Sepandai-pandai tupai meloncat pasti akan jatuh jua. Sunandar tidak menyadari bahwa dirinya tengah menuju kehancurannya. Dia malah terus tenggelam dalam perilaku menyimpangnya sendiri. Pedofil. Adalah kata yang tepat yang bisa disandangkan padanya. Seperti malam ini, hari ke-10 setelah Dia menelepon Pak Awan untuk memutuskan kontrak, Dia mendatangi tempat Marie dan Miya untuk memuaskan nafsu seksualnya.
Kasihan Miya. Miya menjadi benteng bagi Marie. Acap kali Sunandar masuk ruangan Bawah tanah itu, Miya selalu berlari ke ranjang yang sudah disiapkan. Miya tahu, jika Ia tidak melakukan itu, maka Marie-lah yang akan menjadi samsak bagi tongkat dan 'tongkat' Sunandar.
Dissociative Identity Disorder (DID), Sunandar mempunyai tiga kepribadian. Disorder yang berarti 'kelainan' bagi semua orang, namun tidak bagi Sunandar. Dengan sengaja, Sunandar mengatur dirinya sendiri untuk punya beberapa kepribadian yang berbeda. Masing-masing kepribadian tidak kenal satu dengan yang lain dan akan aktif berdasarkan waktu.
Suara Ayam berkokok pagi hari menjadi awal kepribadian "A" akan muncul. Kepribadian ini mempunyai sifat yang sangat baik. Dengan kepribadian ini, Sunandar mengelola toko tekstilnya. Kepribadian ini juga menjadi 'muka' Sunandar yang dikenal oleh semua orang.
Kepribadian 'A' akan berlangsung sampai jam 7 malam. Setelah itu Sunandar memiliki Kepribadian 'B' untuk mengelola bisnis muncikari di malam hari. Semua pegawai cantik jelita disini, akan menjadi pelacur saat malam hari. Sunandar tidak mempunyai nafsu kepada wanita saat beralih ke kepribadian 'B' Ini. Dia secara langsung juga menjadi 'gigolo' (1) yang melayani pelanggan dengan orientasi seksual sama jenis (gay). Sunandar biasanya memberi potongan harga jika pelanggannya itu seorang Gay.
Sunandar hanya tidur 3 jam per hari. Dia berpikir untuk memaksimalkan hidupnya dengan cara hampir tidak tidur dalam sehari. Jika telah sampai waktu 3 pagi, Sunandar akan berjalan ke ruang bawah tanah (Ruangan Marie) dan muncullah kepribadian 'C'. Itu adalah seorang Pedofil yang tak berperikemanusiaan.
Kepribadian 'C' ini semakin kentara saat Sunandar memutuskan kontrak secara sepihak dengan Awan, dan keluarnya Vigor dari bisnis ini. Pasalnya, Sunandar jadi kehilangan satu bisnisnya yaitu jual beli bayi dan anak-anak. Kini di tempat ini hanya ada dua anak tersisa yaitu Marie dan Miya. Suatu kesalahan bagi Marie dan Miya tidak ikut Vigor keluar dari sini.
Sunandar membunuh batin kedua anak ini, Sejak saat itu, Kepribadian C Sunandar menjadi-jadi. Dengan badan kurusnya itu Dia mengangkat sendiri kasur spring bed ukuran double itu sendiri dan membeli online mainan seksual dan yang serupa dengannya. Kemudian yang menjadi target birahinya adalah Marie dan Miya.
Marie jarang mendapatkan serangan Sunandar karena ada Miya yang selalu menjajakan tubuhnya terlebih dahulu. Namun, Miya tetaplah seorang anak kecil. Seorang anak kecil dengan daya tahan tubuh yang lemah. Makanan monoton dan tak bergizi, menyebabkan Miya sering sakit-sakitan. Sunandar tidak mau mainannya rusak, Akhirnya Miya mendapatkan suntikan yang sama seperti Marie. Ya. Dia mendapatkan suntikan darahnya sendiri, Sunandar tahu cara menyuntikkan darah ke tubuh.
Miya ditempatkan diatas ranjang sedangkan Marie masih terpasung dengan kaki dan tangan yang sudah melemah karena atrofi otot.
Hari demi hari kedua anak ini selalu seperti itu. Mereka hanya ingin hidup. Baik Miya maupun Marie, mereka telah kehilangan tujuan hidup mereka. Sedikit berbeda dengan Marie yang dari awal sudah tidak mempunyai tujuan hidup sama sekali, Miya merasakan kehilangan tujuan hidupnya setelah Ibu kandungnya sendiri mencampakkannya. Mereka akhirnya hanya saling memiliki satu sama lain.
Aneh.
Saat ini tidak ada lagi anak kecil sebaya mereka yang dikirim kesini. Hal ini sudah satu tahun sejak Vigor membawa kedua bocah terakhir, dan hingga saat itu belum ada anak baru yang datang kesini. Sunandar tidak tahu jika Vigor telah berhenti. Namun, Dia tidak ambil pusing dan tetap melakukan kegiatan sehati-harinya seperti biasa.
Ketiadaan anak yang lain seperti saat dulu, bagi Miya maupun Marie yang terbiasa dengan banyak orang, merasa kondisi atmosfer disini berubah.
"Aku bosan." Kata Marie berulang kali.
"Iya, sama." Kata Miya berulang kali pula.
Miya masih berusaha untuk berkomunikasi dengan Marie hingga satu tahun pertama setelah Vigor membawa pergi anak-anak yang terakhir. Ditahun kedua, Miya telah kehilangan pikirannya sendiri dan hanya duduk diam diatas Ranjang. Hanya pada saat makanan datang Dia turun dari ranjang dan membawa makanan tersebut kepada Marie. Hal ini seolah telah menjadi insting alami badannya. Marie masih tidak kehilangan akalnya. Dia secara aktif berbicara kepada Miya meski Marie sendiri juga memaksakan hal ini sebenarnya. Marie tertawa, tersenyum dan kadang menyandarkan kepalanya ke Miya.
Ternyata gestur tubuh lebih mengena daripada omongan. Acap kali Marie menyandarkan kepalanya ke Miya, Marie merasakan sesuatu yang basah ada pada rambutnya. Itu adalah Miya yang sedang mengeluarkan air matanya.
.....
"Mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati mati..." Sumpah serapah Miya setiap hari saat anak itu sedang dilecehkan oleh Sunandar.
Sunandar semakin senang saat anak itu berkata seperti itu. Libidonya meningkat seiring meningkatnya perasaan tidak enak dan perasaan sakit yang dirasakan oleh lawan mainnya. Begitu terus sampai akhirnya Miya menemui ajalnya.
Mati. Miya berhasil mewujudkan apa yang diharapkannya. Miya Mati di atas ranjang. Miya tidak ingin mati itu ditujukan kepada Sunandar, tapi kepada dirinya sendiri. Banyaknya siksaan yang luar biasa dan terjadi setiap hari membuat badannya sudah tidak kuat untuk menanggungnya. Meski sinyal dari otak tidak berhenti mengirimkan kata-kata agar bertahan demi Marie, namun, badannya sudah tidak kuat lagi.
Miya mati dan kini meninggalkan Marie sendiri. Hal ini menjadi mimpi buruk kedua bagi Marie. Marie sangat terpukul batinnya karena teman satu-satunya yang membantu hidupnya kini telah tiada. Bagi Marie kematian Miya menjadikannya terbuka tanpa tameng. Sunandar dengan tangan kotor dan pikiran busuknya dapat dengan mudah menjamah tubuh kurus Marie.
Malam itu Sunandar masuk ke ruang bawah tanah dan untuk kali pertama hanya Marie yang berteriak menyambut kedatangannya, sedang Miya dilihatnya sedang tertidur diatas ranjang. Awalnya Sunandar naik pitam dan langsung melecutkan cambuk ke tubuh kurus yang sedang terbaring itu. Tapi tubuh itu hanya diam. Sunandar makin menjadi-jadi untuk melecutkan cambuknya ke tubuh kecil itu.
Lagi, lagi, lagi dan lagi. Baru setelah beberapa menit Sunandar menghentikannya. Orang tua itu baru menyadari bahwa anak itu telah mati. Tubuh Miya dibiarkan begitu saja diatas ranjang. Sunandar sekarang berjalan menuju Marie yang sedang duduk terpasung.
"Marie, Marie, Marie, Oh Marie." Kata Sunandar setelah dia tahu jika Miya meninggal. Sunandar seolah sudah menunggu saat-saat seperti ini, saat Miya akhirnya menyerah dan meninggal. Sunandar memang sudah sejak lama ingin melahap hidangan penutupnya yaitu Marie.
Mulai saat itu, kayu pasung Marie dilepas dan Sunandar memasang rantai ke tangan yang masih utuh dan kedua kaki Marie dan dilekatkan di dinding (ujung rantai yang satunya).
Mulai saat itu, Marie memiliki tugas baru, yaitu menjadi samsak tinju bagi Sunandar.