"Hiks ... hiks ... hiks...!!" terdengar suara isakan yang begitu pilu dari salah satu ruangan yang ada di rumah kediaman Byun Gyu Ri malam ini.
Dengan denting jam yang masih menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit. Di sebuah ruangan, atau lebih tepatnya sebuah gudang yang sekaligus merangkap menjadi kamar seseorang, dari situlah suara isakan kecil tadi berasal.
Kim Taehyung, anak berusia 7 tahun yang saat ini tengah berbaring di atas lantai beralaskan selimut tipis, anak itulah yang saat ini tengah terisak di tempatnya.
Dengan tangan kiri yang tampak tengah meremas perut mungilnya, jelas sekali bahwa anak itu sedang kelaparan sekarang. Sementara itu, bibir mungilnyapun tak berhenti memanggil seseorang yang mungkin bisa mendengarkan isak tangisnya saat ini.
"Hiks ... hiks ... eomma ... eomma Tae lapar!!" gumam Taehyung pelan, dan dengan air mata yang kembali mengalir dari ke dua sudut matanya. Sementara posisi dirinya tengah miring ke samping saat ini.
Tadi sehabis ia diobati oleh Sora ibunya Jimin. Alasan Taehyung, anak itu kenapa begitu tergesa ingin pulang ialah lantaran dirinya yang harus mulai mengerjakan rutinitas sorenya. Apalagi kalau bukan membantu bibinya untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Atau lebih tepatnya, dia saja yang mengerjakan sedangkan Gyu Ri hanya memerintah Taehyung dengan seenak jidatnya.
Mencuci baju yang bertumpuk, mengangkat jemuran yang kering, menyetrikanya, membersihkan rumah, serta memasak. Hampir keseluruhan dilakukan oleh anak itu tanpa ia bisa memprotesnya. Meminta bantuan pun tak ada gunanya, karena 2 putra yang ada di keluarga besar Byun ini mana mau mengulurkan tangan mereka pada Taehyung yang masih kecil. Terlebih lagi Gyu Ri sang imo tentunya.
Akibatnya, anak itupun terus bekerja tanpa henti hingga waktunya makan malam.
Tapi bukannya malah mengajak dia untuk bergabung bersama di meja makan. Keluarga Byun justru mengusir Taehyung untuk kembali ke kamarnya. Meminta dia untuk diam di sana, sampai salah satu dari mereka memanggilnya.
"Ne eomma, Baekkie masih lapar!! Baekkie minta nasi lagi ya eomma?" ujar seorang namja mungil berusia 12 tahun pada Gyu Ri yang tengah asyik menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.
Berempat bersama suaminya Byun Hae Jin, merekapun tengah berada di ruang makan saat ini.
"Ah nde ... tentu saja sayang. Sepertinya kau sedang dalam masa banyak-banyaknya makan sekarang eum!" ujar Gyu Ri, seraya dengan senang hati menyendokkan nasi yang tersisa pada mangkuk yang disodorkan Baekhyun tadi padanya.
"Dia kan memang rakus eomma!! Tapi tetap saja tubuhnya kecil seperti itu," ujar putra Gyu Ri yang satunya, yaitu Byun Sungyeol yang telah selesai dengan makan malamnya saat ini.
"Cih ... seperti tubuh mu itu berisi saja hyung!!" balas Baekhyun yang tak terima, dan hanya ditatap malas oleh kakaknya tadi.
"Ne chagi, sebaiknya jangan lupa kau sisakan sedikit untuk anak itu. Kau tidak ingin dia mati kelaparan kan!" tegur suami Gyu Ri tiba-tiba, yang sedari tadi tak mengeluarkan suara sejak mereka makan.
"Ah nde oppa. Tentu saja masih ada untuk bocah itu kok!!" dusta Gyu Ri, dan kini sudah mengembalikan mangkok Baekhyun tadi pada pemiliknya.
"Gomawo eomma," ujar Baekhyun yang senang, dan telah kembali makan dengan lahap.
"Baguslah. Setidaknya aku tak ingin tetangga-tetangga di sekitar sini berspekulasi buruk tentang kita nanti. Panggillah bocah itu sekarang chagi. Mungkin dia sudah sangat kelaparan sekarang," ujar namja itu lagi, dan mulai beranjak dari tempatnya.
"Aku mau mulai mengerjakan tugas ku eomma. Aku pamit ke kamar nde?" ujar yang tertua pula, Sungyeol dan segera berlalu dari sana.
Jadinya, hanya tinggal Gyu Ri dan Baekhyun saja yang tersisa di ruang makan tersebut.
Beberapa menit kemudian.
"Ahh kenyangnya ... ku rasa perut ku sudah penuh sekarang eomma!!" ujar Baekhyun yang kini tengah menepuk-nepuk perutnya yang terlihat sedikit membuncit.
Lain halnya dengan Gyu Ri, wanita cantik itupun hanya mampu tersenyum melihatnya.
"Aigoo Baekkie ... eomma suka sekali jika kau banyak makan seperti ini nak. Jja, kembalilah ke kamar mu sekarang dan jangan lupa belajar eum?" kata Gyu Ri kemudian, seraya memberi isyarat pada Baekhyung agar segera beranjak.
"Nde eomma. Anyyeong!" lambai Baekhyun dengan ceria, dan telah menghilang dari ruang makan tersebut.
"Hmm ... saatnya untuk memanggil anak itu sekarang!!" gumam Gyu Ri kini, seraya matanya ia alihkan pada banyaknya piring-piring yang sudah kosong di atas meja makan di depannya.
○○○●●○○○
"Ssshh....!!" terdengar ringisan kecil baru saja berhasil lolos dari bibir seorang bocah mungil.
Dengan posisi tubuh yang kian meringkuk, lantaran menahan perih yang ia rasakan pada lambungnya. Anak itupun tak henti-hentinya meracaukan nama seseorang kini.
"Eomma ... eomma Tae lapar! Gyu Ri imo tak menyisakan apapun untuk Tae eomma, dan Tae kelaparan sekarang. Perut Tae perih. Eomma?" tangis Taehyung yang terisak pelan, dengan kedua bibirnya yang tampak bergetar dengan hebat.
Flashback on.
Tadi begitu Gyu Ri memanggil namanya. Taehyung mengira dia sudah bisa makan sekarang. Maka dengan segera, ia pun segera menuju ke sana. Tapi setelah sampai di ruang makan, Taehyung justru melihat semua yang ada di atas meja telah habis tak tersisa. Bahkan nasi yang ia masak cukup banyak tadi pun, hanya tinggal meninggalkan bekasnya saja sekarang.
"Hei bocah, siapa yang menyuruh mu mematung seperti itu eum! Cepat bersih kan, dan cuci semua piring kotor ini," perintah Gyu Ri telak, yang masih berada di sana memperhatikan bocah itu tadi.
"I-imo, apa sudah tak ada lagi yang tersisa untuk Tae? Tae lapar imo," ujar Taehyung memelas, seraya menatap imonya tersebut dengan penuh harap.
"Tak ada jatah makan malam untuk mu bocah. Anggap saja ini sebagai hukuman karena kau telah merusak seragam Sungyeol tadi pagi," jawab wanita cantik itu santai, dan mau tak mau membuat mata Taehyung panas saat ini.
"Tapi Tae tidak melakukannya imo!!" bantah Taehyung pelan, berusaha untuk membela dirinya kembali.
"Enak saja kau bilang!! Karena ketolederan mu itu, aku bahkan harus membeli seragam baru untuk hyung mu siang ini. Apa kau tau berapa mahalnya harga seragam tersebut hah?" caci Gyu Ri, dan mau tak mau membuat Taehyung menjadi bungkam.
"Jadi jangan membantah ku lagi, dan cepat kerjakan apa yang ku perintahkan tadi. Setelah itu kembali ke kamarmu, dan jangan lupa untuk mengerjakan tugas mu besok pagi!" perintah Gyu Ri kembali, dan hanya diangguki dengan lemah oleh Taehyung yang bahkan terlihat sangat sayu saat ini.
"Kau punya mulut atau tidak? Kenapa tidak menjawab ku eh?" teriak Gyu Ri kesal, lantaran Taehyung hanya mengangguk-nganggukkan kepala nya saja.
"Ye imo ... Tae akan mengerjakan nya!!" jawab Taehyung akhirnya, dan mau tak mau membuat Gyu Ri menampilkan senyum evil nya kini.
"Baguslah ... kau memang harus rajin seperti itu Taehyung. Kau taukan, jika bukan imo yang merawat mu saat ini, sekarang kau pasti sudah menjadi gelandangan di luar sana karena eomma mu itu meninggalkan dirimu bocah. Jadi menurutlah, dan sekarang jadi keponakan yang baik untuk imo. Ppali ... cepat bereskan piring-piring ini!!" serunya lagi, dan segera dikerjakan oleh Taehyung tanpa protes.
"Dasar menyusahkan saja!!" umpat Gyu Ri pelan, sesaat sebelum dia menghilang dari sana namun masih dapat terdengar oleh Taehyung. Hingga tanpa bisa dibendung lagi, mata anak itupun mulai menjatuhkan air matanya yang sedari tadi telah ditahannya agar tak keluar.
Flashback off.
"Ne eomma ... apa benar eomma telah meninggalkan Tae seperti yang dikatakan oleh imo, eum?" gumam Taehyung serak. Sementara tangannya kini telah menggenggam pas foto seorang wanita cantik berukuran 4×6 yang sudah terlihat lusuh.
Tak hanya wanita itu saja, melainkan juga sosok appanya yang tengah menggendong dirinya yang masih bayi dulu.
"Eomma ... eomma tak mungkin membohongi Tae dan tidak menjemput Tae untuk pergi dari sini kan? Eomma harus tepati janji mu eomma," gumam Taehyung lagi, seraya mengusap-ngusap wajah ibu nya itu dengan terisak.
"Dan appa ... semoga appa bisa kembali bersama eomma nanti eum?" harapnya pula, pada sosok ayahnya yang bahkan tak pernah dilihatnya itu.
10 menit kemudian dengan kegiatannya yang masih saja terus terisak. Perlahan mata Taehyung pun mulai mengantuk. Hingga tanpa sadar, kini anak itupun sudah jatuh tertidur dengan air mata yang masih saja tetap mengalir dari kedua obsidiannya yang tertutup.
TBC
Don't forget to vote and comment. 👍