Tak lama setelah Lisa menyantap habis hidangan dari Oscar, seseorang kembali mengetuk pintu kamar Lisa. Wanita itu bangkit dari tempat duduk, membetulkan tali jubah mandinya dan membuka pintu kamar.
"Hei jalang, gue benernya nggak suka ngomong sama lo kayak gini tapi pak presdir nyuruh kita ke ruang pertemuan di lantai 3 bantuin tim dekor ngedekor ulang buat acara besok!"
Lisa mengangkat alis ketika melihat sosok wanita beriasan tebal itu di depannya.
"Yang bener aja lo Kar, lo ngelabuhin gue lagi pasti!" ucap Lisa singkat dan tajam.
"Gue seriusan goblok! Buat apa gue capek – capek dateng ke kamarmu cuma buat ngelabuhin lo?" jawab Karina sengit.
"Gue nggak dapet pesan dari grup, gimana cara gue percaya ma lo Kar?" Lisa berkacak pinggang. Wanita jahat yang ada di hadapannya ini benar – benar menyita waktu istirahatnya yang berharga.
Karina langsung menggenggam lengan Lisa dan menariknya keluar kamar. Kedua wanita itu bergegas ke lantai 3 dengan menggunakan lift.
Sesampainya di ruang pertemuan di lantai 3, Karina melempar sebuah kantong plastik berisi balon warna – warni. "Bantu kami meniup balon – balon ini!"
Lisa menangkap kantong itu dengan kesal. Alisnya bertaut. Ekspresi wajahnya tampak ingin memprotes.
"Yang bener aja lo Kar!? Gue niupin balon?"
"Heh denger, ini perintah dari presdir langsung ke gue! Kalo gue jadi lo, gue nggak bakal banyak tanya dan langsung niupin. Udah nggak usah banyak bacot buruan kerjain!" bentak Karina. Ia mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Lisa. Kuku jarinya sangat panjang dan dicat warna merah menyala. Wanita ini benar – benar sudah mirip seperti iblis di dunia nyata!
Omongan Karina tampak sangat meyakinkan. Lisa tidak dapat mengelak perintah dari Oscar. Ia segera melaksanakan tugas itu karena Oscar.
"Dasar cowok brengsek, jadi tadi dia sengaja ngasih gue makanan tambahan itu biar gue kuat niupin balon sebanyak ini? Dia lupa kali ya kalo gue lagi hamil anaknya! Dikira ngebantuin kerjaan tim dekor gampang apa? Gila, gue kira dia tadi mencoba romantis ke gue!" keluh Lisa dalam hati. Ia mulai meniup balon – balon itu satu per satu.
Di ruang sebelah, Karina sengaja tidak mengerjakan apa – apa. Ia hanya memandangi rekan kerjanya yang sangat ia benci itu dengan senyuman puas. Ternyata menipu seorang Lisa sangat mudah! Tinggal bawa nama Oscar, wanita itu pasti tidak akan memberontak!
"Makan tuh balon Lis! Besok pagi lo pasti bangun dengan kewalahan!" ucap Karina dalam hati. Seringai jahat terpajang di wajahnya.
Lisa masih sibuk meniup balon – balon bedebah itu di ruang sebelah. Tubuhnya sudah mulai lemas. Ia lupa kalau dirinya tengah hamil. Seharusnya ia beristirahat saat ini. Berhubung ini perintah dari suaminya, mau tidak mau harus ia lakukan. Wajah Lisa semakin pucat pasi meniup balon – balon itu. Bibir merahnya menjadi keunguan karena kehabisan tenaga.
"Oscar brengsek, sejam lalu dia nyuruh gue istirahat! Sekarang dia nyuruh gue kerja!" keluh Lisa lagi.
Tak lama setelah Lisa meniup balon – balon bedebah itu dengan sia – sia. Oscar datang ke ruang pertemuan itu untuk memeriksa ulang semua persiapan untuk acara besok pagi.
"Meja – meja di uang A sudah kami siapkan sesuai dengan jumlah karyawan yang ikut berpartisipasi dalam acara ini. Kemudian di ruang B kami masih sibuk dengan dekorasi yang belum selesai," jelas kepala tim dekorasi kepada Oscar
Oscar berdiri di tengah ruangan. Ia memandang ke seluruh penjuru ruangan. Semua sudah seperti yang direncanakan. Dekorasi sudah lumayan bagus, hanya saja ada beberapa sudut yang tampak polos.
"Di pojok sana kenapa kosong?" tanya Oscar singkat
"Tenang saja Pak, bagian itu nantinya akan kami beri hiasan balon – balon yang disusun membentuk angka usia perusahaan Petersson Communication!" jawab si kepala tim dekorasi.
"Kok baru diatur sekarang? Bukannya kemarin saya bilang kalau saya datang kemari semuanya sudah harus selesai dan siap dipakai?"
"Pak Oscar, tidak perlu khawatir! Tim kami sudah mengatur semuanya! Hanya perbaikan kecil saja kok pak. Mari saya tunjukkan tim kami melakukan tugasnya!"
Kepala tim dekorasi membawa Oscar ke ruangan sebelah, ia menunjuk beberapa dari kru yang bertugas sedang meniup balon menggunakan alat tiup balon.
"Anda lihat di sana, dengan alat itu semua dekorasi akan selesai kurang dari satu jam!"
Dari tempatnya berdiri, Oscar memicingkan mata melihat sosok Lisa yang tengah meniup balon tanpa bantuan alat peniup. Mata pria itu langsung terbelalak ketika melihat sosok wanita itu limbung nyaris pingsan.
Lisa sudah tidak kuat meniup balon – balon itu lagi. Kepalanya mulai ringan, pengelihatannya mulai berkunang – kunang. Wanita itu tidak mampu mendengar apapun saat ini, pandangan sudah semakin kabur dan ia tidak kuat menahannya tubuhnya. Lisa pun terjatuh, pingsan.
Oscar langsung berlari menghampiri Lisa yang sudah jatuh pingsan. Wajah pria itu nampak sangat khawatir. Ia memalingkan kepalanya dan menatap tajam kepala tim dekorasi.
"Kenapa Lisa ada di sini! Siapa yang menyuruh Lisa meniup balon!?" bentak Oscar. Seluruh ruangan langsung mendadak hening.
"Bukan saya Pak! Saya bahkan tidak tahu nona ini ada di sini meniup balon! Anda lihat sendiri kan tim kami meniup balon menggunakan alat!" jawab si kepala tim dekorasi yang tidak tahu menahu soal Lisa. Ia terlihat sangat gugup, keringat mengalir dari bali pelipisnya.
"Seseorang tolong panggilkan tim medis!" Teriak salah satu pengurus dekorasi.
Suasana di ruang pertemuan itu mendadak tegang. Oscar menelepon Dani untuk membantunya mengantar Lisa tidur di tempat yang nyaman.
"Ya Tuhan Lisa, kenapa kamu tidak istirahat!" tukas Oscar yang tengah menyandarkan Lisa ke pangkuannya.
Dani datang berlari menghampiri Oscar dengan membawa segelas air putih dan menyodorkannya. "Tuan ini untuk nona Lisa!"
Karina yang masih bersembunyi di balik ruang sebelah sedang mencari cara untuk dapat kabur dari tempat itu tanpa menarik perhatian orang – orang yang ada di dalam ruangan. Terutama Oscar.
Wanita beriasan tebal dan norak itu kemudian mengendap – endap, mencari jalan keluar. Namun usahanya gagal ketika Dani menghadangnya di depan pintu keluar.
"Eh, saya mau keluar pak!" minta Karina kepada si raksasa berkacamata hitam.
Dani langsung menggenggam lengan Karina dengan kuat dan erat, membuatnya mustahil untuk kabur. "Pak Oscar! Sepertinya saya menemukan biang keroknya!" teriak Dani, suaranya menggelegar hingga ke segala penjuru ruangan.
Oscar menoleh ke arah Dani. Dilihatnya sosok Karina yang memuakkan itu. Ia mengisyaratkan Dani untuk membawa Karina kepadanya.
"Kamu sengaja menipu Lisa pasti! Jawab dengan jujur!" Oscar menatapnya dengan amarah membara. Sepasang mata biru bening itu menjadi sangat kelam dan dingin. Bahkan Karina tidak berani menatapnya langsung!
Karina menundukkan kepala seraya berkata, "Iya Pak, saya yang menyuruh Lisa kemari untuk meniup balon – balon itu!"
Oscar bangkit dan mengangkat kepelanya. Matanya menatap Karina yang menunduk ketakutan. Aura pria itu menjadi sangat menakutkan. Kilatan matanya penuh amarah. Orang – orang yang berada di sekitarnya pun ikut bergidik sehingga mundur selangkah dari tempat pria berwajah tampan itu berdiri.
Meskipun Karina berani berbuat semena – mena dengan rekan kerjanya terutama Lisa, ia sangat takut melihat Oscar yang sedang marah besar. Karina benar – benar membatu di tempatnya berdiri.
"Kembali ke kamarmu! Jika saya melihat besok kamu masih mengganggu Lisa, jangan berharap setelah pulang dari acara ini kamu masih dapat memijakkan kaki di kantor saya!"
Karina mengangguk, tubuhnya gemetaran karena takut. Tanpa banyak bicara, Dani menyeret wanita jahat itu keluar, membawa wanita itu kembali ke kamarnya.
Sesaat kemudian, tim medis datang dan menggotong Lisa dengan tandu.