webnovel

Niat tersembunyi

Viona mempersiapkan dinner romantis di taman samping rumahnya sembari menunggu Edward pulang. Dia menyiapkan semua itu bersama Mia, asisten rumah tangganya.

"Sudah siap semua, sekarang aku akan menelpon Edward supaya cepat pulang," gumam Viona, dia segera menghubungi suaminya itu.

Tak perlu menunggu lama, telponnya langsung tersambung.

"Hallo sayang," sapa Viona.

"Iya, kenapa?" tanya Edward dari telpon.

Viona nampak gugup dan menggigit bibir bawahnya. "Jam berapa kamu akan pulang?" tanyanya.

"Sekarang, Aku sedang perjalanan pulang ke rumah."

Viona tersenyum lega, itu berarti dia tidak perlu menunggu suaminya terlalu lama. "Yasudah, aku tunggu di rumah," ucapnya.

"Iya," sahut Edward terdengar datar. Ah memang dia tidak pernah bisa bersikap manis pada Viona. Hanya terkadang jika di depan umum dan mertuanya, dia akan bersikap manis dan perhatian pada istrinya itu.

Viona segera memutuskan sambungan telponnya, lalu dia bergegas ke kamar dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih menarik. Wanita cantik itu mengenakan setelan mini dress, memoles wajahnya dengan make up tipis dan membiarkan rambut panjangnya terurai rapi.

Malam ini Viona tampak berbeda dari biasanya. Ya,Tentu saja! Karena dia akan membuat Edward tertarik padanya. Wanita cantik itu segera ke ruang tamu menunggu suaminya yang mungkin sebentar lagi datang.

^

Di tempat lain, Ethan sedang menonton film bersama Luna sembari makan kue. Mereka berdua menonton film romantis yang berjudul fifty shades darker. Banyaknya adegan romantis dan panas dari Jamie Dornan dan Dakota Johnson, membuat Luna menelan salivanya. Entah kenapa, dia ingin bercinta dengan sang suami malam ini.

Luna melirik Ethan yang tercekat fokus menonton film itu. Dia semakin erat memeluk tangan suaminya, seakan memberi kode bahwa dia ingin bercinta juga.

"Kenapa?" tanya Ethan sembari melirik Luna yang tampak semakin lengket padanya.

"Eh. Tidak apa-apa," jawab Luna. Dia malu untuk mengutarakan keinginannya.

Ethan kembali fokus menonton film itu hingga selesai. Dia kembali menoleh menatap Luna yang tampak gelisah.

"Kenapa sih, apa kamu  ingin sesuatu?" tanyanya.

Luna menggeleng. Ah, dia tampak frustasi menghadapi Ethan yang tidak peka itu. Wanita hamil itu segera beranjak dari sofa dan merebahka dirinya di ranjang, berharap suaminya akan segera menyusul.

Siapa sangka? Ethan malah berjalan keluar kamar.

"Hah... dia malah keluar," gumam Luna bersungut-sungut menatap kepergian Ethan. Wanita hamil itu kesal dan melempar bantal ke lantai.

CEKLEK

Ethan kembali masuk kamar dengan membawa segelas susu. Astaga! Pria itu tak pernah lupa akan kebiasaannya. Dan Luna yang kesal karena suaminya itu tidak peka akan keinginan untuk bercinta, malah semakin kesal karena di bawakan susu.

"Minum dulu." Ethan menyodorkan segelas susu itu.

Dengan malas Luna mengambilnya dan meminumnya, dia minum sembari terus menatap suaminya yang polos itu. Ingin rasanya Luna menggigit bibir Ethan yang agak sexy itu.

"Kenapa si?" tanya Ethan.

Luna menggeleng lalu mengembalikan gelas yang sudah kosong itu pada Ethan.

"Bilang saja jika aku ada salah, Biar aku tidak bingung. Aku tidak suka melihatmu seperti ini, sayang." Ethan menatap sendu Luna yang kini berbaring miring memunggunginya.

"Aku ngantuk," ucap Luna. Ah, seharusnya dia tidak gengsi atau malu. Sama suami sendiri seharunya tidak malu. Ya kan?

Ethan menghela napas, dia meletakkan gelas tadi ke meja dan ikut merebahkan tubuhnya di samping Luna.

"Sayang," panggil Ethan

"Hmm," sahut Luna.

"Apa kamu tidak ingin memelukku?" tanya Ethan. Karena baru kali ini Luna tidur memunggunginya.

"Males," jawab Luna.

"Kenapa si, apa aku bau atau kamu bosan padaku?" tanya Ethan.

"Pikir saja sendiri," jawab Luna acuh.

Ethan yang tidak mengerti apa kesalahannya hanya bisa pasrah. Dia berbaring menatap punggung istrinya sembari mengingat apa yang telah dia lakukan hingga istrinya itu marah.

^^^

Edward berjalan memasuki ruang tamu. Dia melihat Viona menunggunya dengan penampilan yang jauh berbeda. istrinya itu tersenyum menyambut kedatangannya.

"Kamu menungguku?" tanya Edward.

"Tentu saja, aku punya kejutan untukmu," jawab Viona.

Edward tersenyum kecil, dia tampak sedikit menikmati sikap manis Viona.

"Tapi aku gerah, ingin segera mandi," ucapnya.

"Yasudah, kamu mandi dulu," balas Viona.

Mereka berdua segera menuju ke kamar. Edward segera mandi, sedangkan Viona menyiapkan pakaian untuknya. Dia sengaja memilih pakaian yang sekiranya serasi dengan pakaiannya juga.

CEKLEK

Hingga beberapa saat kemudian, Edward keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk sebatas pinggang, menampilkan perutnya yang sixpack dan lengannya yang kekar. Viona menelan salivanya menatap suaminya yang sexy itu.

"Ini bajunya." Viona menyodorkan pakaian untuk Edward.

"Terimakasih," ucap Edward. Karena biasanya dia menyiapkan pakaiannya sendiri.

Viona terus memperhatikan Edward yang tengah ganti pakaian lalu menyisir rambutnya dengan style yang rapi.

"Kita ke taman samping rumah yuk," ajak Viona.

"Mau apa kesana?" tanya Edward.

"Dinner. Aku sudah masak makanan kesukaanmu," jawab Viona.

Edward tersenyum kecil. "Sejak kapan kamu masak sendiri, biasanya Mia yang masak."

"Em. Mulai saat ini aku akan rajin masak, supaya kamu suka makan di rumah," ucap Viona dengan tersenyum meyakinkan. Dia segera menggandeng tangan Edward dan mengajaknya menuju taman samping rumah.

Saat sampai di taman, Edward menatap candelight dinner di depan matanya. "Kamu yang menyiapkan semua ini?" tanyanya.

Viona tersenyum mengangguk. "Iya. Tapi aku juga dibantu Lila," jawabnya.

"Untuk apa semua ini?" tanya Edward.

"Aku hanya ingin menjadi istri yang baik dan dicintai," jawab Viona sembari menarik kursi mempersilahkan Edward untuk duduk.

Edward menatap iba Viona setelah mendengar apa alasannya menyiapkan dinner romantis ini. Entah kenapa dia jadi merasa bersalah karena mempermainkan perasaan istrinya itu, bahkan selalu bersikap dingin.

"Ini sangat berkesan dan aku menyukainya." Edward memuji kejutan Viona.

Viona tampak merona dengan perkataan Edward, sepertinya pria itu mulai menghargai apa yang telah dia lakukan.

"Lebih baik kita makan sekarang. Kamu pasti lapar," ucapnya.

Edward mengangguk, dia memang lapar karena setelah kerja langsung pulang ke rumah.

Mereka berdua makan bersama, sesekali Edward menunjukkan sikap manisnya dengan menyuapi Viona. Dia tampak terpengaruh pada sikap manis istrinya itu hingga merasa iba dan ingin membuatnya lega dan bahagia.

Setelah makan, mereka mengobrol tentang masadepan. Meski Edward masih menginginkan Luna, dia tidak segan membicarakan masadepan dengam Viona. Tentu itu hanya sebuah kebohongan belaka.

Sepasang suami istri itu saling menunjukkan sikap manis, namun di balik itu semua, mereka mempunyai maksud terselubung masing-masing. Viona ingin merayu Edward hingga membuatnya ingin bercinta terus menerus hingga hamil supaya tidak diceraika, sedangkam Edward hanya menggunakan Viona sebagai selingan hati hingga Luna mau menerimanya kembali

Nächstes Kapitel