webnovel

Realita Buruk

Mungkin, bagai sebuah petir yang tiba-tiba menyambar di depan mata. Lolongan serigala di malam hari seakan saling bersahut-sahutan hingga membuat hati tak bisa tenang karena diliputi rasa ketakutan yang teramat sangat.

Aku memejamkan mata sambil melihat kelanjutan dari sebuah kesakitan yang teramat parah ini.

Suasana tiba-tiba hening sehening-heningnya. Tak ada ekspresi lain yang aku lihat, selain melihat Hamzah yang terus menerus tersenyum tatkala mendengar apa yang aku ucapkan tadi.

Bagai gemuruh rindu yang kian menguak dalam dada. Bongkahan rasa penat tetap senantiasa merintih pada cerita kisah cinta kita yang tak pernah usai.

Bertahan, pada realita yang sama sekali tak terpaut pada ekspetasi.

Langit kembali menyamarkan sinarnya. Awan semakin mendung hingga tetesan air hujan menyentuh permukaan bumi.

Membasahi hati yang basah, juga membasahi setiap lingkar kehidupan kita berdua -aku dan Anisa, yang berbeda jalan.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com

Nächstes Kapitel