webnovel

Kakek, Orang Baik yang Membawakanku Susu

Malam ini lebih dingin dari biasanya. Bulan yang seharusnya sudah menampakkan keseluruhan citranya (purnama) karena hari ini adalah tengah bulan di kalender Hijriyah, tidak terlihat karena tebalnya awan penutup langit. Daun-daun pohon samping kamar Marie berjatuhan karena angin malam tanda akan hujan deras.

Tak seperti biasa ketika Marie akan diam-diam melakukan olahraganya untuk segera beradaptasi dengan tangan dan kaki barunya saat telah sendiri di kamar, kini Marie menutupi semua tubuhnya dengan selimut. Gadis mungil itu berpura-pura untuk sudah terlelap. Dia tidak ingin berbicara pada orang yang ada di atas, pada bekas kasur Lili, kakeknya.

"Marie?" Sapa Pak Suma dari atas.

Marie bergeming, berlagak sudah terlelap. Pak Suma diam sebentar. Dia sebenarnya tahu Marie belum tidur karena suara kaki dan tangan Marie yang bergerak-gerak.

"Marie, sudah tidak apa-apa." Kata Pak Suma.

Marie yang menutup matanya kini perlahan membukanya. Terdengar suara seseorang yang sedang turun dari atas. Pak Suma turun dari ranjangnya. Refleks Marie memutar badannya menghadap tembok. Marie takut, badannya bergetar hebat. Dia mengingat masa dimana ia harus tersekap. Kemudian Pak Suma mengambil kursi dan duduk di depan Marie.

"Marie, maukah Kamu mendengarkan cerita kakek? atau mungkin Kamu lebih suka Vigor?" Kata Pak Suma langsung ke inti.

Marie masih menghadap tembok. Terlihat oleh Pak Suma jika selimut yang membungkus tubuhnya sedang bergetar.

"Kamu.... masih mengingatku ya rupanya. Kakek hanya ingin berkata, maaf. Maaf ya Marie. Takdir memang aneh ya, bertahun-tahun kakek mengerjakan hal-hal buruk, kakek sangat ingin berubah. Sampai-sampai kakek mau menyelamatkanmu dulu, sama teman-temanmu. Kakek akan membawa semua anak semampu kakek." Kata Pak Suma.

Mendengar hal itu, Marie teringat akan dua temannya yang ikut bersama Vigor. Marie memberanikan dirinya membalikkan badan. Marie melihat ke arah Pak Suma. Dengan cepat gadis bertubuh kecil itu terkesima dengan Pak Suma yang tersenyum.

"Jadi... dua-a teman.. ku?" tanya Marie.

"Dua teman? Ah, mereka telah lama aman di panti asuhan kenalanku." Kata Pak Suma.

Pak Suma menjual mereka berdua ke keluarga Raymond namun, ternyata dari Raymond sendiri yang meminta agar keduanya masuk ke panti asuhan miliknya.

"Aku dulu berbeda ya?" lanjut Pak Suma.

Marie mengangguk.

"Ya. Sejak kehilangan nenekmu, Aku menjadi seperti itu. Aku baru bisa mendapatkan diriku kembali sesaat setelah aku mengantar dua temanmu ke panti asuhan." Kata Pak Suma.

Marie diam mendengarkan Pak Suma.

"Tapi Marie kamu juga kelihatan berbeda sekarang." Lanjut Pak Suma.

"A-ku ti.. dak ta-hu." Kata Marie.

"Tapi dulu keputusanmu sudah benar. Jangan percaya pada orang asing, Itu kuncinya. Kamu mengetahui hal itu." Kata Pak Suma.

"Um... i-iya." Kata Marie.

Mereka berdua diam.

"A-ayah ta-hu ka..lau ka-kek jahat?" Tanya Marie.

"Ja-jahat? Ahaha, begitu ya... tidak. Tentu saja Aku menyembunyikannya dari mereka berdua. Tapi tenang saja Marie, kakek yang jahat itu, sekarang sudah tidak ada." Kata Pak Suma.

Pak Suma berusaha mengelus kepala Marie, tapi urung ia lakukan karena Marie memejamkan matanya karena takut.

"Masih takut? Ya mau bagaimana lagi, Aku tidak bisa menyalahkanmu. Mungkin Aku harus suatu saat aku harus membayar dosaku." Kata Pak Suma.

Marie masih menutup matanya.

"Tapi Marie, kamu beruntung karena anakku yang telah menyelamatkanmu. Apa ini karena kesamaan orang tua dan anak ya? Ahaha!" Lanjut Pak Suma.

"Ti-tidak! A..yah ti..dak..." Marie kehabisan napas.

Anak kecil itu terlalu memaksakan dirinya berbicara. Marie ingin bilang jika Pak Sumi tidak seperti Pak Suma.

"Kakek itu, sudah mendambakan seorang cucu sejak lama. Hei, Marie. Kamu masih ingat apa yang kakek bilang dulu soal tidak akan menjual kalian semua? Itu semua karena disitu ada kamu, Marie." Kata Pak Suma.

Marie masih ingat hal itu.

"Lalu... ke-kena-pa ka...kek mau me-mening-gal...kan ma-rie sen..di...ri?" tanya Marie.

"Huh? Oh itu, aku tidak bisa menjualmu ke orang itu. aku tidak ingin kamu dirawat di rumah orang itu, aku ingin merawatmu sendiri." Kata Pak Suma.

"Selain itu, aku dulu hanya punya sepeda motor, jadi kamu tahu nak, Aku tidak bisa membawa 4 anak sekaligus." Kata Pak Suma sambil tersenyum.

"Tapi yah untung saja umpannya berhasil." Kata Pak Suma.

"Um-umpan?" Marie bingung.

"Ah tidak hahaha. Memang waktu itu Aku tidak bisa mengambilmu dari tangan Sunandar. Tapi kamu tahu Marie? Aku tidak menyerah. Kamu bisa percaya jika yang membuat anakku bisa menjemputmu... adalah aku." Kata Pak Suma dengan tersenyum.

Marie tertegun mendengar hal ini. Ketidakpercayaannya kepada Pak Suma menjadi berangsur-angsur hilang. Tiba-tiba pak tua itu beranjak dari kursinya dan berkata,

"Kakek ingin beli minum, Marie mau apa?"

"...eh?" Kata Marie.

"Bukannya Kamu tidak akan tidur sebelum menyelesaikan olahragamu? Aku penasaran dari tadi kenapa cucuku tidak segera olahraga dan tidur." Kata Pak Suma yang tahu rutinitas Marie dari Bu Rati.

"ah itu.." Kata Marie.

"(karena) Ada Aku disini kan? Ahaha tidak apa-apa. Marie suka susu kan? Kalau begitu kakek akan pergi beli dulu." Kata Pak Suma.

"Eh... ti-tidak, um, ... iya, terima kasih." Kata Marie.

Kemudian Pak Suma keluar kamar. Di depan pintu kamar, Pak Suma berhenti.

"Bisa sekarang Marie olahraga ya, lalu minum susu lalu tidur ya." Kata orang tua itu lalu perlahan keluar kamar.

Pak Suma keluar berpapasan dengan Bu Rati yang baru saja pulang dari kerjanya.

"Pak, mau kemana?" Tanya Bu Rati.

"Aku haus mau pergi keluar sebentar, disini ada Indoapril 24 jam kan?" Jawab Pak Suma.

"Ya, lurus, perempatan, di sebelah kanan pak. Ah pak, biar saya saja ya yang keluar." Kata Bu Rati.

"Hahaha, tidak usah, urus saja dulu Sumi. Anak itu pasti menunggumu di kamar." Kata Pak Suma.

"Iya pak." Kata Bu Rati.

"Selain itu, Aku ingin membelikan sesuatu untuk cucuku." Imbuh Pak Suma.

"Pak... iya hati-hati. Ini pak, tadi ketinggalan." Kata Bu Rati sembari memberikan telepon milik Pak Suma.

"Lah iya ya. Aku meninggalkannya di mobil, makasih." Kata Pak Suma.

Kemudian Pak Suma pergi naik mobil pikap (mobil pick up) yang tadi dibawanya untuk kesini. Bu Rati bergegas ke kamar Pak Sumi. Salam tiga kali sebelum masuk masih belum juga dijawab oleh Pak Sumi yang ada di dalam ruangan. Kemudian bu Rati masuk. Mendapati Suminya telah pulas tertidur. Bu Rati menelepon Pak Suma.

"Assalamualaikum, bagaimana nak?" Kata Pak Suma.

"Waalaikumsalam, pak nanti bapak tidur saja sama sumi ya, Assalamualaikum." Telepon dimatikan.

"HAHAHA jadi Sumi sudah tidur." Kata Pak Suma yang membuat mbak-mbak Indoapril kaget.

Bu Rati sedikit kecewa saat mendapati suaminya telah tidur, tapi mau bagaimana lagi. Untuk membalas perilaku suaminya itu, Dia memutuskan untuk tidur bersama Marie dan meninggalkan suaminya bersama bapaknya.

Bu Rati membuka Pintu.

"Ka-kek! Ah, Ibu." Kata Marie yang sedikit antusias saat Dia berpikir jika kakeknya pulang membawa sebotol susu.

"Loh Marie kepingin tidur dengan kakek ya? Ya kalau begitu..." Bu Rati makin pundung mendengar hal ini.

"Bu!" Kata Marie.

Kemudian Bu Rati masuk ke dalam dan Marie menjelaskan semuanya. Akhirnya Bu Rati membantu olahraga Marie. 15 menit kemudian Marie selesai dan segera pergi tidur. Namun, ada suara pintu yang terketuk dengan sebuah salam.

"Ka-kek!" kata Marie.

Marie mendapatkan susunya, Bu Rati tidur pulas seranjang dengan Marie, Pak Suma tidur di atas ranjang ber-AC dengan anaknya – sebuah hal yang tidak terjadi selama 15 tahun belakang –, sedangkan Pak Sumi yang terbangun kaget saat mengetahui jika istrinya punya berewok yang lebat, ternyata itu bapaknya. Malam itu, hanya Pak Sumi yang menyesal karena telah tertidur terlebih dahulu.

Nächstes Kapitel