Callista dan Deren hanya berjalan terus, memutari mall, tanpa beli apapun.
Dari tadi pun tangan Callista hanya di gandeng oleh Deren, dan di masukkan ke saku jaketnya Deren.
"Pak..." Callista berhenti berjalan.
"Hem?" Deren menengok ke Callista.
"Tangan saya keringetan, lepasin dong!"
"Kalo saya gak mau?"
"Ya kenapa gak mau? Kan itu tangan saya..."
"Nanti kamu ngilang!"
"Saya bukan anak kecil, pak!" Callista mencoba menarik tangannya, dari genggaman tangan Deren.
"Orang dewasa juga bisa ngilang..." Deren tersenyum tipis.
"Udah ayo!" lanjut Deren.
"Dari tadi kita cuma muterin mall gini terus deh, pak! Sampe karyawan yang ketemu kita aja ampe melongo ngeliat kita mungkin uda berkali-kali keliling sini..." Callista menghela nafas.
"Mau pulang?" Deren masih dengan posisi menggenggam tangan Callista, namun tidak lagi di masukkan di kantongnya.
"Terserah bapak aja lah..." Callista sudah mulai bosan.
"Yaudah, ayo" Deren berjalan menuju parkiran.
"Saya ngantuk, pak..." mata Callistaa sudah menyipit, menahan kantuk yang tak karuan dahsyatnya.
"Jadwal hari ini gimana?" Deren masih fokus menyetir.
"Gatau saya, pak! Kosong semua, padahal waktu itu kelihatan banyak banget..."
Deren tersenyum kecil. Siapa lagi yang mengosongkan jadwalnya kalo bukan Deren yang mengatur semuanya.
"Yaudah, kamu istirahat aja"
"Beneran, Pak?" Callista mencoba menguatkan matanya.
"Iya..."
Callista sudah tidak tahan, pandangan mulai gelap, mimpi seakan mau muncul.
Callista tertidur nyenyak, menyenderkan kepalanya ke kaca mobil.
Deren menatap Callista yang terlihat lelah dan tenang, Deren tersenyum melihat wajah Callista.
"Callista, Callista..." Deren mencoba membangun kan Callista, karena sudah sampai di depan hotel.
Namun Callista tak juga bangun, akhirnya terpaksa Deren harus menggotongnya sampai ke kamar.
Deren mematikan mobilnya, lalu mengangkat Callista menuju kamar.
Sampai di depan pintu kamar Callista, Deren membukanya, dan menaruh Callista di atas kasur nya.
"Sweet dreams, I will always love you in silence" bisik Deren di dekat telinga Callista.
Callista sangat pulas, bahkan tak ada rasa terganggu sama sekali saat di gotong oleh Deren.
Deren pun keluar dari kamar Callista, meninggalkan Callista tidur nyenyak di kamarnya.
***
"Kamu sudah siap?" Deren memakai jas nya.
"Sudah, pak" Callista menarik kopernya dari dalam kamar.
"Oke, ayo kita berangkat ke bandara..." Deren menuju luar, lalu di susul Callista.
Sesampai di bandara, Deren dan Callista berjalan cepat menuju pesawat.
"Akhirnya bisa duduk santai..." Ucap Callista dalam hati.
"Ngomong-ngomong nih ya, pak. Kenapa kita pake pesawat? Kenapa gak kereta?" Callista menatap Deren dengan dahi mengerut.
"Biar kamu gak main hape terus, biar saya gak di cuekin" Deren memejamkan matanya, seakan mencari ketenangan.
"Apaan sih" gerutu Callista, lalu Callista memalingkan wajahnya ke jendela.
*
Akhirnya mereka pun sampai di Jakarta kembali.
"Mau saya antar Pulang?" Deren bertanya pada Callista sambil berjalan menuju pintu keluar.
"Gak usah, Pak. Saya di jemput Karina kok" Callista terus mengirim pesan pada Karina, namun tak juga di baca oleh Karina. Jangankan di baca, terkirim saja tidak.
"Pasti Karina lagi tidur, terus di matiin Datanya!" Ucap Callista dalam hati.
Wajah Callista terlihat kesal.
"Kenapa?" Deren menatap Callista.
"Ha?" Callista sontak menengok ke Deren.
"Kamu kenapa?"
"Sedikit masalah..." Callista menggaruk kepala bagian bawah, yang padahal tidak gatal sama sekali.
"Masalah apa?" Deren mengerutkan kening, matanya menyipit.
"Karina kayanya gak akan jemput saya deh, Pak..."
"Yaudah, bareng saya aja..."
"Gausah ah, pak...saya pake taksi aja"
"Ikut saya aja, lebih aman kalo sama saya..." Deren menarik tangan Callista menuju mobilnya.
"Sudah sampai..." Deren menghentikan mobilnya di depan apartemen Callista.
"Baik, pak. Makasih ya, Pak" Callista agak canggung, dia merasa kalo dia terlalu banyak merepotkan Deren.
"Iya sama-sama..."
Callista turun dari mobil.
"Good bye!" ucap Deren.
"Too" Callista melambaikan tangannya ke arah Deren.
Setelah mobil Deren agak jauh, Callista pun masuk ke apartemennya.
"Assalamualaikum" Callista membuka pintu apartemennya.
Terlihat Karina yang sedang tidur di sofa, dan ruangan berantakan.
"Astagfirullah, ini ruangan atau kapal pecah?!" Callista merasa bertambah capek setelah melihat keadaan ruangannya.
"Tau ah, gua mau istirahat di kamar, gua males ngerjain kaya ginian, apalagi gua udah capek" Callista berjalan menuju kamarnya.
***
Keesokan paginya, Callista keluar dari kamarnya.
Ruangan sudah terlihat rapi, dan bau harum makanan tercium wangi di hidung Callista.
"Siapa yang masak?" Callista berjalan menuju dapur.
Terlihat Karina sedang mengaduk sebuah panci.
"Lo masak apa, Na?" Callista ikut berdiri di samping Karina.
"Masak sup jamur..." Karina terus mengaduk sup jamur itu.
"Ohh...tumben" Callista menatap pemandangan di bawah apartemen dari jendela dapurnya.
"Nyoba aja" Karina tersenyum kikuk.
"Semoga rasanya lezat ya...biar gua gak mutah pas makan..." Callista tersenyum tipis.
"Gausah makan lo!" Karina lalu membelakangi Callista.
"Dih baperan" Callista pergi ke ruang tengah.
"Jangankan makan sup jamur buatan gua, gak akan lagi gua masak buat lo!" Karina mengaduk sup jamur itu dengan kasar.
Tiba-tiba panci berisi sup jamur itu jatuh ke lantai, begitupun sup jamur yang ada di dalam nya.
"Aarghhh...!" Karina berteriak heboh.
Callista kaget, lalu dia berlari menuju dapur.
"Ada ap__" Mulut Callista terbuka, matanya melotot, dia kaget melihat tumpahan sup itu.
"Mantab-mantab..." Callista bertepuk tangan pelan, sambil menyenderkan badannya ke pintu dapur.
"Sup gua..." Karina merengek.
"Yang sabar ya, neng! Ini cobaan" Callista tersenyum kikuk.
"Ra! Gimana bersihin nya?" Karina menatap tumpahan sup jamur itu dengan wajah bingung.
"Tau, suruh aja pihak apartemen bersihin, terus lo kasih bayaran!" Callista tertawa mengingat kejadian saat dia mengejek masakan Karina, dan akhirnya masakannya tumpah.
"Yaudah deh..." Karina pergi ke kamarnya untuk mengambil hape.