webnovel

Perlombaan II

Setelah pembawa acara mengumumkan peserta dan membaginya dalam kelompok berpasangan, para peserta pria dan wanita mengganti pakaian mereka dengan pakaian renang lalu kembali berkumpul di tepi kolam renang untuk mempersiapkan permainan. Lisa karena ia tengah hamil muda, memutuskan untuk menggunakan kaos oblong dan celana pendek agar peserta dan penonton tidak mencurigai perutnya yang sudah mulai menggelembung meski sedikit.

Oscar kembali dari ruang ganti pria dengan menggunakan celana renang. Tubuhnya yang atletis terekspos, ikal emasnya berkilauan diterpa cahaya matahari pagi, otot – otot pria itu benar – benar menggiurkan. Jajaran karyawati pemuja Oscar pun melelh melihat ketampanan pria berdarah Eropa itu. Belum lagi sebagian dari mereka menyaksikan tubuh indah Oscar untuk pertama kalinya!

Rentetan sorak sorai dari gerombolan karyawati mesum itu mulai mewarnai suasana tenang pagi itu di kolam renang Parahyangan Resort.

"Wow, ternyata presdir Petersson Communication ganteng punya ya nggak sih cin?" seru salah satu pembawa acara.

"Bener banget tuh jeng, duh eikeh mau dong foto sama dia. Hihi!" timpal si pembawa acara genit. "Duh aduh jangan sampe pesonanya si pak presdir ini bikin kalian peserta cewek – cewek terpana loh ya, ntar hadiahnya dibawa pulang sama dia loh jeng idih idih nggak mau kan?"

"Aduh pak Oscar memang pujaan hati deh!" sahut seorang peserta wanita.

"Ya Tuhan pak Oscar terlalu tampan buat ikut lomba receh kayak gini!"

"Aku berani taruhan pak presdir yang pasti jadi juara pertama!"

"Kalian jangan terlalu percaya diri gitu deh! Geli tau nggak dengernya. Sudah pasti gue yang juara satu nanti!" Karina menyahut dari pojok kolam renang, memecah keramaian yang ditimbulkan oleh gerombolan karyawati yang tengah membicarakan pesona Oscar yang luar biasa.

"Heh Lisa, lo beruntung pagi ini udah sehat! Tapi liat aja ntar, gue pasti bisa ngalahin lo!" seru Karina kasar.

Lisa tidak menggubris perkataan wanita jahat itu. Ia hanya berdiri diam di pinggir kolam renang dengan tangan tersilang. Menunggu Oscar bergabung dengannya.

Begitu Oscar bergabung di tepi kolam dengan Lisa, seluruh penonton langsung bertepuk tangan dengan meriah dan menyiuli kedua pasangan itu seakan mereka berdua adalah sepasang kekasih.

"Eciyeeeee pagi ini ada yang berbunga – bunga nih cin, tuh lihat!"

"Eh duh kamu ni jeng bilang aja ngiri! Hihi, ya udah deh kalo begitu, perlombaan resmi dimulai!"

Semua peserta memasuki kolam renang dan bersiap – siap. Air kolam pagi ini lumayan dingin. Lisa sedikit menggigil mengingat kesehatannya sedikit terganggu karena hamil. Kolam itu tidak terlalu tinggi, mungkin hanya setinggi dada Lisa. Wanita itu tidak yakin ia dapat renang,

mengingat terakhir kali ia berenang adalah lima tahun lalu sewaktu ia masih berkuliah.

Jika Oscar bisa berenang, ia yakin ia dapat memenangkan perlombaan ini untuk Andien. Setidaknya ada yang membantu dia untuk menang jika di tengah – tengah ia tersendat karena suatu hal yang tidak terduga.

Namun yang lebih memalukan baginya adalah ia harus berduaan di kolam renang bersama dengan suaminya! Ia takut salah tingkah dan memancing kecurigaan karyawan lain.

"Oscar, kamu bisa renang kan?" tanya Lisa lirih.

"Coba tebak?" jawab Oscar singkat. Pria itu terlihat sangat tinggi di depan Lisa yang tidak mengenakan sepatu berhak tinggi. Hebatnya pria itu tidak menggigil sama sekali dengan iar kolam yang cukup dingin bagi Lisa dan peserta lainnya.

"Oscar… kamu nggak kedinginan juga?"

"Haha , di Swedia saya sering berenang di danau saat musim gugur!"

Pria ini benar – benar mengerikan. Lisa tidak dapat menahan dinginnya air kolam yang semakin menusuk kulitnya. Kakinya gemetaran di dalam air, bulu kuduknya mendadak berdiri.

"Lisa, kalau kau berdiam diri di dalam air kamu pasti tambah kedinginan. Coba gerakkan kaki dan tanganmu!" saran Oscar.

Pembawa acara melemparkan balon yang harus dibawa peserta ke garis finish kepada Oscar dan Lisa. Oscar menggenggam balon itu dengan erat bersama dengan Lisa. Tanpa sengaja pria itu memperhatikan lekuk tubuh Lisa yang dibalut kaos oblong. Lekukan tubuhnya terlihat seksi di balik kaos itu. Kulit kuning langsat wanita itu menambah pesona tersendiri di mata Oscar. Pria itu menelan ludah seraya mengerjap dan kembali fokus.

"Oscar, jangan melihat yang lain! Fokus!"

"Maaf Lisa tetapi saya tidak tahan melihat pesonamu!"

Lisa menendang kaki pria itu di dalam air. Oscar terjengat dan terkikik.

Lima menit setelah persiapan, permainan pun dimulai! Seluruh peserta mulai menggiring balon dari garis start menuju garis finish sejauh 100 meter. Tantangan dari permainan itu adalah balon yang sangat ringan dan angin yang bertiup begitu kencang. Peserta harus ekstra fokus dan menggenggam balon itu dengan kuat!

Lisa sedikit terengah ketika ia sampai di tengah – tengah kolam. Kehamilannya membuat ia agak sulit mengeluarkan tenaga. Oscar kemudian membantunya berenang ke garis finish dengan perlahan. Ia tidak ingin memaksakan istrinya itu untuk berjuang keras hanya demi hadiah.

Sepuluh menit kemudian permainan telah selesai. Permainan berjalan dengan lancar, hanya saja Lisa sedikit tersendat di tengah jalan. Perut bawahnya sedikit kram dan ia tidak bisa berenang lebih jauh. Sehingga ia dan Oscar jatuh pada urutan kedua.

Kemenangan dibawa pulang oleh Karina dan rekan kerja laki – laki dari departemen desain. Betapa bahagianya si wanita jahat itu begitu tahu ia mengalahkan Lisa dengan mudahnya.

"Makan tuh Lis! Gue juara satu! Haha! Hadiah utama buat gue!" ejek si wanita jahat kepada Lisa yang meringkuk kedinginan lepas perlombaan.

Pembawa acara kemudian menyuruh para peserta untuk segera berganti baju dan berkumpul lagi untuk pemberian hadiah.

Setelah semua peserta berganti pakaian. Pembawa acara mulai membacakan urutan pemenang dari urutan terakhir hingga awal. Salah satu rekannya mendorong sebuah troli berisi hadiah yang dibungkus rapi dan rapat. Hadiahnya adalah kejutan!

Hadiah pertama dimenangkan oleh Karina. Wanita itu naik ke atas panggung dengan kepala mendongak dan angkuh. Pembawa acara menyerahkan bingkisan yang berukuran paling besar kepadanya. Dengan bangga ia mengangkat hadiah itu kepada penonton dan melambaikan tangan.

Hadiah kedua jatuh kepada Lisa. Ia naik ke atas panggung dan menerima bingkisan yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan hadiah Karina, tetapi bingkisan itu cukup berbobot. Pembawa acara bilang jangan sampai hadiah itu jatuh karena mudah pecah.

Ada sedikit rasa malu dari Lisa karena ia gagal menjadi juara yang pertama. Ia kembali ke tempat duduknya dengan kepala tertunduk. "Maafin gue Ndien, cuma jadi juara dua…"

"Udah lah Lis nggak apa – apa! Yang penting hadiahnya buat aku kan? Hehe" goda Andien sambil menyikut pundak Lisa. "Gue kan tau lo lagi 'itu'."

Usai bagi ��� bagi hadiah, Lisa dan Andien kembali ke kamar mereka. Di tengah jalan ia dihadang oleh Karina. Wanita itu memamerkan hadiahnya kepada Lisa.

"Akhirnya gue juara satu Lis haha! Lo apaan cuma juara dua hih, juara kok ikut –ikutan."

"Kar ini cuma lomba kecil – kecilan nggak usah sombong gitu deh!" seru Andien kesal mendengar sahabatnya dirundung.

"Udahlah nggak usah diladenin," kata Lisa. Kedua sahabat itu langsung melangkah cepat menghindari Karina. Entah mengapa wanita jahat itu selalu ingin mengalahkan Lisa, sekalipun dalam hal sepele!

Sampai di kamar Andien, wanita itu sudah tidak sabar ingin melihat isi bingkisan yang dibawa Lisa. Ia meletakkan bingkisan itu di atas tempat tidur dan memandangnya dengan wajah berbunga – bunga seperti anak kecil di saat hari natal.

"Buka dong Lis! Isinya apaan tuh?"

"Entar dulu lah gue nggak bawa gunting!"

"Nih pake silet gue!" Andien menyerahkan silet kepada Lisa. Wanita itu kemudian membuka hadiah itu dengan perlahan.

Tidak diduga – duga, hadiah itu adalah laptop Cell seperti yang diinginkan Andien!

"Buseeeet suami lo kaya bener ngasih hadiah laptop buat karyawannya!" ujar Andien bahagia.

"Nih sesuai kan sama permintaan lo! Udah ambil aja, gue lagi nggak butuh laptop!" Lisa menyerahkan laptop idaman itu kepada Andien. Ia tersenyum bahagia melihat sahabatnya kegirangan mendapatkan apa yang diincarnya.

"Thanks banget loh Lis lo emang yang terbaik!"

Nächstes Kapitel