webnovel

Tiba Di Indonesia

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih delapan belas jam lima puluh menit, akhirnya Zayn tiba di bandara Soeta. Lalu dia transit ke bandara Ahmad Yani Semarang. Ayya dan Rafi sudah menunggunya di terminal kedatangan domestik.

"Assalamu'alaikum, umi, abi" Zayn mencium tangan kedua orangtuanya yang langsung memeluknya dengan erat.

"Zayn, bagaimana kabarmu nak?" Ayya segera bertanya kabar tentang putranya, Rafi hanya tersenyum melihat istrinya yang selalu menganggap Zayn masih kecil.

"Ayya, kau lihat sendiri kan? Zayn baik-baik saja. Dia sudah besar sayang, jangan terlalu mengkhawatirkannya. Dia sudah menjadi seorang profesor sekarang." Rafi memeluk istri dan putranya, kemudian mereka bertiga langsung menuju ke Kudus. Zayn diminta kembali oleh kedua orang tuanya karena kakek dan neneknya sedang mendapatkan masalah yang agak rumit,j adi mereka membutuhkan bantuan Zayn dan Ayya untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Kirana dan Hanan.

"Umi, memangnya kakek dan nenek sedang memiliki masalah apa? kenapa harus Zayn sampai harus kembali?" Zayn merasa agak aneh, biasanya Kirana sendiri saja sudah bisa mengatasi masalah. Kini, neneknya itu bahkan meminta bantuan kepada uminya dan dirinya, Zayn menduga,pasti masalah ini tidak sederhana.

"Zayn, setelah sampai rumah nanti, umi akan menceritakkan semuanya." Ayya kemudian menelepon Kirana, memberitahu kalau Zayn sudah kembali, jadi Ayya meminta Kirana untuk tenang.

Setelah menempuh perjalanan Semarang- Kudus selama kurang lebih satu setengah jam, mereka akhirnya tiba di rumah. Zayn disambut oleh kakek dan neneknya, Kyai Bashori dan umi Hana. Mereka sangat merindukan cucunya, Zayn langsung mencium tangan kedua orang tua yang lebih terlihat seperti abi dan uminya ini. Sedangkan saat bersama dengan Ayya dan Rafi, Zayn lebih terlihat seperti adik mereka. Secara, Kaif yang adalah adik bungsu Ayya, usianya setahun lebih muda dari Zayn.

"Kakek, nenek, bagaimana kabar kalian berdua?" Zayn langsung masuk dalam pelukan kedua orang tua itu. Ketiganya kemudian langsung masuk ke dalam, sementara Ayya dan Rafi menggelengkan kepala mereka. Setelah bertemu dengan kakek dan neneknya, putranya itu langsung melupakan kedua orang tuanya.

"Kakak, lihatlah putramu itu! setelah bertemu abi dan umi, kita dilupakan." Ayya akan masuk kedalam rumah saat Rafi menariknya dan kemudian Ayya sudah berada didalam pelukan suaminya.

"Itu berarti, kita harus segera memiliki seorang putra lagi sayang. Bagaimana menurutmu?" Rafi menatap Ayya sambil tersenyum. Dia menaik turunkan alisnya, Ayya langsung masuk kedalam tanpa menjawab pertanyaan suaminya. Dia membawa masuk barang-barang milik putranya dan meletakkannya ke dalam kamar Zayn. Saat Ayya memasuki kamar putranya, Ayya mendapati Zayn berada di dalam kamar sedang menelepon seseorang. Zayn sepertinya sangat perhatian dengan orang di seberang sana. Suara Zayn juga menyiratkan kehawatiran kepada penelepon diseberang sana.

"Zayn, siapa yang berbicara denganmu? kenapa kau tampak cemas?" Ayya bertanya kepada Zayn sesaat setelah Zayn mengakhiri panggilannya.

"Mmmm, itu umi, Zayn sedang berbicara dengan Arunika. Gadis itu selarut ini belum juga tidur. Padahal besok pagi harus bekerja, memang dia suka seenaknya sendiri kalau Zayn tidak menasihatinya umi." Zayn merasa sangat kesal, dia sangat khawatir terhadap Arunika. Saat ini di Indonesia pukul tiga sore, berarti di Seattle sudah jam satu dini hari dan gadis kecil itu belum juga tidur. Sementara Ayya sedang tersenyum senang melihat perhatian Zayn terhadap Arunika. Itu berarti, keinginanya menjodohkan Zayn dengan putri sahabatnya, Haedar tidak akan sulit.

"Zayn, apakah kamu menyukai Arunika? apakah kamu menyayanginya sayang?" Ayya menanyai putranya, dia akan berusaha mendekatkan Zayn kepada Arunika. Meski begitu, Ayya tidak akan memaksa Zayn menikah dengan Arunika seandainya Zayn dan Arunika tidak saling mencintai.

"Tentu saja umi, Arunika itu sudah Zayn anggap seperti adik Zayn sendiri, pasti Zayn akan menyayangi dan melindunginya. Memangnya kenapa umi?" Ayya agak kecewa mendengar jawaban putranya yang ternyata hanya menyayangi Arunika seperti adiknya! padahal, Ayya berharap Zayn bisa mencintai Arunika sebagai seorang pria kepada seorang wanita.

"Zayn, benarkah kamu hanya menyayangi Arunika seperti seorang adik?" Ayya ingin memastikan perasaan Zayn sejak dini. Dia tidak mau membuat Haedar kecewa kalau mengetahui Zayn hanya menganggap Arunika sebagai adiknya. Sedangkan Haedar sudah sangat mengharapkan keduanya(Arunika dan Zayn) bisa menikah dan menjadi pasangan yang saling mencintai. Jadi Ayya benar-benar harus memastikan apa yang dirasakan Zayn terhadap Arunika. Jika memang Zayn tidak memiliki perasaan apapun terhadap Arunika, Ayya akan segera memberi tahu Haedar agar dia tidak terlalu banyak berharap.

"Iya umi, Zayn memang sudah menganggap Arunika seperti adik Zayn sendiri, memangnya ada apa umi?" Zayn masih sangat polos kalau menyangkut hal yang melibatkan perasaan, tetapi kalau tentang pengetahuan jangan ditanya.

"Zayn, apakah kamu rela kalau Arunika jatuh cinta dan menikah dengan pria lain? siapa tahu, saat ini dia sedang menjalin hubungan dengan temannya disana. Apalagi mereka berada di Amerika, negara yang bebas tidak seperti dinegara kita?" Ayya terus memancing putranya. Ayya yakin kalau sebenarnya Zayn dan Arunika sudah saling jatuh cinta, itu terbukti Zayn selalu mengkhawatirkan Arunika. Sementara Arunika, dia selalu merasa kesal kalau Zayn tidak mengganggunya. Dia kemudian selalu ingin membuat Zayn memperhatikannya. Hanya saja keduanya tidak saling memahami perasaan masing-masing. Mungkin karena keduanya masih sangat muda. Zayn baru berusia tujuh belas tahun sekarang dan Arunika baru berusia empat belas tahun. Usia yang cukup muda bila dilihat dari mata orang biasa. Tetapi jika dilihat dari kejeniusan keduanya, saat ini keduanya telah menjadi seorang monster yang sangat mengerikan. Ayya senang putranya menjadi seorang jenius, tetapi Ayya juga ingin Zayn memiliki kehidupan yang normal seperti kebanyakan orang.

"Umi, Zayn ingin selalu menjaga Arunika dan ingin melindunginya. Zayn tidak percaya dengan orang lain. Arunika ini tidak seperti gadis lain umi, kalau dia tidak bersama Zayn, pasti dia akan selalu berada didalam bahaya. Apakah umi tahu apa pekerjaannya?" Zayn malah balik bertanya kepada uminya, tentu saja Ayya menggelengkan kepalanya. Ayya memang jenius, tetapi Zayn dan Arunika, kejeniusan kedua anak muda ini jauh berada diatas kemampuan Ayya.

Zayn menceritakan semua tentang Arunika kepada uminya,lalu Ayya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Zayn, kalau begitu keadaannya kamu harus menikahi Arunika kelak. Kalian memang berjodoh. Arunika hanya akan aman dan bahagia saat bersamamu, begitupun kamu juga hanya akan tenang saat kamu berada didekatnya. Kalian memang berjodoh sayang." Ayya sangat senang, kini dia sudah yakin Zayn hanya cocok dengan Arunika. Begitupun Arunika, dia hanya akan cocok dengan Zayn. Kalau mereka mendapatkan pasangan orang biasa, mereka tidak akan bisa berjalan bersama tetapi akan terlihat pincang.

"Apa maksud umi? aku menikah dengan Arunika?" Zayn terkejut mendengar apa yang dikatakan uminya. Tetapi, setelah Ayya menjelaskan semuanya, Zayn akhirnya mengangguk. Dia juga membenarkan apa yang dikatakan uminya, antara dirinya dan Arunika memang saling melengkapi.

Nächstes Kapitel