face nya dan sedikit mengibaskan rambutnya.

"Turun". Perintah Sean kepada Radiz.

Hanya gumam yang Radiz jawab saat ini.

Tanpa perintah, Radiz langsung pergi begitu saja meninggalkan Sean sendiri di parkiran Belakang. Saat ini moodnya sedang tidak stabil. Sean lebih merasa bersalah atas sikap Radiz saat ini. Dia tau gadis itu saat ini tengah sakit hati ditambah kondisi keluarganya yang sangat hancur.

Radiz berlalu begitu saja dari hadapan Sean tanpa memperdulikan orang itu. Ia sangat sakit hati atas apa yang dilakukan Sean kemarin. Radiz memilih pergi ke dalam kelas untuk membaca novelnya.

"Bebeb radiz ku sayang,i'am in here. Pinjem bukunya dong diz, gue belum ngerjain pr nih". Pinta Natella dengan manja.

"Hmm,ambil aja sendiri di tas". Jawab Radiz malas.

Tanpa basa-basi Natella dengan cepat, secepat kilat mengambil buku ipa milik Radiz.

"Makasih bebebku sayang, kalau gini kan dedekmu ini tambah sayang". Nada manja dan lebay milik Natella mengusik telinga Radiz.

Kelas sepi saat ini, para penghuni kelas memilih pergi ke kantin untuk mengisi perutnya, namun berbeda dengan Radiz, perempuan itu hanya diam dan membaca novelnya. Ia malas jika harus bertemu dengan Sean dan zeva.

"Eh bos, ko Radiz nggak keliatan ya". Tanya aksa sambil celingukan mencari keberadaan Radiz.

"Haah bos, kok cewek itu kayak hilang ditelan bumi". Sahut axel berjalan menuju tempat duduk.

"Iya ya, kok gue baru sadar kalau tuh cewek nggak ada. Jangan-jangan dimakan Kunti lagi,hihhh serem". Malven menyahut.

"Eh Lo kalau ngomong jangan aneh-aneh ya, dimakan Kunti sendiri baru tau rasa Lo." Sahut Aksa kembali.

"Se, mending Lo tanya aja sama Cecil apa Natella, dimana radiz". Saran Ken kepada Sean.

Setelah mendengar saran dari Ken, Sean segera beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Natella dan Cecil.

"La,cil, Radiz mana?" Tanya Sean sambil mencari keberadaan Radiz.

"Ohh itu, dia lagi di kelas baca novel, biasa lah". Jawab cecil enteng.

"Hooh, dia nggak mau katanya kesini, alasannya sih karena nggak laper, tapi tau deh kalau ada alasan lain". Natella menyahut pembicaraan mereka.

"Yaudah thanks". Sean pergi menuju kelas Radiz.

Sean menemukan keberadaan Radiz. Ia memang tengah membaca saat ini, tak ada satupun orang di dalam kelas , hanya ada Radiz dan novelnya saja.

"Lo ngapain nggak ke kantin". Tanya Sean basa-basi.

"Nggak apa-apa". Jawab Radiz malas.

"Lo marah sama gue, karena kemarin gue Anterin zeva?" Tanya Sean pada Radiz.

"Nggak, ngapain juga gue males, nggak guna". Saat ini emosi Radi tengah di atas ubun-ubun.

"Yaudah kalau gitu gue pergi". Sean pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan orang tersebut. Seolah-olah orang tersebut tak terlihat.

Mungkin emang gue nggak lebih penting daripada Zeva. Mungkin emang cinta sejatinya Sean adalah Zeva. Dalam hati Radiz terbentuk kalimat itu, ia sungguh bingung antara percaya kepada gosip-gosip itu atau percaya pada Sean.

Hai Radiz, sapa laki-laki dengan tinggi semampai. Laki laki dengan perawakan tinggi dan kulit putih. Siapa lagi kalau bukan Kenneth Alfazhel. Dia adalah sahabat Radi sejak duduk di bangku SMP. Dia sangat mengerti perjalanan hidup Radiz, bagaimana masalahnya dengan Mamanya sampai masalah ketika ia si Billy di smp karena ia adalah anak haram.

"Al, koo Lo disini, mau ngapain, mau jemput pacar ya, ciee yang udah punya pacar nih ye". Goda Radiz pada al.

"Apaan sih, gue kesini bukan mau jemput pacar,lagian juga gue belum punya pacar, gue kesini mau jemput Lo, kangen tau lama nggak ketemu". Balas Al dengan nada manja.

"Beneran nggak nih Lo kangen sama gue?. Dan Lo beneran mau jemput gue, ntar Lo bohong lagi". Tanya Radiz dengan mengerucutkan bibirnya.

"Iya, udah cepet naik keburu malem!" Perintah Al dengan menyodorkan sebuah helm.

Radiz dengan cepat mengambil helm tersebut dan memakainya. Motor sport hitam berpadu merah menyala melaju dengan kecepatan rendah. Radiz tak sengaja Melihat Sean dan zeva tengah asik di cafe yang mereka lewati. Padahal baru saja kemarin ia bilang jika Antara dia dan zeva tidak ada hubungan, namun nyatanya Ia lebih memilih pergi ke cafe Dengan Zeva daripada harus mengantarkannya pulang. Sungguh masih yang sangat buruk badi Radizza Zaletta Hadinata.

Nächstes Kapitel