webnovel

Chapter 42 - Topeng (Bagian 1)

Hujan besar masih terus mengguyur Ibukota, meski begitu saat ini Ibukota kembali dalam keadaan aman walaupun Ratu masih memerintahkan seluruh prajurit untuk siaga. Bahkan sang Ratu memerintahkan penunggang naga dari wilayahnya yang berada di timur untuk membantu memperketat keamanan Ibukota.

Pada awalnya, pasukan kerajaan hanya sedikit yang tewas dalam peperangan. Namun saat musuh mereka berganti, banyak korban dari pasukan kerajaan, meskipun tidak sebanyak pasukan zirah hitam. Sisa-sisa pasukan zirah hitam menyerahkan diri tanpa perlawanan ketika mayat-mayat itu sudah tidak dikendalikan.

Hujan besar terus melanda Ibukota sampai malam hari tiba. Teo berada di kamarnya, ia merasa benar-benar menyesal karena tidak dapat mencari informasi lebih banyak dari sosok itu ditambah dia terdengar mengetahui tentang dirinya, itu membuatnya benar-benar marah, lebih tepatnya ia merasa kecewa dengan dirinya sendiri.

*Tok! Tok!*

"Teo, boleh Aku masuk?" Zack datang menemuinya, setelah melihat apa yang terjadi tentu rekannya sedikit khawatir dengan keadaannya.

"Ya," Jawab Teo singkat.

Saat masuk, Teo hanya berbaring dan menutupi matanya dengan lengannya dan di tangannya ia memegang kalung pemberian Cattalina "Teo … Sepertinya tadi itu kacau sekali ya," Suasana berat yang terasa di ruangan itu membuat Zack sedikit sulit untuk berbicara.

"Begitulah," Sahut Teo singkat.

Zack mengambil kursi di dekatnya dan duduk disana, ia pun berkata "Kau tau? Nona Cattalina mengkhawatirkanmu. Waktu melihatmu saat itu, Nona Cattalina benar-benar tidak berhenti menanyakan dirimu," Zack masih berusaha mencari topik pembicaraan, meskipun sebenarnya sangat sulit baginya karena suasana yang tidak mengenakan di dalam kamar itu.

"Maaf," Balas Teo singkat

Lagi, Zack kehabisan topik pembicaraan dengan Teo. Sebenarnya, Zack hanya ingin menenangkan Teo karena sebelumnya Teo kelihatan benar-benar marah. Bahkan ia sendiri sampai terkejut mendengarnya berteriak.

Tiba-tiba, Teo terduduk di kasurnya. Teo menunduk lalu menghela nafas berat "Zack, Aku rasa aku akan berhenti,"

"Eh? Berhenti dari apa?"

"Aku harus mencari pendudukku yang hilang,"

"Tunggu! Apa Kau ingin berhenti jadi pengawal?"

Teo menganggukan kepalanya pelan, lalu ia berdiri dan memberikan kalung pemberian Cattalina kepada Zack "Aku punya misi, Aku tidak bisa terus berdiam diri. Aku menemukan Karina sudah dijadikan budak, menurutmu apa yang lain akan bernasib sama? Atau lebih buruk? Aku tidak bisa membiarkan penduduk negeriku di perlakukan seperti itu. Jika Aku membiarkannya, Aku gagal menjadi prajurit," Teo melepaskan mantel putihnya yang sudah robek karena pertarungan sebelumnya, mantel itu juga ia berikan kepada Zack "Maaf, Aku merusaknya," Ucap Teo, ia mengambil tasnya, mengisi ulang pistolnya, lalu memeriksa kondisi pistolnya secara singkat dan dia pun berjalan melalui Zack dan keluar dari kamar itu.

"Teo tunggu!" Zack langsung keluar dan mengejarnya "Aku bilang tunggu!" Zack menahan lengannya dan langsung diberi tatapan tajam oleh Teo "Uh-." karena itu Zack langsung melepaskannya "Maaf, tapi berhenti sebentar! Tenangkan dirimu!"

Teo menghelekan nafasnya dan terdiam sambil melihat kearah Zack "Kau mau cari kemana? Aku tidak bermaksud untuk menghalangimu, tapi mau cari kemana!? Kau bahkan tidak punya petunjuk dimana mereka berada,"

"Aku bisa mencari informasi dari orang lain, mereka pasti memakai bahasa yang berbeda dengan orang-orang dari dunia ini. Itu mudah."

Balasan Teo tidak dapat dibalas oleh Zack karena itu balasan yang masuk akal "Y-Ya Kau benar sih, tapi tolong tunggu sebentar! Jangan pergi seenaknya begitu, mungkin Nona Celica tidak peduli denganmu, tapi Nona Cattalina pasti akan khawatir denganmu!"

Helaan nafas keluar dari mulut Teo lagi "Bagaimana jika Kau saja yang memberitahunya?" Ucapnya terdengar memberi perintah untuk Zack.

"Apa-apaan itu!? Tidak! Lakukan sendiri!" Balas Zack tegas.

Akhirnya Teo kalah berbicara dengan Zack. Teo bisa saja mengabaikan ucapannya itu dan mulai berkeliling ibukota, tapi ia berhutang dengan Cattalina karena membiarkan Karina tinggal di tempatnya "Baiklah,"

Setelah itu mereka pergi, tidak, lebih tepatnya Teo dipaksa untuk menemui Cattalina oleh Zack. Ketika mereka keluar, para prajurit berjaga disekitar sekolah lebih banyak daripada biasanya dan di dalam sekolah pun banyak prajurit yang berjaga, penduduk yang mengungsi juga sudah keluar dari ruang bawah tanah meskipun peringatan bahaya belum dicabut sepenuhnya.

Mereka pun sampai di asrama sekolah putri, bangunannya lumayan besar, terlihat dari luar, bangunan itu memiliki 5 lantai dan di dalamnya tentu cukup luas. Di ruang tengah, Cattalina dan Celica tengah berdiri di dekat sana "Nona Cattalina," Panggil Zack.

"Oh Zac–."

"Uwah, siapa orang seram itu, menjijikan."

Ucapan Cattalina terpotong dan Celica langsung menghina orang yang berada disamping Zack. Sosok Teo sekarang sangat mengerikan, tatapannya terasa dingin dan tajam, raut wajahnya datar, aura mencekam pun menyertainya.

"Nona Cattalina, Saya ingin berhenti menjadi pengawal Anda," Ucap Teo langsung to the point atau bisa dibilang langsung pada intinya.

Tentu kedua Tuannya terdiam setelah mendengarnya, bahkan Zack sendiri terkejut karena Teo berbicara langsung ke intinya.

"Tunggu! Kenapa? Kenapa Kamu ingin berhenti?" Tanya Cattalina sedikit panik karena terkejut mendengarnya.

Teo pun menjelaskan kembali apa yang sudah ia jelaskan kepada Zack dan Cattalina tampak mengerti kenapa Teo ingin berhenti, tapi ia bertanya lagi kepadanya "Apa ini ada hubungannya dengan orang dengan jubah itu? Apa jangan–." Cattalina menggelengkan kepalanya, lalu ia menarik tangan Teo dengan wajah serius "Ikut Aku!" Ucapnya.

Teo tidak mencoba memberontak dan membiarkan Cattalina membawanya, Celica dan Zack pun mengikutinya dari belakang. Mereka pergi ke kamar Cattalina dan Celica disana.

Ketika sampai, Cattalina langsung memberi perintah "Zack! Berjaga disini,"

Setelah kedua Tuannya masuk, pintu di tutup rapat dan membiarkan Zack di luar. Di dalam kamar, Cattalina berbicara lagi "Aku mengerti, karena sejak awal tujuanmu memang itu. Tapi membuatmu sampai seperti ini, apa jangan-jangan sosok berjubah itu adalah–."

"Benar, dia adalah orang yang membawaku ke mari dan ada kemungkinan dia juga yang menjadi salah satu pelaku penculikan," Ucap Teo memotong ucapannya.

Cattalina terdiam karena terkejut mendengarnya, Adiknya juga begitu meskipun dia tidak menunjukan raut wajah terkejut "Karena itu Saya–."

"Maaf, tapi Aku menolak," Ucap Cattalina.

Tentu itu membuat Teo sedikit marah karena tujuannya dihalangi oleh Cattalina "Apa maksud Anda?" Tanya Teo terdengar tajam.

"Karena masalah yang Kau hadapi berhubungan dengan Kami," Ucap Cattalina terdengar serius.

"Huh?"

"Aku sudah bilang kan? Jika ada kemungkinan masalah duniamu berhubungan dengan masalah dunia ini dan ternyata memang terbukti seperti itu. Sosok berjubah itu satu bagian dengan perempuan necromancer yang menyerang Ibukota, dia bahkan meminta perempuan itu mundur. Jadi, sosok berjubah itu ada kemungkinan kalau dia adalah sosok diatas wanita necromancer itu," Cattalina menjelaskan apa yang ia amati selama sosok berjubah itu datang.

"Lalu kenapa? Meskipun penculikan itu ada hubungannya, jika Saya bisa menemukan sisa dari orang yang hilang itu, rencananya kemungkinan gagal, kan? Kita bahkan belum tau apa orang itu menculik pendudukku karena ada kaitan dengan rencana mereka atau tidak, kan?" Teo mencoba untuk mempertahankan keinginannya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Bodoh," Dan ucapan itu keluar dari mulut Celica.

"Huh?"

"Bodoh, sejak awal Aku tidak peduli dengan orang-orang asing yang menghilang itu," Perkataan itu terdengar sangat sombong sampai membuat Teo benar-benar marah.

"Apa maksud–."

"Tapi, jika menyangkut kerajaan ini, Aku tidak bisa diam saja. Kau tidak boleh berhenti, ini keegosian ku."

"Jika Anda tidak peduli, kenapa Anda melarang Saya untuk berhenti?"

"Astaga apa kau tuli? Aku bilang ini karena kerajaan ini–. Tidak, tapi dunia ini terlibat dengan duniamu. Dengar ini baik-baik, Rakyat jelata. Seaeorang yang memakai sihir kuno bukanlah orang biasa, apalagi jumlahnya sampai lima puluh orang. Lalu, di dunia ini ada banyak orang yang jauh lebih luar biasa daripada dari duniamu, bahkan gadis yang Kau bawa saja itu hanya manusia biasa tanpa kekuatan. Tapi, apa alasannya? Pasti dia menculik bukan karena hal sepele. Lalu, Kau punya informasi yang cukup berguna untuk kami," Celica berjalan mendekati Teo lalu menarik kerah baju Teo "Karena itu, jika informasi yang Kau miliki dapat menyelamatkan kerajaan ini. Mau kemana pun Kau pergi, semua akan mengejarmu termasuk juga Aku, Kau mengerti!? Dan camkan ini, Aku tidak peduli denganmu! Yang kuinginkan hanya informasi darimu!" Tatapan yang tidak kalah tajam diberikan Celica.

Mereka berdua benar-benar mengeluarkan aura yang mengerikan "Tunggu! Kalian berdua hentikan!" Cattalina pun sampai mendorong mereka berdua dan berdiri ditengah mereka "Kalian berdua jangan bertengkar! Apa-apaan kalian ini. Celica, apa yang Kamu katakan itu berlebihan. Lalu Teo, mungkin Celica terdengar terlalu kasar mengatakannya, tapi Kamu ingatkan kesepakatan kita? Jika masalah duniamu dan dunia ini berhubungan, Kita akan berbagi informasi, apa Kamu lupa?" Teo hanya memalingkan pandangannya tanpa berkata apa-apa "Meskipun Kamu melupakan kesepakatan itu, seperti yang Celica katakan, Kami tidak bisa melepaskanmu terlepas dari semua masalah yang menimpamu. Celica juga berkata, Kami para bangsawan harus melindungi Kerajaan ini. Karena itu sekecil apapun informasi yang Kau punya tentang sosok itu, Kami akan mengambilnya," Ucap Cattalina sambil menunjukan wajahnya yang sangat serius.

Teo masih terdiam, ia mengerti apa yang dua saudari itu katakan. Ia menarik nafas lalu mengusap wajahnya kasar sambil menghembuskan nafasnya "Baiklah Saya mengerti, Saya mengerti apa yang Anda katakan. Sialan, jika sudah begini Saya tidak dapat berbuat apa-apa," Setelah berkata seperti itu, Cattalina dan Zack yang mendengar itu menjadi sedikit lebih tenang. Tapi tidak dengan Celica, ia masih marah dengan Teo. Tidak, sejak awal ia memang selalu seperti itu "Tapi maaf, Saya tidak bisa mengurungkan niat,"

"Apa maksudmu?" Tanya Cattalina.

"Bukankah sudah Saya katakan? Jika penculikan memang ada hubungannya dengan masalah pada dunia ini, maka dengan menemukan sisanya adalah cara untuk menggagalkan rencana mereka. Karena itu sekarang Saya akan mencari mereka dan tidak bisa menjadi pengawal Anda," Jelas Teo yang masih tetap dengan keputusannya.

"Eh … Itu–."

"Aku benci mengakuinya, tapi apa yang dia katakan ada benarnya. Lalu, jika dia masih menjadi pengawal kita, bisa-bisa kita yang terkena masalah, Kak. Gadis yang dia bawa saja berurusan dengan bangsawan lain, beruntung bangsawan itu adalah pengkhianat kerajaan. Tapi bagaimana jika orang selanjutnya adalah bangsawan lain? Kita tidak biaa memulai masalah dengan bangsawan lain," Celica setuju dengan keputusan Teo, tentu ia setuju karena memikirkan Keluarganya bukan karena Teo.

Dua alasan yang masuk akal itu meyakinkan Cattalina, ia berkata "Baiklah, Tapi kemana Kau akan mencari mereka?"

"Aku akan mencari di sekitar Ibukota, mereka memakai bahasa yang berbeda, jadi seharusnya pasti akan mudah mencari mereka," Ucap Teo terdengar sangat yakin meskipun ucapannya terdengar tidak meyakinkan.

"Oh benar bisa begi–. Huh?" Ucapan Cattalina langsung terpotong, ia pun berjalan menuju jendela dan membukannya "Dia kembali," Ucap Cattalina sambil melihat ke langit luar.

Di tengah hujan yang lebat, ada seekor burung berwarna putih terbang berputar-putar di langit. Cattalina mengulurkan tangannya keluar jendela, burung itu pun turun dan hinggap di tangannya "Ini burung yang pertama kali ku kirimkan keluar untuk mencari orang yang hilang," Ucap Cattalina, ia pun membawa masuk burung itu dan menutup jendela kamarnya.

"Dia kembali … itu tandanya …,"

"Celica, tolong ambilkan peta kerajaan dan peta benua utama, juga pensil!"

Di saat yang sangat tepat, burung yang mencari orang hilang itu kembali. Burung itu membawa informasi yang dibutuhkan mereka, lebih tepatnya sangat dibutuhkan Teo.

Celica pun membentangkan peta kerajaan lebih dulu di kasur mereka dan Cattalina duduk di dekat kasur itu lalu menempelkan dahinya pada kepala burung itu.

Cahaya kecil nampak diantara dahi Cattalina dan kepala burung itu "Begitu …, di perbatasan … Kota pelabuhan … Desa dekat kota Elbraun? ... Kota wisata … Eh? Ibukota!?" Tempat terakhir yang disebutkan itu benar-benar mengejutkan "Di ibukota ada empat orang, lokasinya ada di bagian barat, selatan, timur Ibukota dan terakhir kemungkinan itu adalah Karina, karena tempatnya di sekitar rumah," Cattalina menandai titik kecil di bagian timur, barat, selatan Ibukota dan dia juga melingkari kota-kota yang dia sebutkan sebelumnya.

"Dewa pasti sedang mempermudah jalanmu, Rakyat jelata," Ucap Celica setelah melihat kebetulan yang sangat luar biasa itu.

"Dewa …," Teo terdengar meragukannya "Baiklah, kalau begitu Saya akan langsung–."

"Tunggu dulu, Teo," Seseorang berbicara dibelakangnya sambil merangkulnya, suara yang membuat Teo jengkel.

"Huh? Ugh!" Teo sedikit terkejut dan langsung melompat kesamping, sayangnya kepalanya terbentur lemari.

"Ahahahahahaha! Kau terlalu terkejut Teo."

"Theresa, sedang apa Kau disini?" Tanya Teo terdengar marah kepada Theresa.

"Yah, Aku juga butuh informasi darimu, seperti yang Cattalina dan Celica lakukan."

"Eh? Kau sudah mengetahuinya?"

Ya, Theresa mengetahuinya sejak awal, bahkan ia mengetahui semuanya sejak Teo mengatakan kata kasar dari dunianya "Tentu saja. Mau bagaimana juga Aku wakil kepala sekolah sihir, Aku punya peran penting di kerajaan Kau tau?" Dan dia sekarang berbicara sombong seperti ingin memberitahu Teo kalau dia punya hak resmi untuk menggali informasi dari Teo.

"Eh? Benar begitu?" Tanya Teo sambil menoleh kearah Cattalina.

"Eh? Ah iya, Guru Theresa memang punya peran penting di kerajaan. Bukan hanya karena Guru wakil kepala sekolah, tapi Guru juga menjadi salah satu penasihat kerajaan, juga ahli sihir kerajaan. Bisa dibilang Guru setingkat dengan Kak William," Jelas Cattalina tentang Theresa lebih rinci.

"Nah, Kau sudah mendapat informasi yang berharga tentangku kan? Sekarang berikan informasinya," Theresa tersenyum licik sambil merangkul Teo.

"Ukh, menjauhlah."

"Hey, Kau …," Celica memanggilnya, ia memanggilnya karena merasa ada yang aneh dengan mereka berdua "Kau sepertinya sangat akrab dengan Guru, sudah begitu Kau memanggilnya seperti seorang teman saja, apa Kau sama sekali tidak menghormatinya?"

Pertanyaan itu juga membuat Cattalina sadar karena cara memanggil Teo yang awalnya sangat sopan, kini terlihat seperti teman dekat "Oh benar juga, Aku tidak menyadarinya," Ucap Cattalina yang kini menyadarinya.

"Memang pada awalnya Aku menghormatinya. Tapi lama-lama dia menyebalkan, jadi kupikir tidak ada gunanya juga menghormati orang sepertinya," Jawaban Teo begitu jelas dan menusuk Theresa.

"Hooo …. Begitu ya, maaf kalau Aku menyebalkan!" Theresa tentunya marah setelah mendengar itu dan sekarang merangkul Teo dengan sangat kuat.

"Aakh! Lepaskan!"

"Kau pikir akan ku lepaskan setelah Kau berkata seperti itu!"

Meski berkata begitu, Theresa melepaskan Teo setelah beberapa kali ia menguatkan rangkulannya.

"Posisi mereka sudah diketahui, Kalau begitu Saya pergi dulu," Ucap Teo pamit.

"Eh!? Tunggu dulu!" Dan dia di tahan oleh Cattalina.

"Apa lagi, Nona Cattalina?"

"Apa Kamu yakin? Kamu baru saja selesai bertarung, apa Kamu yakin …"

"Tentu saja, Sejak awal itu adalah tujuan Saya."

"Ah benar, Kau sepertinya harus menunggu sampai besok pagi," Kali ini Theresa yang mencegahnya.

"Kenapa?" Teo bertanya dengan sorot mata tajam.

"Teo, caramu bertanya benar-benar menyebalkan," Ucap Theresa meskipun yang membuatnya terasa menyebalkan adalah sorot mata Teo "Yah seperti yang Aku bilang, Kau tidak bisa mencari mereka sekarang. Pengungsi baru saja membubarkan diri, para bangsawan di ibukota sedang sangat waspada, peringatan bahaya juga baru dicabut. Jika Kau menemui mereka, itu akan sulit walaupun Kau memaksakannya. Kalau semua orang menjadikanmu musuh, bisa-bisa kerajaan juga akan ikut campur dengan masalahmu. Jadi tahanlah dirimu sampai besok."

Meskipun Teo membencinya, apa yang dikatakan Theresa, ia menerimanya. Teo bisa saja melawan para bangsawan, setidaknya ia percaya diri dengan kemampuannya. Tetapi jika sampai pihak kerajaan ikut campur, itu akan mempersulitnya. Apalagi ia sudah melihat kekuatan jenderal dan pemimpin kesatria suci yang tidak masuk akal itu, bisa-bisa dia Tewas sebelum tujuannya tercapai "Baiklah, Saya mengerti," Ucapnya.

"Oh dia nurut," Ucap Theresa.

"Benar dia nurut," Ucap Celica.

"Fufufu~," Dan Cattalina tertawa.

"Kalian …," Itu membuat Teo benar-benar jengkel, tindakannya dihentikan dan dia harus menunggu sampai besok demi tujuannya juga.

**

"Dasar necromancer tidak berguna, Aku sudah menghilangkan penghalang di sekolah, Tapi Kau bahkan tidak bisa menggores sedikit tembok sekolah sihir."

Di suatu tempat yang tidak diketahui, 5 orang duduk saling berhadapan, mereka berlima sedang berdebat.

"Haaaaah!? Jika dia tidak menyuruhku kembali, Aku bisa menghancurkan sekolah itu dasar pak tua!" Ucap sosok necromancer itu.

"Sudah kubilang Kalau rencanamu gagal kan? Jika Kau terus melanjutkannya, Kau akan tewas," Ucap sosok berjubah yang menyelamatkan necromamcer itu dengan suara meledeknya

"Aku tidak akan pernah mati, Aku tidak lemah sepertimu."

"Serius Kau berkata begitu? Bukannya Kau sendiri hampir tewas oleh pria dari dunia lain itu? Dia tidak punya kekuatan khusus, tidak mempunyai sihir dan Kau dibuat sekarat. Apa Kau masih yakin tidak akan tewas?"

"Hah!?"

"Kalian berdua hentikan," Lalu diantara mereka berlima. Ada sesosok anak kecil yang duduk di singgasana yang cukup jauh dari mereka.

"Yang mulia …,"

"Kau sudah melakukan tugasmu, mengacaukan Ibukota, itu cukup, tidak perlu berlebihan."

"Tapi yang mulia! Sa-Saya merasa diremehkan, Saya tidak–."

"Aku bilang … Itu cukup," Ucapannya membuat necromancer itu merinding dan terdiam. Tatapan dari anak itu terlihat begitu datar. Matanya pun terlihat seperti mata mati, tidak memiliki kehidupan, tidak menunjukkan keinginan untuk hidup, dia bahkan selalu menekuk bibirnya dan tidak pernah tersenyum sedikitpun "Semuanya sudah sesuai rencana, tidak perlu berlebihan. Jika Kita melakukan berlebihan, semuanya akan gagal. Jika melakukannya terlalu cepat, semuanya akan gagal. Jika melakukannya terlalu sempurna, semuanya akan gagal. Aku ingin menikmati ini semua, lakukan saja sesuai rencana. Untuk membangunkan papa dari tidur panjangnya, kita butuh rencana itu. Siapapun yang melakukan sesuatu diluar rencana, Aku … Tidak akan memaafkannya," Ucapannya terakhir terdengar mengintimidasi semuanya sampai mereka merasakan ketakutan yang luar biasa.

"Ba-Baik, yang mulia," Ucap mereka berlima terdengar gugup.

"Bagaimana dengan lelaki dari dunia lain itu, yang mulia?" Tanya salah satu dari mereka.

"Benar, bukan berarti Aku takut, tetapi kelihatannya dia sangat kuat meski hanya seorang manusia biasa," Sahut salah satu yang lain.

Anak kecil itu tersenyum tipis "Tidak apa, kalian tidak perlu memikirkannya … karena … pria itu juga bagian dari rencana."

To be continue

Nächstes Kapitel