webnovel

Dream

Berbeda halnya dengan para guardian yang mulai menerima takdir. Mereka yang masih meragukan takdir hanya acuh dengan kelebihan mereka. Keberuntungan mereka memang mulai muncul satu persatu. Bahkan bisa disebut hampir sempurna ketimbang guardian yang mulai menerima takdir mereka. Neron sebagai guardian yang masih belum menerima tengah menatap langit yang mulai gelap.

Dia sangat menyukai bintang dan musik makanya waktu mendengar eros bermain piano dia langsung tertarik dengannya. Raut wajahnya terlihat begitu tenang dan damai. Hembusan angin yang menerpa wajahnya membuat dia menutup matanya dengan rapat. Merasakan malam yang dingin mulai menusuk tubuhnya. Sesekali dia menghembuskan nafas kasar menatap sedu bulan yang masih bersinar terang.

"Apa itu takdir" ucapnya pelan menatap bulan yang terlihat indah di langit malam

Terdengar samar suara sepatu yang beradu dengan lantai. Semakin lama suara itu semakin dekat membuat neron menoleh melihat bagaimana seorang pria yang menghampirinya. Yang terlihat hanyalah wajah datar yang ditunjukkan oleh pria itu. Neron menatapnya tak suka melihat kelakuannya.

"Apa yang kau lakukan" ucapnya mendudukkan dirinya disamping neron

"Menurutmu" sahut neron terlihat acuh dan kembali menatap langit

"Neron, apa kau mulai percaya takdir itu" tanya pria itu ikut menatap langit yang memang indah

"Kau sendiri" sahut neron tak ada keinginan menjawab pertanyaan

Pria itu terkekeh kecil melirik neron yang masih saja fokus menatap langit. Sampai dia sadar ada hal yang berbeda dari pria di sebelah nya.

"Aroma tubuhmu mulai tercium ron" sahutnya menatap neron kagum

Aroma Kayu Oak, Lemon, Madu, Adas tercium di kedua lubang hidung mereka membuat neron tentu terkejut. Pria itu tersenyum senang melihat neron malah terkejut dengan aroma tubuhnya yang berubah.

"Kenapa aroma keberuntunganmu lebih enak dari pada aku" kesal pria itu saat sadar aroma neron yang lebih netral

Neron mengangkat alis miliknya lalu mulai mencium aroma milik damian membuatnya tertawa keras melihat wajah cemberut pria itu.

"Damian aromamu sungguh tajam" ejek neron membuat damian makin mengerutkan bibirnya

Jangan salahkan dia jika memang aroma tubuhnya beraroma Bunga Melati, Lemon, Mawar, Lily, Kismis. Perpaduan yang benar benar aneh menurut mereka tapi sebenarnya tak buruk juga. Damian menatap neron tajam yang masih saja tertawa. Bahkan mata neron sampai berair melihat damian yang kesal di sampingnya.

"Yak!!" teriak damian benar benar kesal dengan neron

Tak lama neron mulai kembali fokus menatap bulan yang ternyata tertutup awan.

"Jadi kau percaya takdir ini" tanya neron membuat damian menghela nafas pelan

"Sepertinya" jawab damian melihat telapak tangannya

Mereka terdiam mulai menyibukkan dirinya masing masing. Hanya keheningan yang ada sampai bulan mulai terlihat kembali dari balik awan itu. Dia selalu berfikir jika bulan dan bintang tidak ada mungkin langit malam akan terlihat menakutkan bagi para manusia. Bahkan memikirkan nya saja sudah membuat neron merinding sendiri.

Tapi takdir yang dia punya bisa membuat bulan dan bintang selalu ada di langit walau dia harus mengorbankan dirinya dan para guardian lain. Apa sekarang dia harus mempercayai takdir itu, takdir yang memang sudah ditentukan untuk dirinya. Tapi apa dia siap mati, tapi bukankah akhirnya dia akan mati jika tak melakukan tugas itu bukan.

"Kau tau, semalam aku bermimpi" ucap damian lagi disaat keheningan menguasai mereka berdua

Neron yang mendengar hal itu langsung mengerutkan dahinya dan melirik damian yang tengah menatap telapak tangannya. Entah apa yang dipikirkan damian tapi neron yakin jika ada hal yang membuat sepupunya itu tak tenang. Cukup lama neron menunggu tapi damian hanya menatap telapak tangannya lalu menghembuskan nafas gusar sejak tadi membuat neron frustrasi juga. Tapi disaat dia ingin bertanya soal mimpi itu damian kembali menjelaskan apa maksud ucapannya.

"Di mimpiku aku mati" ucap damian menatap neron tepat di matanya

Neron terkejut apa ini yang dimaksud ivan tentang resiko takdir mereka. Mereka akan mati untuk menyelamatkan bulan, tapi dia memang tau soal itu. Kalau begitu apa maksud mati yang dikatakan damian apa ini ada hubungannya dengan bulan atau tidak. Jika mengingat hal itu membuat neron kesal saja. Bahkan sekarang damian malah mengingatkannya soal resiko takdir mereka.

"Tempat itu sungguh gelap sampai aku melihat sebuah gua kecil dan didalam sana ada sepasang manik berwarna merah darah" lanjut damian terlihat biasa saja saat menceritakan kematiannya

Neron benar benar tak mengerti apa maksud ucapan sepupunya tapi damian bahkan tak melanjutkan ceritanya. Dia hanya memegang tangannya dengan masih menatap manik neron yang entah kenapa malam itu terlihat bersinar. Apa mungkin karena keberuntungan milik neron baru saja muncul. Tapi damian sudah bertekat untuk mengatakan semuanya pada sepupunya.

"Hanya ada aku disana tanpa siapapun, tapi yang membuat aku takut adalah suara menggema yang berasal dari gua itu" akhirnya damian melanjutkan ceritanya menatap neron yang sudah sangat penasaran akan lanjutannya tapi dirinya malah terlihat pucat karena ketakutan yang sama

"Tidak akan ada yang bisa mengalahkan kami" ucap damian benar benar terlihat pucat sekarang bahkan neron juga menahan nafas nya lagi saat damian mengatakan hal itu

"Neron, aku takut" lanjut damian dengan tubuh yang sudah bergetar membuat neron langsung memeluk sepupunya itu

"Mimpi itu seakan bilang kalau kita tidak akan bisa membunuh mereka bahkan guardian terdahulu juga gagal bukan, aku takut ron" adu damian menutup matanya kuat menahan air matanya

Dia takut jika neron akan menolak. Tapi dia sungguh berharap yang terbaik untuk sekarang, untuk masa depan para zodiak yang lebih baik tanpa di bayangi kematian dari iblis.

"Semuanya akan baik baik saja" ucap neron menenangkan damian yang masih saja bergetar di pelukan nya

Neron tidak tau harus bereaksi seperti apa selain mencoba menenangkan sepupunya. Dan jika memang mimpi ini ada hubungannya dengan bulan dia akan melindungi sepupunya bagaimanapun caranya.

"Buku" ucap damian mengingat soal buku yang ditemukan oleh jerome di mimpinya

Dia memang melihat buku walau samar dia masih ingat dengan jelas tapi dia tak tau pasti apakah benar jika buku itu akan berguna. Neron terkejut saat damian langsung bangkit tiba tiba bahkan dia langsung mengguncang tubuh neron berkali kali.

"Di buku itu, di dalam sana ada hal yang tidak diketahui oleh bulan dan kepala sekolah" ucap damian lagi melihat di mimpinya jika mereka akan menemukan jawaban untuk membunuh para iblis jahat itu

"Kita bisa membunuh mereka ron" damian benar benar yakin atas mimpinya kali ini, dia yakin jika takdir mereka tak seburuk itu

Nächstes Kapitel