webnovel

Dea dan Kenzo

Astaga! Aku harus banget tertawa ini? Satria mengaku bucin, dan itu lucu buatku. Aku mengulum senyum menatapnya.

"Nggak apa-apa, Sayang. Kalau kamu mau tertawa juga nggak apa-apa. Memang aku bucin kok sama kamu."

"Eham!" Aku berdeham lantas menepuk pipi agar nggak tertawa. "Aku merasa tersanjung dibucinin sama lelaki tampan sejagat."

Tawa Satria langsung meledak. Aku pun langsung tertular. Sepanjang perjalanan Bandung-Jakarta sama sekali nggak berasa. Tahu-tahu kami sudah memasuki Ibukota.

Saat kami sampai, di mansion berkumpul keluarga Om Fred dan juga Andra. Om Fred terlihat sedang memangku Baby Cia. Aku langsung menghampiri Baby Cia dan menggendongnya.

"Hati-hati, Sayang. Cia semakin berat," tegur Satria dengan nada lembut.

"Tenang, Bang. Masih beratan kamu kok."

Satria menggeleng dan memilih bergabung dengan Om Fred dan lainnya.

"Acaranya lancar di Bandung?" tanya Kakek.

"Lancar, Kek."

"Sangkin lancarnya, ada yang berniat melamar Bang Satria juga," sambarku.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com

Nächstes Kapitel