"Kamu ini anak yang tak tahu diri!" ibunya Rizki menarik tangan anaknya ke kamar dengan kasar. "Ibu sama sekali tak suka kamu ikut lomba-lomba gembel seperti itu. Ya Tuhan, Rizki. Kamu ini harus sadar kalau kita ini berasal dari golongan orang kaya. Mana mungkin ibu membiarkan kamu menggeluti hobi terbodoh seperti itu?"
Keadaan Rizki yang masih lemah, harus bisa memendam semuanya ketika melihat sang Ibu benar-benar marah kepada dia.
Ternyata apa yang diduga oleh dia sebelumnya benar. Tangisan ibunya tadi di sekolah hanya sebuah akal bulus agar terlihat dramatis.
Terkadang Rizki sakit hati. Seharusnya, ibu yang selama ini memberi perhatian dan kasih sayang yang lebih kepada anaknya, sama sekali belum pernah ia dapatkan sampai usianya sebesar ini.
Bukannya diberi makan atau disuruh istirahat. Ibunya sendiri justru memaki dirinya seperti apa yang dia lakukan itu sepenuhnya salah dan akan selalu salah.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com