"Tentu saja buat kamu. Laki-laki suka memberi bunga pada perempuan kan?"
Ucapan Satria ada benarnya. Tapi, dari siapa? Dan isi pesannya itu terdengar menyeramkan.
"Kira-kira siapa yang berani mengirimkan bunga dan kata-kata seperti itu untuk kamu?"
Aku menggeleng. Rasa-rasanya di pesta kemarin itu nggak ada sesuatu yang mencurigakan. Nggak mungkin kan salah satu teman Satria menyukaiku?
"Ya sudah. Lebih baik kita makan dulu. Kamu udah lapar kan?"
Aku kembali duduk di meja makan menikmati hasil masakan Satria. Yang sepertinya menggiurkan. Dan setelah dicoba memang rasanya nggak beda jauh sama yang ada di restoran Jepang terkenal. Maaf kalau aku lebay. Memuji masakan suami sendiri nggak salah kan?
"Enak? Mau tambah lagi?"
Aku mengangguk, Satria lantas memberi piringku ayam teriyaki lagi. Dia sendiri hanya memakan sedikit nasi, dan diakhiri dengan buah-buahan.
***
"Kita kembali ke mansion sekarang?" tanya Satria saat kami sudah selesai makan malam.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com